visitaaponce.com

21 Warganya Tewas, Kepulangan Warga Thailand dari Israel Disambut Air Mata

21 Warganya Tewas, Kepulangan Warga Thailand dari Israel Disambut Air Mata
Warga negara Thailand berhasil kembali dari Israel disambut oleh keluarga(AFP)

PENERBANGAN pertama warga Thailand yang melarikan diri dari konflik antara Israel dan Militan Hamas, telah mendarat di Bangkok pada Kamis (12/10). Beberapa orang menceritakan pelarian yang mengerikan itu ketika dipertemukan kembali dengan anggota keluarga yang menangis.

Keluarga-keluarga yang cemas berkumpul di bandara beberapa jam sebelum kedatangan penerbangan yang membawa 41 warga Thailand, termasuk 15 pengungsi dari Israel. Kementerian tenaga kerja Bangkok, melaporkan sekitar 30.000 orang Thailand bekerja di Israel, sebagian besar di sektor pertanian.

Dua pekerja yang baru pulang duduk di kursi roda, wajah mereka terlihat lelah setelah menempuh perjalanan panjang.

Baca juga : Soal Evakuasi WNI dari Palestina, TNI Tunggu Perintah Presiden

"Saya pikir saya tidak akan selamat. Mereka menembak terus menerus seperti di film," kata Katchakorn Pudtason kepada wartawan di bandara.

Baca juga : Begini Cara Pemerintah Selamatkan WNI di Israel maupun Palestina

"Pertempuran itu sangat intens sehingga majikan saya mengizinkan kami berlindung di rumahnya," tambahnya.

"Dia mengatakan kepada saya bahwa situasinya mulai mereda dan ketika saya mencoba melarikan diri, saya mendengar suara tembakan di belakang saya dan saya menyadari bahwa saya tertembak di bagian lutut,” ujarnya.

Para pejuang Hamas pada hari Sabtu menyeberangi perbatasan Israel dengan kendaraan, melalui udara dan laut untuk membunuh lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.

Mereka juga menyandera puluhan sandera Israel, berkewarganegaraan ganda dan asing, yang diancam akan dibunuh oleh Hamas.

Israel telah membalas dengan mengumumkan perang untuk menghancurkan kemampuan Hamas, dengan menggempur Jalur Gaza tanpa henti.

Lebih dari 1.200 warga Palestina telah tewas di Gaza karena Israel telah meratakan seluruh blok kota dan menghancurkan ribuan bangunan.

"Jumlah warga Thailand yang tewas dalam konflik ini telah meningkat menjadi 21 orang," kata Perdana Menteri Srettha Thavisin pada hari Kamis.

Seorang warga Thailand, Yanisa Thaweekaew, yang putranya Supipat Kongkaew telah bekerja di sebuah perkebunan alpukat Israel sejak tahun lalu, mengatakan bahwa ia belum tidur selama berhari-hari.

"Anak saya adalah segalanya bagi saya. Saya khawatir. Dia adalah satu-satunya anak laki-laki yang saya miliki," katanya kepada AFP.

"Saya menangis setiap hari mengetahui bahwa dia tinggal di zona merah,” ujarnya.

Banyak dari mereka yang dipulangkan adalah buruh tani dari wilayah timur laut Thailand yang miskin dan pergi ke Israel untuk mencari upah yang jauh lebih tinggi.

Ibu dan istri Somma Sae-ja, seorang pria yang pindah ke Israel dua tahun lalu untuk bekerja di bidang pertanian mengaku cemas menunggu kepulangannya, dia selamat meski tertembak di kaki.

"Saya tidak bisa tidur semalam, saya sangat bersemangat dan khawatir," kata istrinya, Nantawan Sae-lee, 30, kepada AFP.

"Kami tidak memiliki banyak uang sehingga dia pergi ke Israel. Dia adalah orang yang sangat baik,” ujarnya.

Lebih dari 5.000 warga Thailand berusaha untuk kembali ke Thailand, bersama para diplomat yang menjajaki opsi evakuasi melalui laut dan darat.

Penerbangan repatriasi Thailand lebih lanjut dijadwalkan akan meninggalkan Israel pada hari Minggu dan Rabu minggu depan.

Sawiang Paelin, 69, dari Nong Khai, mengatakan bahwa putranya mampu menghidupi seluruh keluarganya dengan bekerja di luar negeri, namun ia bersyukur karena putranya telah kembali dengan selamat.

"Tidak ada jumlah uang yang lebih penting daripada nyawa seseorang," pungkasnya. (AFP/Z-8)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat