visitaaponce.com

Wakil Kepala BPIP Tegaskan NU Benteng Pancasila dan NKRI

WAKIL Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Dr. Drs. Karjono Atmoharsono, S.H., M.Hum. menegaskan, Nahdlatul Ulama (NU) selalu istiqamah sebagai benteng Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pernyataan Karjono diisampaikan saat menjadi narasumber pada acara Konferensi Nasional 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin, (6/2).

Acara dengan tema "Membangun Peradaban untuk Kemandirian NU dan Kedaulatan Bangsa" ini diharapkan dapat menjadi momentum agar NU selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme yang berdasarkan syariat Islam.

"Di sisi lain, NU juga menunjukkan wajah Indonesia yang teduh dan ramah di mata dunia dan menunjukkan agama dan budaya yang bersanding saling memperkaya satu sama lain. Ini membuktikan bahwa NU adalah penjaga NKRI dan Pancasila,” ujarnya.

Baca juga: Kepala BPIP Minta Anggota DPRD Pasuruan Terapkan Pancasila dalam Bekerja

Karjono juga mengenalkan "Salam Pancasila" sebagai salam persatuan bagi seluruh bangsa Indonesia, tanpa mengenal perbedaan agama, suku, dan tradisi kedaerahan yang digunakan di ruang publik dengan lawan bicara atau audien yang beragam.

"Salam Pancasila tersebut pertama dicetuskan oleh Ketua Dewan Pengarah BPIP, Prof. Dr. (HC) Hj. Megawati Soekarnoputri pada saat Unit Kerja Presiden atau (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila," paparnya.

Dalam kegiatan yang dihadiri ratusan Ikatan Sarjana NU ini, Karjono mengimbau kepada seluruh masyarakat jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jasmerah) sebagaimana disampaiakan Ir. Soekarno, pada tanggal 17 Agustus 1966 saat pidato peringatan HUT RI.

Selain itu, ia juga mengatakan, jangan sekali-kali meninggalkan ulama (Jashijau).

Dirinya bahkan mengakui, dalam perjalanannya, NU selalu patuh dengan Ulama dan negara, di antaranya, fatwa K.H. Hasyim Asy'ari yaitu "Cinta Tanah Air Bagian dari Iman".

"Waktu itu, ketika Mbah Hasyim menerima Ajudan Presiden Soekarno mengenai hukum warga yang membela bangsanya, beliau menjawab dengan tegas, fardhu ‘ain (tidak bisa tidak) dan saat itulah Mbah Hasyim berfatwa atau mengeluarkan jargon hubbul wathan minal iman, yakni cinta tanah air sebagian dari iman", jelasnya.

Menurutnya, empat pilar kebangsaan  Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahuan 1945, kalau disingkat PBNU, menunjukkan NU tulang punggung terdepan.

Empat pilar juga tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tentram, dan sejahtera, serta terhindar dari berbagai macam gangguan bencana. 

"Saya yakin dengan Pancasila, negara akan terkelola dengan baik, masyarakat akan adil, makmur, dan sejahtera", tegasnya.

Ketua Umum Pimpinan Pusat ISNU, Dr. Ali Masykur Musa, S.H., M.Si., M.Hum. mengatakan, banyak pekerjaan rumah yang harus terus dilakukan oleh NU, salah satunya adalah penguatan Ideologi Pancasila. 

“Pancasila sudah final, tidak ada lagi warga NU yang memperdebatkannya", ujarnya.

Ia berharap, ke depan, insan NU fokus kepada pemberdayaan umat di antaranya adalah kemandirian ekonomi. 

“Saya membayangkan kalau umat terus berkontribusi kepada bidang ekonomi, maka kesejahteraan akan datang", paparnya.

Ia juga menjelaskan, tantangan ke depan adalah semakin meningkatnya teknologi, maka dari itu insan NU harus memiliki ilmu pengetahuan dari berbagai bidang, terutama teknologi. 

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, Dr. H. Fatkul Anam, M.Si. menyambut baik Wakil Kepala BPIP yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut. Ia mengakui, dengan pluralisme dan Ideologi Pancasila, Agama Islam di Indonesia menjadi contoh agama-agama lain di Dunia.

"Satu abad ini dari 60 ahli agama meneguhkan, NU akan menjadi imamnya islam modern", tutupnya. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat