visitaaponce.com

Kesejahteraan Guru Masih Jauh dari Harapan

Kesejahteraan Guru Masih Jauh dari Harapan
Ilustrasi MI(MI/Seno )

PENGAMAT pendidikan dari Vox Populi Institute, Indra Charismiadji menilai bahwa anak-anak cerdas dan berprestasi di Indonesia belum mau menjadi guru. Hal ini disebabkan oleh kesejahteraan bagi para guru yang masih jauh dari harapan.

“OECD mengatakan supaya dibuat sebuah sistem yang membuat anak- anak cerdas dan berprestasi mau menjadi guru. Sekarang bagaimana anak-anak cerdas jadi guru, kalau status mereka saja hanya dijanjikan 1 juta PPPK dari guru honorer pula. Sampai hari ini masih jauh juga kan (realisasinya) dengan alasan yang bermacam macam,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Jumat (24/11).

“Pemerintah lebih memilih membangun kereta cepat, IKN, jalan tol daripada memastikan kita punya sistem yang membuat anak cerdas mau jadi guru,” sambung Indra.

Baca juga : Guru Jangan Dijadikan Alat Janji Politik untuk Sekadar Dapatkan Suara

Lebih lanjut, dia menilai bahwa sampai saat ini juga belum ada konsep untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Kajian Bank Dunia mengatakan bahwa rasio guru dan murid di Indonesia masih terlalu tinggi dibandingkan negara lain.

“Itu artinya jumlah guru juga terlalu banyak. Ini juga salah satunya karena mata pelajarannya juga terlalu banyak. Kita kan hanya gonta-ganti kurikulum saja kan tetapi jumlah mata pelajaran masih banyak. Jadi bagaimana guru mau sejahtera,” tegasnya.

Diketahui pada 2018 saat Indonesia memiliki kurikulum baru, OECD meminta Indonesia harus memastikan ada pelatihan untuk para guru sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan. Lalu 2022 Indonesia malah mengganti kurikulum lagi.

Baca juga : 42% Guru Terjerat Pinjol, PGRI Sebut Fenomena Gunung Es

“Jadi kita enggak membuat guru jadi agen perubahan malah melakukan kesalahan berulang-ulang,” ucap Indra.

Indra juga menambahkan bahwa OECD menilai Indonesia perlu melakukan pelatihan atau mentoring guru yang mumpuni. Hal ini juga tidak direalisasikan.

Padahal, guru di Indonesia banyak yang sudah puluhan tahun mengajar tapi tidak pernah dilatih karena memang pemerintah tidak memiliki konsep professional development.

“Jadi sangat usang. Kalau pun ada pelatihan itu mutunya dipertanyakan. Banyak program guru melatih guru. Hanya di Indonesia yang seperti ini. Saya melihat belum ada konsep yang betul-betul gemilang didasari ilmu pengetahuan dan riset untuk guru,” pungkasnya. (Des/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat