Sekolah Ambruk Siswa Dijemput Dari Posko Pengungsian Jalani UAS
DI tengah suasana pengungsian akibat bencana banjir bandang, 4 April 2021, lembaga pendidikan yang ikut ambruk akibat bencana badai Seroja, berjuang agar para siswa kelas 6 dapat menjalani UAS, syarat kelulusan siswa dari jenjang sekolah dasar.
Sebanyak 20 siswa Kelas 6 SDK 1 Lewotolok, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, terpaksa mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) tatap muka di SDK Waipukang, sekolah tetangga yang tidak terdampak badai Seroja.
Kebijakan UAS tatap muka tersebut dilakukan Pihak Sekolah yang sudah rata tanah itu, meski harus menjemput para siswa yang tersebar di posko pengungsian.
Selain menewaskan 29 korban jiwa, bencana banjir bandang di Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, juga menghancurkan seluruh bangunan SDK Lewotolok 1. Beruntung, 20 siswa kelas 6 SD Selamat, sedangkan beberapa siswa kelas 5 dan kelas 3 di sekolah tersebut meninggal dunia.
Sekolah Dasar Katolik (SDK) Lewotolok 1 rata dengan tanah, akibat diterjang banjir bandang, 4 April 2021 lalu.
20 Siswa kelas 6 SDK Lewotolok yang kini mengungsi, dijemput Pemerintah dengan dua unit minibus setiap hari untuk mengikuti UAS di SDK Waipukang.
Wakil Kepala Sekolah SDK Lewotolok, Philipus Raja Kelen, Kamis (29/4/2021) mengatakan, setiap hari dua unit mobil menjemput dan mengantar kembali para siswa peserta UAS untuk menjalani ujian di SDK Waipukang dari posko Pengungsian yang tersebar di dalam kota Lewoleba.
Pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Lembata. "Karena sekolah kami sudah rata tanah dan para siswa seluruhnya mengungsi bersama orang tua, maka kami harus jemput untuk ikuti UAS di SDK Waipukang. Kami pakai 2 ruang kelas," ujar Philipus Raja Kelen.
Ujian berlangsung selama 3 hari, mulai Senin, Selasa dan Rabu. Kelen mengapresiasi Sopir mobil Yang disediakan Dinas Perhubungan yang tepat waktu saat mengantar dan menjemput para siswa saat menjalani ujian.
"Anak-anak itu dijemput dari rumah ke rumah, dijemput dari tempat pengungsian, di kantor Camat Nubatukan, rumah pribadi di 7 Maret, Wangatoa atas dan satu di Waikomo," ujar Philipus Kelen.
Ia berharap, meski dalam suasana pengungsian yang entah sampai kapan akan berakhir, para siswanya itu dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (OL-13).
Baca Juga: Muncul Klaster Shalat Tarawih di Banyumas
Terkini Lainnya
Gunung Lewotobi Erupsi Lagi, Warga kembali Mengungsi
Pemerintah Tinjau Calon Lokasi Pembangunan SMA Unggul Garuda
Menhut Sarankan Petani Tuatuka Pakai Nama Jagung Rote Untuk Sorgum
BMKG Minta Warga NTT Waspadi Potensi Tropical Disturbance
Anggota TNI Tewas Gantung Diri di Rote Ndao
Motif Anggota TNI di NTT Tewas Gantung Diri, Calon Mertua Minta Mahar Rp250 Juta
Badai Petir Raksasa di Jupiter Mengubah Penampilan Sabuk Cokelat Raksasa
Banjir Besar di Valencia Spanyol Tewaskan 51 Orang
Bagaimana Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Badai, Topan, dan Siklon?
Korban Badai Helene di Florida Terus Bertambah
50 Orang Tewas Akibat Badai Helene Hantam Florida AS
Badai Hujan Hijaukan Gurun Sahara
Transformasi Zakat di Era Digital: Kiprah Baznas Selama Dua Dekade (2001-2024)
Drama Nasib Honorer Pasca-UU ASN
Takdir Mahmoud Abbas Pascaperang Gaza
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
Dokter Buruh
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap