visitaaponce.com

Rumah Tangga Jadi Penyumbang Terbesar Food Waste, Ibu-Ibu diminta Think Twice

Rumah Tangga Jadi Penyumbang Terbesar Food Waste, Ibu-Ibu diminta Think Twice
KEPALA Pemasaran Waste4Change, Hani Sumarno (kanan) dalam diskusi di acara Merayakan Gastronomi Indonesia, Minggu (4/2), di Jakarta.(MI/ Rifaldi Putra)

KEPALA Pemasaran Waste4Change, Hani Sumarno, mengungkapkan, sumber terbesar makanan sisa (food waste) di Indonesia saat ini masih diduduki oleh rumah tangga. Diungkapkannya, sekitar 60% food waste yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saat ini bersumber dari sampah rumah tangga.

 

Hal tersebut ia ungkapkan dalam gelar wicara di rangkaian kegiatan festival gastronomi ‘Merayakan Gastronomi Indonesia’ yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Hani menyebut sumbangsih food waste lebih besar dari  sampah restoran dan sampah pedagang, yang masing-masing menyumbangkan sekitar 23% (sampah restoran) dan sekitar 13% (sampah pedagang). Namun food waste dalam hal ini bukan semata makanan sisa (telah dimasak) melainkan juga berupa bahan mentah atau disebut juga sampah dapur

Baca juga : Pesta Kuliner Samosir sampai Papua hadir di TIM Awal Februari

 

“Para ibu-ibu rumah tangga mungkin selama ini terlena, dibantu oleh petugas sampah untuk membuang sampah mereka dan beranggapan yang penting (sampah) keluar dari rumah saya. Tapi sebetulnya sampah rumah tangga yang paling besar memproduksi sampah organik di TPA, komposisi kalau boleh disampaikan, sekitar 60%,” ucap Hani di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (4/2).

 

Baca juga : Musim Durian! Sampahnya di Bangka Capai 8 Ton Perhari

Penumpukan sampah organik di TPA, bukan saja menghabiskan lahan dan menimbulkan berbagai pencemaran, melainkan juga berisiko besar membuat bencana. Pada tahun 2005, tragedi longsor sampah terjadi di TPA Leuwigajah, Cimahi, jawa Barat, yang menewaskan sekitar 150 korban jiwa. Longsor itu dicetus akumulasi gas metan yang tercipta dari sampah organik akhirnya meledak.

 

Dengan tinggi gunungan sampah yang mencapai 60 meter maka efek yang terjadi sangat tragis. Sampah longsor bak ombak menerjang tubuh-tubuh pemulung malang.

Baca juga : Gandeng Ritel Hero dan Rekosistem, Nestlé Luncurkan Fasilitas Waste Station

 

Tidak ingin kejadian serupa kembali terjadi di mana pun, Hani mendorong tiap rumah tangga untuk mengelola sampah, khususnya sampah organik dengan baik. Pengelolaan sampah ini bukan hanya setelah sampah tercipta, melainkan dari perilaku berbelanja.

 

Baca juga : Kurangi Sampah Organik, Blanco Hadirkan Food Waste Disposer

“Yang pertama kali perlu kita pikirkan adalah ‘think twice’. Selalu setiap kita belanja, harus think twice. Jangan ada perasaan, ‘mumpung di sini, besok lagi kan belum tentu ke sini lagi, jadi beli aja’. Nah, ini coba dihilangkan perasaan-perasaan itu, jadi benar-benar beli makanan atau kebutuhan pangan secukupnya,” ujar Hani.

 

Hani pun menekankan agar pola konsumsi yang rasional menjadi kebiasaan ibu-ibu karena merekalah yang umumnya berbelanja kebutuhan rumah.

Baca juga : Bandung Berhasil Kurangi Sampah Hingga 70%

 

Hal kedua yang juga penting menurut Hani adalah memanfaatkan kembali makanan atau bahan makanan yang masih bisa digunakan. Dijelaskannya para ibu rumah tangga dituntut kreatif untuk bisa kembali mengolah makanan atau bahan makanan yang masih bisa digunakan menjadi sebuah hidangan.

 

Baca juga : Gubernur Jawa Barat Minta Bantuan BMKG Padamkan Kebakaran TPA Sarimukti

“Kalau masih ada makanan atau bahan makanan yang bisa digunakan kembali, sebaiknya dimaksimalkan. Tapi bukan berarti, misalnya minyak jelantah berkali-kali dipakai terus ya.  Pokoknya harus dimaksimalkan  bagaimana makanan yang sebenarnya masih bisa diolah lagi untuk tidak dibuang,” tuturnya.

 

Setelahnya, para ibu juga harus punya kemauan untuk memilah sampah sebab kegiatan ini sangat penting agar sampah bisa dimanfaatkan lagi, bahkan bisa bernilai ekonomis. Saat sampah organik telah terpilah, para ibu sebenarnya dapat membuat kompos sendiri dengan mudah di rumah. Bisa pula menghubungi usaha-usaha pengolahan sampah, seperti Waste4Change, yang memiliki layanan penjemputan sampah organik untuk diolah menjadi kompos (M-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat