visitaaponce.com

Anak yang tidak Nafsu Makan Bisa Alami Stunting

Anak yang tidak Nafsu Makan Bisa Alami Stunting
Ilustrasi(Slate)

DOKTER spesialis gizi dari Universitas Indonesia Marya Haryono mengatakan permasalahan stunting, yang dialami anak, dapat terjadi karena berbagai faktor penyebab, salah satunya karena gerakan tutup mulut (GTM) atau kurangnya nafsu makan.

"GTM biasanya terjadi setelah toodler, karena anaknya sudah tahu cita rasa. Tapi, GTM juga bisa terjadi karena dia terganggu. Kalau bahasa masa kininya itu ter-distract, banyak sekali pengganggunya," ungkap Marya, dikutip Jumat (3/2).

Menurut dia, GTM atau kurangnya nafsu makan tersebut bisa menyebabkan risiko nutrisi bagi anak tidak terpenuhi sehingga kondisi ini harus menjadi perhatian, khusus bagi para orangtua.

Baca juga : Perbaikan Jadwal Makan Bisa Atasi Anak Susah Makan

"Risikonya bisa semua nutrisi tidak terpenuhi. Kalau hanya jangka pendek, mungkin aman-aman saja. Tapi kalau berjalan terus menerus, ditambah tidak mendapat perhatian spesial tentang hal itu, ya jadi dia berisiko bukan hanya stunting tapi juga kesehatan anaknya," ujarnya.

Tidak hanya itu, Marya menjelaskan bahwa GTM juga dapat terjadi karena anak mengalami banyak gangguan. Bisa karena gadget atau mengalami masalah pencernaan yang belum bisa disampaikan oleh anak.

Oleh sebab itu, apabila terjadi GTM dalam jangka waktu panjang, Marya menyarankan orangtua agar segera memeriksakan anak ke dokter.

Baca juga : Stunting Harus Dicegah Sebelum Anak Berusia 2 Tahun

"Penyebabnya multifaktorial. Selain karena ter-distract, bisa juga karena anaknya nggak suka makanannya. Atau ada sesuatu di masalah pencernaan yang mungkin dia belum bisa menyatakan itu apa. Tapi sebenarnya kalau dia makan, dia tidak nyaman. Jadi jika GTM-nya sudah jangka panjang, harus diperiksakan," jelas Marya.

Untuk mengatasinya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan anak tentang pola yang teratur. Selain itu, orangtua harus makan bersama anak dan membuat suasana makan yang menyenangkan agar anak juga memiliki keinginan sendiri untuk makan.

Pola ini, lanjut dia, juga harus dilakukan dengan sabar dan berkelanjutan, sebab tentunya perlu waktu untuk dapat mengubah kebiasaan anak menjadi teratur saat makan.

Baca juga : Orangtua Diingatkan untuk Menerapkan Makan Terjadwal pada Anak

"Itu harus terus. Jam makan teratur, makan bersama juga. Supaya anaknya tahu, oh ternyata ibu saya dan ayah saya juga makan. Dan mereka makan makanan yang sehat. Makan sayur, makan lauk yang berprotein. Makan karbohidrat lain, bukan hanya nasi. Jadi dia tahu orang dewasa yang berada di sekitarnya juga makan," paparnya.

Tidak hanya itu, orangtua juga perlu untuk mengajarkan anak tentang rasa lapar dan kenyang, karena apabila anak tidak memiliki sensasi lapar, tentunya hal ini akan berdampak pada kesehatannya. 

Sebaliknya, tidak memiliki sensasi kenyang juga tidak baik bagi kesehatan anak.

Baca juga : Ini Pentingnya Rutin Periksakan Balita ke Posyandu

"Biasanya kita mengatur jangan sampai anaknya nggak punya sensasi lapar. Dia nggak tahu kapan lapar, kapan kenyang. Kalau dia nggak punya rasa lapar, dia kenyang terus. Kadang sampai dikejar-kejar. Sepanjang hari makan saja, sampai nasinya lembek karena bercampur kuah," terang Marya. (Ant/OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat