visitaaponce.com

Pentingnya Latihan Deteksi Dini Cegah Konflik Sosial Keagamaan

Pentingnya Latihan Deteksi Dini Cegah Konflik Sosial Keagamaan
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Suyitno(Dok Kemenag RI)

KEPALA Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag), Suyitno mengatakan konflik sosial keagamaan bukan hanya di Indonesia, namun di semua tempat di dunia ini. Indonesia dengan keberagamannya (agama, suku, bahasa) memiliki potensi terjadinya konflik sosial keagamaan.

"Karenanya, Kemenag ingin menjadi bagian penting untuk mengantisipasi potensi itu agar kemudian sedini mungkin bisa diatasi,” terang Suyitno saat membuka Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Kemenag di Kantor Pusdiklat Kemenag, Tangerang Selatan, Banten, Senin (27/2).

"Konflik yang sifatnya keagamaan dan kebangsaan harus segera kita lakukan deteksi sedini mungkin sehingga sebelum ada konflik, kita mampu mencegahnya," lanjut Suyitno dalam keterangan tertulis diterima Media Indonesia, Selasa (28/2).

Menurutnya deteksi dini itu melakukan langkah-langkah preventif sejak awal. "Mengetahui bagaimana melakukan langkah-langkah yang sifatnya preventif dan mitigatif dan bagaimana mampu memetakan permasalahan," kata Suyitno.

Ia berharap para alumni pelatihan diharapkan mendapatkan insight untuk mendeteksi potensi konflik dan terjun dengan langsung memberikan laporan di lapangan.

Kepala Pusat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Mastuki mengungkapkan pelatihan ini adalah tahun kedua dari rencana implementasi program unggulan religiosity index.

"Pelatihan deteksi dini konflik sosial ini termasuk kategori  program unggulan Pusdiklat yang menggunakan pendekatan policy based training. Kurikulum dirancang oleh tim terdiri dari beberapa ahli terkait," ujar Mastuki.

Pelatihan dilaksanakan dalam 2 gelombang. Gelombang pertama 27 Februari-4 Maret 2023 dan gelombang kedua dilaksanakan 6-11 Maret 2023. "Pelatihan ini secara keseluruhan akan diikuti oleh 400 orang," terang Mastuki.

Adapun gelombang pertama dibagi menjadi 6 angkatan dengan jumlah peserta  202 orang terdiri dari para Kabid Penais, Pembimas Hindu, Pembimas Buddha dan Khonghucu Kanwil Kementerian Agama Provinsi seluruh Indonesia, Ketua/Pengurus Rumah Moderasi Beragama Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan perwakilan eselon II Pusat serta FKUB dari Provinsi DKI Jakarta dan Kota/Kab di Jakarta.

Peserta angkatan VII-XII berasal dari para Pembimas Kristen, Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi seluruh Indonesia, Ketua/Pengurus Rumah Moderasi Beragama Perguruan Tinggi Islam,  Wakil Rektor/Wakil Ketua PTK non Islam Bidang kemahasiswaan, perwakilan eselon II Pusat, FKUB dari Prov DKI Jakarta dan Kota/Kab di Jakarta, Jabodetabek, dan Pokjaluh semua agama di Kab/Kota di DKI Jakarta. "Total peserta untuk gelombang 2 berjumlah 198 orang," kata Mastuki.

Ia menambahkan sejumlah fasilitator akan mendampingi peserta pelatihan ini yaitu Tenaga Ahli Menteri Agama dan Tim Religiosity Index. (N-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat