visitaaponce.com

Amerika dan Austria Mengembalikan 30 Kura-Kura Leher Ular Endemik Pulau Rote

Amerika dan Austria Mengembalikan 30 Kura-Kura Leher Ular Endemik Pulau Rote
Para pihak menyepakati pemulangan kura-kura leher ular (Chelodina mccord) dari kebun binatang di Amerika dan Austria.(MI/PALCE AMALO)

BALAI Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur
(NTT) sedang menanti kembalinya 30 kura-kura leher ular (Chelodina
mccord) dari kabun binatang di Amerika dan Austria.

Pemulangan satwa endemik Pulau Rote ini difasilitasi bersama Wildlife
Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP) dan Mandai Nature atau
Singapura Zoo.

"Kura-kura ini sudah tiba di Singapura dan sedang menjalani
habituasi atau penyesuaian sebelum dikirim ke Kupang pada Mei 2023.
Kura-kura leher ular ini salah satu dari 25 spesies kura-kura di dunia
yang terancam punah," ujar Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud kepada Media
Indonesia.

Repatriasi kura-kura leher ular ini adalah kedua kalinya yang
difasilitasi WCS-IP. Pada 23 September 2021, WCS-IP juga memfasilitasi
pemulangan 13 kura-kura ini dari dua negara tersebut. "WCS ini adalah
lembaga yang memfasilitasi kerjasama dengan kita (BBKSDA), sedangkan
Mandai Nature yang memfasilitasi proses transfernya," tambahnya.

Untuk itu, pada Sabtu (1/4) malam, Arief Mahmud bersama Country Director WCS Indonesia Program,  Noviar Andayani menandatangani  Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2022-2023.

Kerja sama ini merupakan tindaklanjut dari Memorandum Saling Pengertian
(MSP) antara Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersaama WCS-IP.

Untuk RKT yang ditandatangani tersebut, WCS-IP akan mempersiapkan
habitat kura-kura leher ular yang aman di tiga danau di Pulau Rote,
Kabupaten Rote Ndao, serta mempersiapkan kembalinya batch kedua
kura-kura leher ular yang sudah tiba di Singapura.

"Insya Allah, kami di WCS tetap teguh memegang komtiemen kami mengembalikan kura-kura yang seharusnya menjadi kebanggaan Pulau Rote," kata Noviar Andayani.


Bersama masyarakat


BBKSDA bersama WCS Indonesia Program membangun kebersamaan bersama para
pemangku kepentingan untuk memastikan kura-kura yang dikembalikan ke danau yang menjadi habitatnya selama bertahun-tahun, agar tetap survive.

Pasalnya, tiga danau yang akan ditempatkan kura-kura, berada di luar
kawasan konservasi (Ex Situ), dan juga dimiliki oleh masyarakat
setempat. "Kami telah melakukan komunikasi dan kolaborasi dengan
masyarakat agar bersama-sama melestarikan Kura-Kura Rote ini. Dukungan
dari pemerintah provinsi dan kabupaten khususnya Pemda Rote Ndao juga
sangat dibutuhkan," ujar Arief Mahmud.

Menurutnya, BBKSDA juga berkolaborasi bersama para peneliti dari Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang sudah berhasil mengembangkan
kura-kura leher ular yang awalnya hanya empat ekor, kini sudah
berkembang menjadi 52 ekor.

Kura-Kura Leher Ular yang dikembangkan oleh Brin di Kupang tersebut,
berasal dari repatriasi 40 ekor dari kebun binatang di luar negeri pada
2009. Dari jumlah itu, 40 ekor dilepasliarkan di danau yang merupakan
habitatnya di Pulau Rote. Beberapa tahun kemudian, 40 ekor kura-kura itu tidak ditemukan lagi alias punah.

"Dari empat ekor yang ditinggalkan di pusat penelitian di Kupang, dua
ekor mati, tapi dua tetap hidup. Dari dua ekor itulah sekarang
berkembang jadi 52 ekor," jelas Arief Mahmud.

Sementara itu, BBKSDA NTT bersama WCS IP juga telah membangun fasilitas
koloni asuransi atau tempat transit kura-kura sebelum dipindahkan ke
danau di Pulau Rote. Di fasilitas ini sudah ditempatkan kura-kura yang direpatriasi pada 23 September 2021.

"Di situ kita latih untuk mencari makan sendiri. Di dalamnya ada ikan hidup, ujarnya.

Menurutnya, untuk mempertahankan sifat liar satwa, tidak boleh diberikan makan setiap hari. "Kalau kasih makan setiap hari, sifat liarnya hilang," tambahnya. (N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat