Lelah Lihat Kebiadaban Israel, Pimpinan HAM PBB Mengundurkan Diri
DIREKTUR Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Craig Mokhiber menuduh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan sebagian besar negara Eropa sepenuhnya terlibat dalam serangan mengerikan Israel terhadap warga Jalur Gaza. Ia pun mengundurkan diri dari jabatannya karena PBB dianggapnya gagal menghentikan kebiadaban Israel.
Mokhiber menulis surat pada 28 Oktober kepada Komisaris Tinggi PBB di Jenewa Volker Turk bahwa pesannya ini akan menjadi komunikasi terakhir dalam perannya di PBB. Mokhiber mengundurkan diri setelah mencapai usia pensiun.
“Sekali lagi kita melihat genosida terjadi di depan mata kita dan organisasi yang kita layani tampaknya tidak berdaya untuk menghentikannya," tulisnya kepada Volker.
Baca juga: AS Tuding Putin Ambil Keuntungan dari Perang Israel-Hamas
Dia mengatakan PBB telah gagal mencegah genosida sebelumnya terhadap suku Tutsi di Rwanda, warga Muslim di Bosnia, kelompok Yazidi di Kurdistan Irak, dan Rohingya di Myanmar serta kali ini di Gaza.
“Komisaris Tinggi gagal lagi. Pembantaian besar-besaran terhadap rakyat Palestina saat ini, yang berakar pada ideologi pemukim kolonial etno-nasionalis, merupakan kelanjutan dari penganiayaan dan pembersihan sistematis yang telah berlangsung selama beberapa dekade, sepenuhnya didasarkan pada status mereka sebagai orang Arab, tidak ada keraguan," paparnya.
Mokhiber menambahkan tragedi di Jalur Gaza adalah contoh kasus genosida dan mengatakan bahwa AS, Inggris, dan sebagian besar negara Eropa tidak hanya menolak memenuhi kewajiban perjanjian mereka berdasarkan Konvensi Jenewa, tetapi juga mempersenjatai serangan Israel dan memberikan perlindungan politik dan diplomatik terhadap konflik tersebut.
Baca juga: Direktur FBI Sebut Ada Peningkatan Ancaman di AS Akibat Perang Israel dan Hamas
Surat kepergiannya itu tidak menyebutkan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera 240 orang. Yang lebih kontroversial lagi, suratnya menyerukan diakhirinya negara Israel secara efektif.
“Kita harus mendukung pembentukan negara sekuler yang demokratis dan tunggal di seluruh wilayah Palestina yang bersejarah, dengan hak yang sama bagi umat Kristen, Muslim, dan Yahudi. Penghapusan kelompok-kelompok yang sangat rasis dan pemukim-proyek kolonial dan mengakhiri apartheid di seluruh negeri,” tulisnya.
Mokhiber telah bekerja untuk PBB sejak 1992 dan memegang sejumlah peran penting. Ia memimpin tugas komisaris tinggi dalam merancang pendekatan pembangunan berbasis hak asasi manusia, dan bertindak sebagai penasihat senior hak asasi manusia di Palestina, Afghanistan, dan Sudan.
Seorang pengacara yang berspesialisasi dalam hukum hak asasi manusia internasional, dia tinggal di Jalur Gaza pada 1990-an. Dalam perannya sebagai direktur kantor komisaris tinggi hak asasi manusia di New York, dia kadang-kadang mendapat kecaman dari kelompok pro-Israel karena komentarnya di media sosial.
Dia dikritik karena memberikan dukungan terhadap gerakan boikot, divestasi, sanksi (BDS), dan menuduh Israel melakukan apartheid sebuah tuduhan yang dia ulangi dalam surat terakhirnya.
Jurnalis dan akademisi mulai mengunggah isi surat tersebut ke X, pada Selasa (31/10) sore. (The Guardian/Z-1)
Terkini Lainnya
Kepala Komisi HAM PBB Kecam Pernyataan Menteri Israel
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap