visitaaponce.com

Australia Minta Tiongkok tak Halangi Kepergian Warga Uyghur

Australia Minta Tiongkok tak Halangi Kepergian Warga Uyghur
Sadam Abudusalamu(AFP)

KEDUTAAN Besar Australia di Beijing secara resmi meminta Tiongkok, untuk mengizinkan seorang balita warga Australia dan ibunya, meninggalkan negara tersebut.

Sadam Abudusalamu, pria Australia keturunan Uyghur, bersuara menentang penganiayaan terhadap warga Uyghur dan minoritas Muslim lainnya di wilayah Xinjiang, Tiongkok. Keresahannya diungkapkan dalam program Four Corners ABC pekan ini.

Baca juga: Bertemu Menlu Singapura, Jokowi Jelaskan Visi Indonesia

Istri Abudusalamu, Nadila Wumaier, dicegah meninggalkan Xinjiang. Otoritas Tiongkok juga sempat menahan dan menginterogasi Wumaier di kota Urumqi. Namun,  akhirnya dia dibebaskan.

Abudusalamu telah meminta Pemerintah Federal untuk membantu kepulangan istri dan putranya yang berusia 2 tahun, Lutfy, ke Australia. Putra Abudusalamu merupakan warga negara Australia, namun tidak dengan ibunya.

Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne, mengatakan pihaknya telah menerima laporan terkait pemeriksaan istri Abudusalamu. "Perlu dicatat bahwa Wumaier bukan warga negara Australia, kami tidak mempunyai hak untuk akses konsuler," ujar Payne dalam pernyataan resmi.

"Kedutaan Besar di Beijing secara resmi meminta otoritas Tiongkok, mengizinkan Wumaier dan putranya (yang merupakan warga negara Australia) untuk bepergian ke Australia," lanjutnya.

Program Four Corners menyoroti nasib warga Australia keturunan Uyghur, dengan anggota keluarga masih terperangkap di wilayah Xinjiang. Mereka juga menguraikan kondisi tahanan Muslim Uyghur, yang dimanfaatkan sebagai buruh di pabrik garmen.

Setelah penayangan Four Corners pada Senin kemarin, Kedutaan Besar Tiongkok di Australia mengeluarkan pernyataan yang mengecam program tersebut. "Sebab, dinilai penuh kebohongan, distorsi dan bias," bunyi pernyataan kedutaan.

Sejauh ini, pemerintah Tiongkok menilai keadaan di Xinjiang sebagai program anti-terorisme dan kesuksesan deradikalisasi. Pandangan itu diterima secara luas dan disebarkan ke seluruh wilayah Tiongkok.

Abudusalamu menyambut baik pernyataan Payne, namun mendesak pemerintah mengambil tindakan lebih lanjut. "Saya sangat menghargai apa yang dilakukan pemerintah, tetapi sebagai ayah dan suami, saya mengharapkan lebih banyak," tuturnya.

Kepada ABC, dia mengungkapkan tekanan yang dialami bersama istrinya, setelah program Four Corners disiarkan. "Dia datang ke kantor polisi, dan pemerintah Tiogkok mengatakan kepadanya agar tutup mulut, atau hidupnya akan dalam bahaya," jelas Abudusalamu.

Baca juga: Jokowi Terima Menlu Singapura di Istana Bogor

Seperti diketahui, ada 11 juta orang Uyghur yang hidup di Tiongkok. Sebagian besar adalah kelompok minoroitas Muslim yang tinggal di wilayah Xinjiang. Abudusalamu menyebut pemerintah Tiongkok secara efektif melarang penyebaran Islam di wilayah tersebut.

"Warga Uyghur sulit untuk beribadah, bahkan diwajibkan berbicara bahasa Tiongkok di sekolah," pungkasnya. (ABC/OL-6)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat