Kesejahteraan Guru Masih Jauh dari Harapan
![Kesejahteraan Guru Masih Jauh dari Harapan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/75b8dede24341881f79872834f3c7c94.jpg)
PENGAMAT pendidikan dari Vox Populi Institute, Indra Charismiadji menilai bahwa anak-anak cerdas dan berprestasi di Indonesia belum mau menjadi guru. Hal ini disebabkan oleh kesejahteraan bagi para guru yang masih jauh dari harapan.
“OECD mengatakan supaya dibuat sebuah sistem yang membuat anak- anak cerdas dan berprestasi mau menjadi guru. Sekarang bagaimana anak-anak cerdas jadi guru, kalau status mereka saja hanya dijanjikan 1 juta PPPK dari guru honorer pula. Sampai hari ini masih jauh juga kan (realisasinya) dengan alasan yang bermacam macam,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Jumat (24/11).
“Pemerintah lebih memilih membangun kereta cepat, IKN, jalan tol daripada memastikan kita punya sistem yang membuat anak cerdas mau jadi guru,” sambung Indra.
Baca juga : Guru Jangan Dijadikan Alat Janji Politik untuk Sekadar Dapatkan Suara
Lebih lanjut, dia menilai bahwa sampai saat ini juga belum ada konsep untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Kajian Bank Dunia mengatakan bahwa rasio guru dan murid di Indonesia masih terlalu tinggi dibandingkan negara lain.
“Itu artinya jumlah guru juga terlalu banyak. Ini juga salah satunya karena mata pelajarannya juga terlalu banyak. Kita kan hanya gonta-ganti kurikulum saja kan tetapi jumlah mata pelajaran masih banyak. Jadi bagaimana guru mau sejahtera,” tegasnya.
Diketahui pada 2018 saat Indonesia memiliki kurikulum baru, OECD meminta Indonesia harus memastikan ada pelatihan untuk para guru sehingga mereka dapat menjadi agen perubahan. Lalu 2022 Indonesia malah mengganti kurikulum lagi.
Baca juga : 42% Guru Terjerat Pinjol, PGRI Sebut Fenomena Gunung Es
“Jadi kita enggak membuat guru jadi agen perubahan malah melakukan kesalahan berulang-ulang,” ucap Indra.
Indra juga menambahkan bahwa OECD menilai Indonesia perlu melakukan pelatihan atau mentoring guru yang mumpuni. Hal ini juga tidak direalisasikan.
Padahal, guru di Indonesia banyak yang sudah puluhan tahun mengajar tapi tidak pernah dilatih karena memang pemerintah tidak memiliki konsep professional development.
“Jadi sangat usang. Kalau pun ada pelatihan itu mutunya dipertanyakan. Banyak program guru melatih guru. Hanya di Indonesia yang seperti ini. Saya melihat belum ada konsep yang betul-betul gemilang didasari ilmu pengetahuan dan riset untuk guru,” pungkasnya. (Des/Z-7)
Terkini Lainnya
Universitas Siliwangi Tasikmalaya Latih Transformasi Digital Guru Bahasa Indonesia SMK
Berpendidikan secara Utuh
4 Ribu Guru Honorer Jakarta Direkomendasikan Masuk Dapodik
Program Cleansing Guru Honorer Diskriminatif
Dede Yusuf: Cleansing Guru Honorer cuma Timbulkan Masalah Baru
Polemik Cleansing Guru Honorer DKI Jakarta: Solusinya bukan Dipecat tapi Dikontrak
DPRD Minta Pengangkatan Guru Honorer Secara Menyeluruh
Keputusan Cleansing Ratusan Guru Honorer Jadi Kado Pahit Awal Tahun Ajaran Baru
Heru Budi : Cleansing Guru Honorer Untuk Data Akurat Dan Menerima Haknya Lebih Baik
1700 Guru Honorer Diminta Heru Ikut Seleksi KKI Tahun Ini
Komisi X DPR Sebut Isitilah Cleansing Terhadap Pemecatan Sepihak Guru Honorer di Jakarta Sadis
Kebijakan Agresif NATO
Merawat Pendidikan Menjaga Bangsa
Muhammadiyah sebagai Gerakan Kebudayaan
Memahami Perlinsos, Bansos, dan Jamsos
Menyempitnya Ruang Fiskal APBN Periode Transisi Pemerintahan
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap