visitaaponce.com

Penguatan Karakter Generasi Z di Masa Pandemi

Penguatan Karakter Generasi Z di Masa Pandemi
.(MI)

DALAM Nawacita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan penguatan karakter bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun menindaklanjutinya melalui gerakan penguatan pendidikan karakter yang sudah bergulir sejak 2016.

Namun upaya yang terus diperjuangkan itu harus menghadapi tantangan yang lebih besar dan belum pernah terjadi sebelumnya, yakni pandemi covid-19. Bila sebelumnya fokus pendidikan karakter itu ada pada lembaga pendidikan, kini peranan itu harus digeser ke lingkungan keluarga.

Dengan berbagai kebijakan pembatasan, pemebelajaran di sekolah pun diubah menjadi pembelajaran jarak jauh atau dari rumah. Di sini, tanggung jawab keluarga/orangtua menjadi lebih besar untuk membentuk karakter anak yang kuat. Pasalnya, waktu untuk kumpul bersama keluarga lebih banyak dari pada sebelum-sebelumnya.

Founder Komunitas Ibu Profesional (KIP) Septi Peni Wulandani membeberkan sejumlah strategi untuk membentuk karakter ideal pada anak. Dia mengatakan ada dua konsep karakter yakni karakter moral dan karakter kerja.

Karakter moral merupakan kumpulan kualitas sikap dan perilaku yang kemudian membentuk karakter pada anak. Karakter kerja merupakan sikap dan perilaku yang menentukan prestasi kerja pada anak.

"Kalau saya, hanya ada satu kata 'merdeka'. Jadi merdeka itu mulai dari percaya diri, mampu mengontrol diri, kemudian menghargai kemerdekaan orang lain. Itu adalah karakter yang diperlukan anak-anak," jelasnya dalam acara Nunggu Sunset Media Indonesia, Rabu (18/11).

Menurutnya, karakter semua anak itu sama yaitu karakter yang merdeka. Mereka lahir secara merdeka, kemudian hidup merdeka. Itu akan menentukan moral anak-anak Indonesia.

Mewujudkan karakter merdeka pada anak, lanjutnya, merupakan tanggung jawab semua orang dewasa. Lantaran karakter itu tidak diajarkan, tapi ditularkan kepada anak.

"Maka tugas kita orang dewasa di sekitar anak-anak yaitu menularkan karakter baik. Karakter itu diteladankan bukan diwejangi terus-menerus," ungkapnya.

Lantas, di tengah pandemi dengan berbagai dampaknya, seperti muncul kekhawatiran, kecemasan, dan keamanan, orangtua harus menunjukkan kepada anak bahwa mereka tangguh. Karakter tangguh ditunjukkan dalam menghadapi cobaan, khususnya saat situasi krisis.

Pandemi menjadi momen bagi orangtua menularkan karakter tangguh kepada anak. Pasalnya, orangtua bisa langsung memberikan contoh konkret atau praktik langsung kepada anak dalam situasi sulit.

"Ini momentum. Sering-seringlah berbicara urusan ketangguhan dan lain-lain kepada anak dengan contoh. Teladan itu lebih dapat daripada teori," terang Septi.

Dia pun menjelaskan bahwa tantangan terbesar penguatan karakter pada generasi Z yakni sikap kritis. Anak-anak generasi ini punya pengetahuan yang cukup luas. Ketika orangtua mengajari atau memberi tahu sesuatu yang melawan nilai, mereka mungkin memahami, tapi tidak pernah mengikutinya.

"Jadi kalau dulu itu, I know you don't know, I teach you. Nah di tahap kedua I know, you know, let discuss. Dengan generasi Z sekarang, kamu tahu lebih banyak daripada ibu, maka ibu mendengarkanmu. Kuncinya bagaimana kita mengajar kepada anak berbasis pada pertanyaan," jelasnya.

Dia mengatakan bahwa orangtua harus memulai dengan pertanyaan. Anak-anak menjadi lebih berpikir kritis dan tidak mudah percaya pada sesuatu hal. Semua bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk membuka diskusi atau komunikasi yang lebih baik.

Septi pun menambahkan pentingnya mengajari anak untuk memaafkan dan meminta maaf. Hal itu merupakan bagian dari pengalamannya yang kemudian membentuk KIP bersama ibu-ibu lain.

Di tengah pandemi, upaya membentuk karakter moral yang kuat kepada anak membutuhkan support system yang tidak lain yaitu lingkungan keluarga. Perlu ada colaborate parenting antara orangtua dan lingkungan keluarga serta komunitas.

Sejak anak berusia TK perlu diajarkan soal kejujuran. Pada usia 6-10 tahun diajarkan tanggung jawab. Kemudian respect, komitmen, dan caring, serta citizenship pada usia-usia selanjutnya.

"Satu ibu saja bisa berpengaruh kepada satu generasi. Karenanya, kita harus menempatkan diri menjadi ibu yang merdeka dan memerdekakan orang lain," tandasnya.

Pada kesempatan yang sama, selebgram yang juga merupakan ibu tiga anak, Tanya Larasati, mengisahkan caranya mendidik anak. Dari anak pertama hingga ketiga, dia selalu mendidik dengan cara yang sama dengan lebih banyak mendengarkan dan berdiskusi.

Dia mengatakan, cara didikannya, khususnya terkait penguatan karakter anak, datang dari pengalaman masa kecilnya. Tanya dididik ibunya yang single parent dengan gaya yang otoriter. Banyak hal yang ingin dilakukannya atau sekadar ingin diungkapkan tapi harus memendamnya.

Dengan latar belakang seperti itu dan tanpa menyalahkan orangtua sendiri, dia tidak ingin hal yang sama dirasakan anak-anaknya. "Setelah menjadi new mom, aku merasa pola asuh yang diterapkan ibuku itu tidak nyaman untuk aku terapkan ke anak-anakku. Aku lebih memilih untuk lebih mendengarkan. Jadi benar-benar berdiakusi, bermusyawarah," ungkapnya.

Dia mengatakan bahwa dalam mengasuh anak-anaknya, dia bersama suami turut berperan. Keduanya selalu berdiskusi bersama dan saling membagi tugas di rumah.

Dalam pendidikan karakter, dirinya bersama suami selalu bertukar pikiran. Mendengarkan keinginan anak-anaknya, kemudian mengarahkan mereka. "Saya merasa kayak hanya mengarahkan tanpa memberi tahu sesuatu yang mutlak harus pilih ini, pilih itu," tambahnya.

Di masa pandemi, dengan banyaknya waktu berkumpul di rumah bersama keluarga, Tanya mengatakan sering membagi tugas bersama suami untuk mendampingi anak-anak belajar. Untuk kegiatan akademis, biasanya paling 45 menit untuk dua sesi.

"Misalnya suami mengajar baca, nulis, aku fun learning. Pokoknya dibuat jangan sampai mereka bosan dan menghindarinya," tutur Tanya.

Dia menambahkan, penguatan karakter anak dimulai dengan mendengarkan anak. Tidak semua harus dituruti orangtua, tetapi orangtua bisa lebih memahami keinginan anak dan mengarahkannya. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat