visitaaponce.com

Perdana Menteri Thailand Bubarkan Parlemen

Perdana Menteri Thailand Bubarkan Parlemen
PERDANA Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha membubarkan parlemen pada Senin (20/3).(AFP/JACK TAYLOR)

PERDANA Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha membubarkan parlemen pada Senin (20/3). Keputusan itu menandai pelaksanaan pemilihan umum pada Mei mendatang.

Pemimpin kudeta itu berusaha untuk memperpanjang kekuasaan yang didukung militer. Pemilihan nantinya akan memperebutkan kekuasaan antara Prayut yang berkuasa sejak 2014, melawan putri miliarder mantan PM Thaksin Shinawatra, Paetongtarn Shinawatra.

Kelompok oposisi utama Pheu Thai, yang digawangi oleh Paetongtarn Shinawatra menghadapi tantangan perubahan syatat setelah konstitusi diubah pada 2017 oleh junta Thailand. Konstitusi menambah syarat keterpilihan perdana menteri.

Baca juga : Polusi Udara di Bangkok kian Parah, Ratusan Ribu Warga Dirawat di Rumah Sakit

Sebuah pernyataan resmi pembubaran parlemen diterbitkan di Royal Gazette dan Komisi Pemilihan Umum Thailand akan mengkonfirmasi tanggal pemungutan dengan kemungkinan besar pada 7 atau 14 Mei.

Pemilihan nantinya akan menjadi yang kedua sejak kudeta 2014 dan yang pertama sejak negara itu diguncang oleh protes pro-demokrasi besar-besaran yang dipimpin kaum muda di Bangkok pada 2020.

Baca juga : Ketua BKSAP Ajak Anggota Parlemen Dukung Draf Emergency Item Qatar

Prayut yang berusia 68 tahun, yang mengokohkan kekuasaannya dalam pemilihan kontroversial pada 2019, telah menunjukkan umur panjang yang jarang terjadi dalam politik Thailand. Tetapi dalam jajak pendapat terbaru Prayut tertinggal di tempat ketiga dengan 15% dukungan, di belakang Paetongtarn dengan 38%.

Hasil Survei

Dalam jajak pendapat yang sama terhadap 2.000 orang, yang dilakukan oleh National Institute of Development Administration, untuk kategori partai pilihan, hampir 50% responden memilih Pheu Thai. Sementara partai United Thai Nation pimpinan Prayut sekitar 12%.

Setelah Komisi Pemilihan Umum Thailand mengumumkan partai pemenang, parlemen diperkirakan akan menunjuk perdana menteri terpilih sekitar bulan Juli. Di bawah konstitusi 2017 yang dirancang junta, perdana menteri dipilih oleh 500 anggota parlemen majelis rendah terpilih dan 250 senator.

"Saya memiliki harapan kuat bahwa kami pasti dapat membentuk pemerintah. Makanya kita berkampanye soal longsor, karena longsor akan membuat kita kuat untuk membentuk pemerintahan," kata Paetongtarn pada rapat umum pada Jumat (17/3).

Jika berhasil, dia akan menjadi Shinawatra ketiga yang menjadi perdana menteri setelah ayah dan saudara perempuannya Yingluck yang digulingkan oleh kudeta Prayut pada 2014. Jajak pendapat akan menunjukkan Pheu Thai memiliki peluang, dengan banyak pemilih muak dengan Prayut dan kurangnya kemajuan yang mereka lihat dalam hidup mereka sendiri. (AFP/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat