visitaaponce.com

Deteksi Hipertensi, Baru 18 Juta Orang Lakukan Skrining Tekanan Darah

Deteksi Hipertensi, Baru 18 Juta Orang Lakukan Skrining Tekanan Darah
Ilustrasi: Sopir bus di terminal Arjosari, Malang, Jawa Timur, menjalani tes kesehatan(MI/Bagus Suryo)

SEBANYAK 18.231.561 orang baru melakukan skrining tekanan darah, padahal skrining tersebut sangat penting untuk deteksi awal hipertensi. Target tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Diketahui Kemenkes menargetkan skrining pada tahun ini sebanyak 90 persen atau 193.449.730 masyarakat.

"Kemenkes menyiapkan target skrining tekanan darah tahun ini sebanyak 90% masyarakat Indonesia yang bisa ukur tekanan darah untuk deteksi dini," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Eva Susanti dalam media briefing di Jakarta Selatan, Jumat (17/5).

Apabila diketahui alami hipertensi maka harus kontrol ke puskesmas atau rumah sakit. Dengan begitu masyarakat yang memiliki riwayat hipertensi harus terkontrol.

Baca juga : 398.155 Petugas Pemilu Miliki Risiko Tinggi

Bulan pengukuran tekanan darah dengan skrining selama bulan 1-31 Mei 2024 yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan tenaga kesehatan setempat. Hingga bulan ini sudah 18 juta orang dilakukan skrining PTM pada penduduk usia 15 tahun ke atas dengan target terdekat pada Juni 2024 sebanyak 70% masyarakat.

"Skrining penting supaya tidak terkena komplikasi lain seperti jantung, ginjal, hingga stroke sehingga yang terkena hipertensi harus terkontrol gula darahnya. Hipertensi merupakan silent killer sehingga kondisi medisnya tekanan darahnya mudah terkena gagal jantung. Kemenkes upayakan perbanyak skrining dan berobat secara teratur," ujar dia.

Diketahui pada 2023 sebanyak 1,8 miliar orang di dunia terkena hipertensi dan 46% tidak disadari. Kemenkes upayakan pada tahun ini fokus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk kontrol hipertensi berdasarkan kesadaran masyarakat yang perlu dibangun sehingga pasien bisa berobat secara teratur selama 3 bulan atau terkontrol dan mencegah risiko komplikasi.

Baca juga : Metode Skrining PPDS Kemenkes Dipertanyakan

Sementara itu Ketua Tim Kerja Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah P2PTM, Kemenkes, Fatchanuraliyah menyebutkan bahwa masih banyak masyarakat tidak menyadari memiliki tekanan darah. Sehingga setiap tahun perlu diingatkan minimal satu tahun sekali melakukan pemeriksaan tekanan darah di puskesmas atau di klinik atau fasilitas perawatan lainnya.

"Jika ditemukan hipertensi maka perlu dilakukan perawatan dengan dokter terkait supaya tidak timbul komplikasi dan sebagainya," ucapnya.

Sebanyak 22% penyakit hipertensi yang terjadi sebabkan disabilitas. Kemudian, hipertensi beban penyakit hipertensi menjadi urutan pertama penyebab paling banyak. Bahkan hipertensi berada di urutan keempat kematian atau 10,2 persen masyarakat meninggal karena hipertensi.

"Berdasarkan usia paling banyak terjadi pada usia 75 tahun sebanyak 64,0% dan banyak pada perempuan 32,8 dan laki-laki 25,6. Berdasarkan usia produktif usia lanjut banyak dibandingkan usia produktif mungkin usia lanjut lebih aware dengan gejala lebih lanjut sehingga datang ke dokter untuk berobat .Sementara usia muda lebih tertutupi dengan kegiatannya," kata Fatchanuraliyah.

Ia menyebut faktor lainnya yang bisa sebabkan hipertensi adalah konsumsi rokok, kurang makan buah dan sayur, kurang olahraga, dan konsumsi makanan asin berlebihan. (Iam/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat