visitaaponce.com

Refleksi Hari Kartini Momentum Tingkatkan Kesetaraan Gender dalam Sistem Pembangunan

Refleksi Hari Kartini: Momentum Tingkatkan Kesetaraan Gender dalam Sistem Pembangunan
Ilustrasi(MI)

Masyarakat Indonesia selalu merayakan Hari Kartini pada setiap 21 April sebagai simbol kebangkitan perempuan dan perjuangan untuk mencapai kesetaraan gender. Sosok Raden Ajeng Kartini menjadi inspirasi berbagai lintas generasi untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di berbagai bidang dan pembangunan, terutama dalam aspek pendidikan, ekonomi dan politik.

'Tak ada suatu apapun yang lebih sungguh-sungguh saya dambakan dan inginkan kecuali diperbolehkan berdiri sendiri.'

Begitulah ungkapan Kartini dalam suratnya yang ditulis pada 7 Oktober 1900 kepada seorang temannya di Belanda, Rosa Manuela Abendanon-Mandri.

Baca juga : Presiden Jokowi: Hari Kartini Jangan Sekadar Seremoni

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan bahwa kalimat Kartini tersebut merupakan ungkapan emansipasi dan semangat bagi para perempuan yang harus terus diperjuangkan untuk mewujudkan perempuan yang berdaya dalam prinsip kesetaraan gender.

“Kartini telah memulai perjuangan kesetaraan gender. Kartini tidak pernah menyerah dengan situasi yang menekan di segala sisi kehidupannya,” ujar Menteri Bintang dalam Musyawarah Nasional (Munas) Perempuan 2024 bertajuk Perempuan Bagi Bumi Pertiwi Untuk Perencanaan Pembangunan pada Minggu (21/4).

Bintang mengungkapkan meskipun perjuangan Ibu Kartini sudah membawa banyak perubahan, namun perjuangan dan cita-cita besar bangsa dalam membumikan kesetaraan hingga saat ini nyatanya belum sepenuhnya tercapai. Ia pun mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk terus menyuarakan berbagai aspirasi dan kepentingan para perempuan.

Baca juga : Mengenal Sosok dan Perjalanan Hidup Raden Ajeng Kartini 

“Kita bersama-sama harus terus menyuarakan kelompok disabilitas, masyarakat adat, pekerja migran, perempuan kepala keluarga, masyarakat daerah terpencil kepulauan dan pegunungan, perempuan penyintas kekerasan, penyintas bencana dan berbagai kemarjinalan lainnya,” katanya.

Menurut Bintang kesenjangan dan bias gender yang terjadi merupakan perjuangan bagi semua pihak untuk menghapuskannya. Tidak hanya kerja sama antar sektor, kemitraan yang kuat dan setara juga perlu dibangun antara perempuan dan laki-laki sebagai subyek pembangunan demi mempercepat tercapainya berbagai agenda prioritas.

“Memperjuangkan kesetaraan gender perlu dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini, akses, kesempatan, perlindungan, dan rasa aman yang sama dan setara di masyarakat menjadi salah satu hak perempuan yang dijamin pemenuhannya oleh negara dan perlu dikawal implementasinya oleh kita semua,” tegas Bintang.

Baca juga : Perjalanan Emansipasi Wanita: Dari Kartini Hingga Masa Kini

Melalui aksi pengarusutamaan gender di setiap sektor pembangunan, Bintang mengatakan bahwa setidaknya perempuan memiliki berbagai kekuatan dan tantangan yang dipengaruhi berbagai aspek. Hal itu tentunya harus dihadapi untuk menjadi mencapai kesetaraan gender agar tercipta kesempatan yang setara bagi perempuan maupun laki-laki.

“Pertama, perempuan dengan latar belakang apapun memiliki hak yang sama. Kedua, kita meneguhkan bahwa ‘perempuan korban bukan aib, menjadi korban bukan kesalahan’ karena itu, kita bantu perempuan penyintas kekerasan, untuk menguatkan diri dan menyatakan sebagai pihak yang tidak bersalah. Ketiga, peneguhan bahwa perempuan adalah sumber pengetahuan,” ucapnya.

“Keempat, peneguhan bahwa kepemimpinan perempuan adalah keniscayaan dalam pembangunan. Kelima, peneguhan pentingnya perempuan berorganisasi,” tandasnya.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat