Gelar Kampanye di Tulsa, Trump Gagal Tarik Massa
PRESIDEN Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengadakan kampanye pertama sejak penerapan lockdown. Kegiatan berlangsung di tengah kerumuman yang lebih sedikit dari harapan.
Awal pekan ini, Trump mengklaim hampir satu juta orang memesan tiket untuk acara yang digelar di Bank of Oklahoma Center Tulsa. Namun, arena berkapasitas 19.000 kursi itu terlihat tidak penuh. Bahkan, tidak ada penumpukan orang seperti yang diprediksi.
Ada kekhawatiran tentang aspek keamanan pada acara selama pandemi. Belum jelas mengapa jumlah partisipan lebih rendah dari perkirakan. Trump, yang berbicara hampir dua jam tentang berbagai topik, menyebut partisipan yang hadir di stadion sebagai pejuang.
Baca juga: Facebook Hapus Iklan Kampanye Trump
Pebisnis itu juga menyalahkan media dan pengunjuk rasa yang menjauhkan pendukungnya. Agenda kampanye Trump menjadi salah satu pertemuan indoor terbesar di AS sejak covid-19 mewabah. Acara itu berlangsung saat Oklahoma mengalami peningkatan kasus positif covid-19.
Data Johns Hopkins University menyebut lebih dari 2,2 juta kasus covid-19 dan 119.000 kematian akibat virus tersebut. Dalam pidato pembukaan, Trump mengatakan ada orang yang sangat jahat dan senagaj melakukan hal buruk. Namun, dia tidak menjelaskan maksudnya lebih lanjut.
Menanggapi pandemi covid-19, Trump mengaku telah mendorong pejabat negara untuk memperlambat pengujian. Dia menilai hal itu meningkatkan jumlah temuan kasus covid-19. Dia menggambarkan tes covid-19 sebagai 'pedang bermata dua'.
Baca juga: Demonstran Robohkan Patung, Trump: Harus Segera Ditangkap
"Ketika Anda melakukan pengujian sejauh itu, Anda akan menemukan lebih banyak orang. Anda akan menemukan lebih banyak kasus," serunya kepada para pendukung yang bersorak. "Jadi saya bilang perlambat pengujian," tukas Trump.
Semula Trump berencana mengadakan kampanye pada Jumat waktu setempat. Namun, dia mengubah jadwal karena mengetahui Jumat jatuh pada 19 Juni, yang dikenal sebagai Juneteenth. Itu peringatan yang menandai berakhirnya perbudakan di Negeri Paman Sam.(BBC/OL-11)
Terkini Lainnya
Gedung Putih Tanggapi Pertanyaan Tentang Kesehatan Mental Joe Biden
Masih Ada Perbedaan Antara Israel - Hamas Dalam Upaya Gencatan Senjata
IHSG Ditutup Melemah Ikuti Bursa Kawasan Asia
Rupiah Menguat Didukung Peluang Suku Bunga AS Dipangkas
Mengaku Investor, Pria AS Bawa Senjata Tajam dan Merusak Rumah Warga di Bali
Dibuka Melemah, Rupiah Berpotensi Menguat saat Pengangguran AS Naik
New York Times Sebut Joe Biden Perlu Mundur dari Pemilu AS 2024
Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres, Ini Antisipasi Pemprov Jateng
Jelang Pilkada, Rakyat Diminta Sadar dari Hipnotis Politik Populisme ‘ala Jokowi’
Pengamat : Pencalonan Anies di Pilgub DKI Berkaitan dengan Pilpres 2029
Tingginya Partisipasi Pemilih tidak Berbanding dengan Kualitas Demokrasi
Menafsir Politik sebagai Muamalah Duniawiah
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap