visitaaponce.com

Catatan Lima Tahun Pangeran Mahkota Saudi Berkuasa

Catatan Lima Tahun Pangeran Mahkota Saudi Berkuasa
Mohammed bin Salman.(AFP/Bandar Al-Jaloud/Istana Kerajaan Saudi.)

PUTRA Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman telah lama dikesampingkan di panggung dunia. Namun saat bersiap untuk menandai lima tahun sebagai pemimpin de facto, dia akhirnya pulih dari kedinginan.

Kunjungan Presiden Amerika Serikat Joe Biden bulan depan akan menyelesaikan rehabilitasi internasional pangeran berusia 36 tahun itu. Ia yang secara luas dicerca atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018.

Perjalanan Biden--setelah invasi Rusia ke Ukraina membuat harga minyak melonjak dan menjatuhkan ekonomi--mengikuti kunjungan para pemimpin Prancis, Inggris, dan Turki. Ini merupakan kemenangan tanpa syarat bagi Pangeran Mohammed yang telah memimpin negaranya dengan kegoncangan sejak dinobatkan sebagai pewaris ayahnya, Raja Salman, 86, pada 21 Juni 2017.

Pada masanya sebagai penguasa tidak resmi Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar di dunia dan rumah bagi dua tempat tersuci Islam, MBS telah meliberalisasi banyak aspek kehidupan sehari-hari sambil menegaskan kontrol keras atas yang lain. Namun upayanya untuk mengubah kerajaan konservatif berisiko sepenuhnya dibayangi oleh pembunuhan Khashoggi, suatu tindakan yang sangat menjijikkan sehingga perjalanan Biden--langkah rutin bagi para pemimpin Amerika di masa lalu--memicu kontroversi.

Agen Saudi membunuh dan memotong-motong Khashoggi, orang dalam yang menjadi kritikus, di konsulat kerajaan di Istanbul pada Oktober 2018. Intelijen AS menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammed menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi. Tuduhan ini dibantah MBS.

Menyusul kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pertemuan yang direncanakan dengan Biden menjadi validasi utama dari Pangeran Mohammed. "Washington semacam pusat penentangan terhadap MBS dalam hal pernyataan publik resmi dan mobilisasi di Barat," kata Yasmine Farouk dari Carnegie Endowment for International Peace.

"Inilah yang sebenarnya ingin dicapai MBS selama satu setengah tahun terakhir yakni pertemuan dan gambaran dengan Biden sebagai mitra," kata seorang diplomat yang berbasis di Riyadh.

Wanita Saudi

Ketika tiba, Biden akan menemukan cap Pangeran Mohammed hampir di mana-mana. Namun tidak ada kelompok yang terpengaruh lebih dari wanita Saudi.

Pencabutan aturan terkenal tentang yang bisa dipakai wanita dan tujuan mereka bisa pergi merupakan inti dari narasi liberalisasi Saudi yang baru. Jubah abaya dan jilbab sekarang opsional, wanita tidak lagi dilarang dari konser dan acara olahraga, dan pada 2018 mereka mendapatkan hak untuk mengemudi.

Kerajaan juga melonggarkan yang disebut aturan perwalian. Ini berarti perempuan sekarang dapat memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin kerabat laki-laki.

Namun cerita untuk perempuan belum sepenuhnya positif, terutama bagi mereka yang berani angkat bicara. Pada 2018, pihak berwenang menangkap setidaknya selusin aktivis wanita. Kebanyakan dari mereka ditangkap tepat sebelum larangan pengendara wanita dicabut.

Langkah itu didahului oleh tindakan keras yang menghantam pangeran dan pejabat senior yang dicurigai melakukan korupsi atau ketidaksetiaan. Puluhan di antaranya ditangkap pada November 2017 di hotel mewah Ritz-Carlton, Riyadh.

Pangeran Mohammed, "Telah menggabungkan revolusi budaya, sosial, dan seni yang dramatis serta menyeluruh dari atas ke bawah dengan konsentrasi kekuasaan yang sama dramatisnya secara politik," kata Hussein Ibish dari Institut Negara Teluk Arab di Washington.

Fase kritis

Beberapa kebijakan Pangeran Mohammed yang paling mencolok telah terjadi di luar batas negaranya. Dua bulan setelah ayahnya, Raja Salman, naik takhta pada 2015 dan menunjuk Pangeran Mohammed sebagai menteri pertahanan, Riyadh mengerahkan koalisi untuk campur tangan di Yaman yang dilanda perang.

Konflik antara pemerintah Yaman yang didukung Saudi dan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran membunuh ratusan ribu orang secara langsung dan tidak langsung serta mendorong jutaan orang ke ambang kelaparan. Tanda-tanda kebijakan luar negeri Saudi yang lebih berotot juga terlihat dalam blokade tiga tahun terhadap Qatar yang dimulai pada Juni 2017, bulan yang sama ketika Pangeran Mohammed menjadi pewaris.

Baru-baru ini, kerajaan mengadopsi sesuatu yang oleh para analis disebut sebagai pendekatan yang agak damai di kawasan itu, semisal terlibat dalam pembicaraan dengan saingannya Iran. Pangeran Mohammed juga menyebut Israel sebagai sekutu potensial.

Baca juga: Tur Biden pada Juli Diharapkan Tekan Iran Dekatkan Israel-Saudi

Mungkin elemen paling signifikan dari agenda reformasi Visi 2030 Pangeran Mohammed yaitu upayanya menyasar ekonomi baru yang sudah lama bergantung pada minyak. Upaya tersebut termasuk mendorong sekitar 30 juta turis asing setiap tahun pada 2030. Beberapa dari mereka terpikat oleh megaproyek seperti NEOM, megacity futuristik senilai $500 miliar lengkap dengan robot pembantu dan taksi terbang.

Namun begitu, Pangeran Mohammed sekarang memiliki proses reformasi Arab Saudi dan warisannya akan bergantung pada keberhasilannya, kata Kristian Ulrichsen dari Institut Baker Universitas Rice di Amerika Serikat. "Setelah membuat begitu banyak fakta bahwa dia, dan hanya dia, yang dapat mengubah Arab Saudi pada 2030. Beberapa tahun ke depan akan sangat penting bagi Mohammed bin Salman saat dia berusaha memberikan hasil yang nyata." (AFP/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat