visitaaponce.com

Tiga Tahun The Antheia Project Kelola Sampah dari Rumah

Tiga Tahun The Antheia Project Kelola Sampah dari Rumah
The Antheia Project Educational Camp Road Show to Campus Universitas Gadjah Mada Jogja Istimewa Tanpa Sampah #SayNoToStyrofoam.(Dokpri.)

THE Antheia Project sejak 3 tahun tepatnya pada 2020 memulai menginisiasi program edukasi dan aksi lingkungan. The Antheia Project ialah organisasi atau gerakan yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan secara global tentang masalah sampah, khususnya mulai mengelola sampah dari rumah.

The Antheia Project sebagai gerakan pemuda yang percaya diri, inspiratif, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan mengajak masyarakat bertindak sekarang melalui program edukasi, pengelolaan sampah berkelanjutan, dan rehabilitasi kehidupan laut untuk melindungi bumi. "The Antheia Project digerakkan oleh generasi muda yang ingin membawa perubahan baik untuk lingkungan demi memastikan bahwa ruang hidup kami di masa depan yang kami tinggali bisa tetap lestari," ujar Ruhani Nitiyudo, Co-Founder of The Antheia Project. 

The Antheia Project menginisiasi kampanye bernama #SayNoToStyrofoam. Kampanye ini ingin mengurangi sampah styrofoam melalui aksi dan  edukasi. "Bagi kami, aksi harus diikuti dengan edukasi. Kampanye #SayNoToStyrofam berawal dari keresahan kami melihat banyak sampah styrofoam di laut yang tidak bisa terurai bahkan menjadi mikroplastik yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup," ujarnya.

Baca juga: Antisipasi Musim Hujan, Dinas PUPR Kota Denpasar Bersihkan Aliran Sungai

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2020 wilayah lautan Indonesia sudah tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2). Mengingat luas lautan Indonesia yang totalnya 3,25 juta km2, bisa diperkirakan bahwa jumlah sampah di laut Nusantara secara keseluruhan sudah mencapai 5,75 juta ton.

Data ini juga yang menggerakkan The Antheia Project melakukan aksi Beach Clean Up. Sejak Beach Clean Up 1 hingga 6, berbagai jenis sampah ditemui. Dalam periode Beach Clean Up, styrofoam ialah sampah yang sering ditemui dengan bentuknya sudah menjadi pecahan kecil-kecil. 

Baca juga: Payakumbuh Darurat Sampah

Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 18 kota utama Indonesia menemukan 0,27 juta ton hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut selama kurun waktu 2018. Sampah yang paling banyak ditemukan ialah styrofoam. Saat ini banyak orang menggunakan styrofoam karena mudah digunakan, tetapi sangat sulit untuk dihancurkan. 

Dalam proses pembuatan styrofoam, chlorofluorocarbons atau CFC terlibat. Bahkan setelah itu, styrofoam tidak bisa terurai. Styrofoam membutuhkan waktu sekitar 500-1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah. Namun, styrofoam tidak terurai sempurna, melainkan berubah menjadi mikroplastik dan dapat mencemari lingkungan. Hal ini juga yang menyebabkan styrofoam disebut sebagai sampah abadi. 

Samira Jha, Co-Founder of The Antheia Project, mengatakan pihaknya ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bisa merawat alam dalam kehidupan keseharian, agar bisa menciptakan kehidupan yang sehat dan harmonis dengan alam. Sampah styrofoam yang tidak dibuang merupakan masalah yang harus segera diatasi dan membutuhkan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah pusat dan daerah. Kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan juga diperlukan untuk mendukung gerakan dan semakin banyak orang yang terlibat untuk bersikap baik kepada alam.

Indonesia telah memasang target berupa pengurangan sampah plastik sebesar 70% sampai 2025. Target itu, tertuang dalam Rencana Aksi Sampah Laut dalam lampiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2018. Berdasarkan Perpres tersebut Indonesia telah menyusun lima strategi dalam Rencana Aksi Nasional (RAN).  Lima strategi tersebut, di antaranya melalui gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan, pengelolaan sampah yang bersumber dari darat, serta penanggulangan sampah di pesisir dan laut. Selain itu, Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyampaikan akan terus melakukan pelatihan untuk mencapai zero waste dan zero emission pada 2030 dan Indonesia telah mengumumkan akan memenuhi net zero emission maksimal pada 2060.

Ruhani Nitiyudo, Co-Founder of The Antheia Project, mengatakan langkah pihaknya dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik, tidak akan berhenti. Pihaknya akan terus dan selalu melakukan edukasi dan aksi memilah sampah, menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk ditempati.

Pada aksi edukasi lingkungan menuju akhir tahun dengan Beach Clean Up The Antheia Project Festival Arisan Sampah pada (2/12) di Pulau Harapan mengumpulkan total sampah sebesar 276 kg. Rinciannya, sampah plastik sebanyak 20,29 kg, sampah botol plastik tanpa label 23,85 kg, sampah botol plastik berlabel 12,94 kg, sampah kardus sebanyak 118,9 kg, sampah tutup botol 0,77 kg, sampah alumunium (alat dapur) 7,125 kg, sampah alumunium (kaleng) sebanyak 3,135 kg, dan  sampah besi sebanyak 1,02 kg. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat