visitaaponce.com

Kurikulum Merdeka Belajar akan Wadahi Pemanfaatan AI

Kurikulum Merdeka Belajar akan Wadahi Pemanfaatan AI
Ilustrasi: Mahasiswa UGM menunjukkan alat deteksi dini stunting berbasis kecerdasan buatan (AI) di Kampus UGM(Antara/Andreas Fitri Atmoko)

ERA perkembangan digital tumbuh begitu pesat. Penggunaan artificial intelligence (AI) dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa ditampik. Namun, perlu juga kecakapan agar penggunaan AI tidak membawa efek negatif bagi cara berpikir maupun perilaku manusia. Dalam hal ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) berupaya untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang cakap dalam memanfaatkan AI untuk menciptakan hal yang positif lewat kurikulum Merdeka Belajar.

“Semua orang harus bisa memanfaatkan AI dengan baik. Ini yang dikerjakan di kurikulum dan pembelajaran level anak usia dini sampai dasar dan menengah. Dan untuk mengembangkan AI, kita bicara di level pendidikan tinggi,” kata Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud-Ristek Anindito Aditomo dalam Forum Merdeka Barat 9, Senin (6/5).

Menurut Nino, salah satu yang hadir dalam kurikulum Merdeka Belajar untuk mengembangkan SDM yang cakap menggunakan AI ialah pengadaan kembali mata pelajaran informatika di tingkat sekolah yang sebelumnya pernah dihapus pada 2013. Hal itu dilakukan untuk memberikan literasi digital kepada anak-anak sejak dini.

Baca juga : SDM Indonesia Harus Siap Hadapi Kecerdasan Buatan

“Yang kita ajarkan bukan perangkat digital, tapi mindset, cara berpikirnya. Bagaimana jada membedakan informasi yang sahih dan tidak sahih, fakta dan opini, itu yang ditanamkan di mata pelajaran informatika,” ucap dia.

Selain itu, di tingkat pendidikan tinggi, Nino menyatakan pihaknya mempunyai program Kampus Merdeka, yang merupakan inisiatif Kemendikbud-Ristek untuk menjembatani mahasiswa dan dunia kerja.

Selain itu, ada pula program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Dalam hal ini, Kemendikbud-Ristek telah menawarkan tempat magang bertema teknologi dari 300 mitra industri. Dan secara keseluruhan sudah ada sebanyak 1 juta lebih mahasiswa yang mengikuti program MSIB.

Baca juga : Dalam Dua Bulan, Zoom Lepas 50 Inovasi Baru

Hal lainnya lagi ialah program praktisi mengajar, di mana praktisi dari berbagai bidang diundang untuk mengajar di kampus, dengan harapan agar mahasiswa dapat menguasai praktik materi yang diajarkan di bidang industri, termasuk teknologi.

“Jadi melalui program ini berupaya supaya semua orang harus bisa memanfaatkan AI, literasi dasar harus dikuasai, dan kalau di pendidikan tinggi kita harus bicara soal strategi riset yang terarah,” tutur Nino.

Selain itu, mengenai AI yang dinilai berpotensi membuat murid malas berpikir, Nino menegaskan bahwa dibutuhkan kreativitas pengajar. Dalam perkembangan saat ini, AI bukan lagi perangkat yang harus dijauhkan dari proses pembelajaran. Justru, AI perlu dimanfaatkan untuk menjadi alat bantu bagi murid untuk berpikir kritis dan menciptakan inovasi.

Baca juga : AI Generatif Bantu Organisasi Berinovasi Lebih Cepat

“Misalnya dalam tugas membuat esai, guru bisa menyatakan kepada murid bahwa kamu bisa menggunakan AI untuk brainstorming struktur tulisan, riset atau bahkan membuat draft awal. Tapi harus diakui bahwa ini merupakan hasil dari AI. Dari situ, bisa menjadi bahan input bagi proses selanjutnya,” ucap dia.

Persiapan Infrastruktur dan SDM

Pada kesempatan itu, Direktur Ekonomi Digital Celios Nailul Huda mengungkapkan, meskipun penetrasi Indonesia terhadap internet cukup tinggi, yakni 77%, namun hal itu belum cukup untuk menarik investasi di bidang teknologi di Indonesia. Karenanya, selain persiapan infrastruktur, persiapan SDM juga harus dipenuhi.

“Aktor teknologi yang memengaruhi brand atau perusahaan teknologi menanamkan investasi di satu negara, nah di Indonesia kita masih belum,” ungkap Nailul.

Di samping itu, AI juga berpotensi untuk memangkas tenaga kerja sebanyak 94 juta pekerja dan menghasilkan 87 juta tenaga kerja yang berhubungan dengan AI. Karenanya, Indonesia perlu bersiap untuk menghadapi hal itu, jangan sampai tenaga kerja Indonesia nantinya malah akan diisi dengan warga negara asing.

“Karenanya, Merdeka belajar yang juga mencakup literasi digital sangat penting. Tapi jangan hanya memanfaatkan AI, tapi kita harus mengembangkan AI itu sendiri,” pungkas Nailul. (Ata/Z-7)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat