Pemerintah Arab Saudi Ingin Gudeg Jadi Hidangan bagi Jemaah Haji
![Pemerintah Arab Saudi Ingin Gudeg Jadi Hidangan bagi Jemaah Haji](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/d35f54d365aee204a82630e66d819225.jpg)
PEMERINTAH Arab Saudi berencana menjadikan salah satu makanan tradisional asal Yogyakarta, gudeg, sebagai jamuan untuk jemaah haji. Proses itu masih dalam tahap sertifikasi makanan.
"Gudeg sekarang sudah dikemas dalam kaleng yang tahan lama. Beberapa waktu lalu pernah misi dagang ke Arab, dari Arab pernah datang ke Jogja," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Syam Arjayanti dihubungi, Jumat, 28 Juni 2024.
Syam mengatakan proses menjadikan gudeg sebagai makanan bagi jemaah haji sudah berjalan sekitar satu tahun. Menurutnya, proses saat ini masih pada sertifikasi makanan yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi.
Baca juga : Ini Klarifikasi Garuda Indonesia Soal Penyesuaian Jadwal Pemulangan Jemaah Haji
Ekspor makanan, ia melanjutkan, harus memenuhi apa yang diinginkan negara tujuan. Di Arab Saudi, ada beberapa sertifikasi yang harus dilalui.
"Ini masih proses, ada yang clear, dan masih proses. Butuh waktu. Sertifikasi biayanya mahal," kata dia.
Ia menegaskan saat ini Gudeg Bu Citro yang masuk dalam proses itu. Bila tembus, proses itu akan berlanjut kerja sama dengan standarisasi yang ditentukan.
Baca juga : 1.301 Jamaah Meninggal pada Ibadah Haji Tahun Ini
Di sisi lain, ada persoalan keterbatasan bahan baku gudeg, yakni nangka. Produsen gudeg dalam beberapa waktu terakhir sudah sudah mendatangkan nangkan dari luar DIY untuk berproduksi.
"Persoalannya di sini memang sertifikasi ini, tergantung kemampuan masing-masing IKM (industri kecil menengan) di Yogyakarta. Itu belum dari segi kualitas dan kuantitas," ujarnya.
Syam menyebut banyak potensi makanan yang bisa diekspor kendati terkendala pada teknologi untuk membuat makanan itu bertahan lama. Apalagi, seperti untuk ibadah haji akan membutuhkan dalam jumlah besar.
Baca juga : 5 Jemaah Haji Asal DIY Meninggal di Tanah Air
"Kalau makanan minimal harus bertahan 1 tahun hingga 1,5 tahun. Itu yang seringkali harus ada teknologi yang belum bisa memenuhi," ungkapnya.
Selain itu, Pemerintah Arab Saudi juga menginginkan salak bisa masuk. Namun, proses uji coba teknologi dengan sejumlah lembaga baru mampu membuat salak bertahan hingga satu bulan.
"Ini baru berproses terus, moga-moga goal juga. Kalau itu pun belum menjadi makanan resmi haji dan umrah, dari Arab sendiri siap memasarkan ke retail-retail mereka, ke hotel-hotelnya siap juga," ucapnya.
(Z-9)
Terkini Lainnya
38 Rekomendasi Kuliner Bandung, Mangga Dicobian!
Resep Soto Betawi dan Cara Membuatnya, Cocok Disantap Selagi Hangat
5 Makanan Wajib saat Perayaan Cap Go Meh
Singkong di Indonesia Ternyata Dibawa dari Peru pada 1850
200 Pelaku Usaha Kuliner di Denpasar Ikuti Pelatihan Inovasi Higienitas
Indonesia Hadapi Jepang di Perempat Final Kejuaraan Asia Junior
Tim Bulu Tangkis Junior Indonesia Menang 4-1 atas India
Komunitas UGM Peduli Gagas Kegiatan Polmas Kawasan Pendidikan
Louis Gilbert Yulianto, Seniman Cilik Asal Yogya Pamerkan Karya di ArtJog 2024
Mandiri Jogja Marathon 2024 Usung Semangat Keberlanjutan dan Ekowisata
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap