visitaaponce.com

Kenali Pasangan, Keluarganya, Histori Diri sebelum Nikah

Kenali Pasangan, Keluarganya, Histori Diri sebelum Nikah
Ilustrasi.(Freepik)

PERNIKAHAN zaman sekarang memasuki tren baru. Angkanya secara konsisten mengalami penurunan, perceraian kian meningkat, dan pemberitaan tentang KDRT seolah tiada ujungnya. Semua ini tak pelak membuat orang bertanya-tanya, apakah pernikahan seburuk itu?

"Tidak, jika pernikahan itu dengan pasangan yang tepat dan hubungan sehat. Fenomena kegagalan rumah tangga dalam ilmu family constellation atau konstelasi keluarga dipahami sebagai akibat tidak pulihnya pola rantai toksik yang diwariskan orangtua dan leluhur. Oleh karenanya, mengenali pasangan, keluarganya, dan histori diri sendiri sudah sepatutnya menjadi kewajiban sebelum memasuki hubungan jangka panjang," urai penulis best-selling Meilinda Sutanto. 

Buku I Do merupakan karya kedua Meilinda. Ia seorang terapis konstelasi keluarga yang buku pertamanya berjudul Family Constellation dicetak ulang sebanyak empat kali sepanjang 2023. 

Baca juga : Terungkap! 5 Nama Ini Akan Jadi Bridesmaid dalam Pernikahan Aaliyah Massaid dan Thariq Halilintar

Diterbitkan oleh Gramedia dan Elexmedia, buku ini bukan membahas tentang cara menciptakan wedding seindah tema fairy tale, melainkan memandu pembacanya untuk mengenali dan memutus trauma turun-temurun yang berpotensi merusak hubungan. Dengan metode konstelasi keluarga yang dapat mengidentifikasi masalah ke akar, temukan jalan untuk membangun, membina, dan mentransformasi hubungan berpasanganmu menjadi lebih sehat, intim, dan memuaskan. 

"Tema relationship diangkat dalam buku kedua ini mengingat betapa pentingnya setiap pasangan untuk dapat menciptakan dan menjaga hubungan sehat sebagai fondasi kuat saat membangun dan membina rumah tangga," ujar Meilinda. Fase penting yang tidak dapat dilewati begitu saja, dalih-dalih langsung menjajaki urusan parenting atau yang penting anak yang bisa berdampak negatif baik dalam perkembangan anak maupun terhadap karier dan tingkat kepuasan dalam hidup. 

Seiring dengan waktu, cinta dan pernikahan berevolusi sesuai zaman. Ketika zaman dulu pernikahan dianggap sebagai sarana atau alat untuk bertahan hidup bagi seorang perempuan, zaman sekarang pernikahan menjadi pilihan dan bukan keharusan. "Di sini pentingnya kita bisa menavigasi perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena makna kebahagian bagi setiap orang berbeda," tuturnya. 

Menurut Meilinda, buku ini cocok bagi orang yang mau mempersiapkan kehidupan bersama setelah mengikat janji pernikahan; sedang dalam tahap berpacaran serius maupun tidak serius; skeptis atau bahkan tidak percaya dengan pernikahan; berniat untuk menjalin hubungan, tetapi terkendala waktu, tanggung jawab, atau trauma; telah bercerai dan ingin memulai kehidupan berpasangan lagi; telah menikah, tetapi merasa hubungan penuh perjuangan atau bahkan hambar.

Diharapkan, kata dia, mereka yang membaca buku I Do dapat lebih menyadari betapa pentingnya menciptakan kebahagiaan versi masing-masing. Ketika harus memilih untuk single, menikah, cerai, atau menikah lagi, pilihlah untuk bahagia. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat