visitaaponce.com

Mahasiswa LSPR Pentaskan Servant of Evil

Mahasiswa LSPR Pentaskan 'Servant of Evil'
Pertunjukan 'Servant of Evil' oleh mahasiswa LPSR Communication & Business Institute.(HO)

SEBUAH karya seni, termasuk seni teater, merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan. Pertunjukan teater bisa menjadi media untuk menyampaikan pesan kepada khalayak.

Kelas Introduction to Performing Arts di LSPR Communication & Business Institute merupakan salah satu kelas komunikasi yang mengajarkan kepada mahasiswa pengetahuan tentang komunikasi yang baik dalam menyampaikan suatu pesan. Pada setiap kelas, mahasiswa belajar bekerja berkolaborasi dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Mereka belajar membuat skrip atau naskah yang baik sebagai suatu dasar, berbagi tugas sesuai kesepakatan, mencari pendanaan dan mengatur anggaran produksi, membuat proposal dan mencari sponsor, memasarkan dan menjual tiket menonton, berakting, menyanyi, menari, penataan musik dan suara, penataan panggung, dan pencahayaan serta semua elemen produksi lainnya.

"Hasil akhir yang diharapkan adalah pertunjukkan musikal teater yang di persembahkan setiap kelas dapat dinikmati tidak saja oleh penontonnya tetapi yang terutama tercapainya proses belajar bagi setiap mahasiswa yang menciptakannya dengan cinta, minat besar dan kemahiran," papar dosen LSPR, Yasmin Yessy Gusman usai pementasan pertunjukan karya seni mahasiswa LSPR di Gedung Teater LSPR Bekasi.

Pertunjukan karya seni para mahasiswa binaan mantan artis kondang yang akrab disapa Yessy Gusman itu mengambil judul 'Servant of Evil' hasil penulisan naskah asli Salza Ratu Hashif yang disutradarai Safira Zalfahana Subekti dengan produser Daryll Priskilla Dentingswara.

'Servant of Evil' yang disajikan berbahasa Inggris para mahasiswa LSPR ini mengisahkan sebuah kerajaan yang dikendalikan oleh seorang ratu yang egois, tamak, penuh dengan kecemburuan, dan labil.

Dalam pertunjukkan teater 'Servant of Evil' dikisahkan Sang Ratu selalu hidup dalam kemewahan dan kebebasan. Sang Ratu mempunyai satu pelayan setia yang merupakan saudara kandungnya Mereka terpisah sejak kecil, itulah kenapa nasib mereka jauh berbeda. Si anak perempuan diadopsi oleh keluarga kerajaan, sedangkan si anak laki-laki diadopsi oleh rakyat biasa.

Sang Ratu kemudian jatuh kepada seorang pangeran. Namun, cinta itu bertepuk sebelah tangan karena sang pangeran jatuh hati kepada seorang gadis penjual kue. Karena cintanya ditolak, Sang Ratu kemudian menyuruh pembantunya membunuh si gadis penjual kue.

Kematian si gadis penjual kue memancing amarah sang pangeran. Ia bertekad membalas dendam kepada siapa pun yang telah membunuh kekasihnya. Setelah tahu Sang Ratu yang membunuh kekasihnya, ia mengajak orang-orang untuk melawan Sang Ratu.

"Saya berharap dari cerita ini kita sebelum bertindak mesti berpikir  matang dulu sebab akan ada konsekuensinya. Di sisi lain seburuk apapun kita, disitu pasti ada satu orang yang amat sayang pada diri kita, " pungkasnya. (RO/OL-15)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat