Haru Maria Goretty dari Duka Menjadi Juara
![Haru Maria Goretty dari Duka Menjadi Juara](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/08/0599d1db5b0cedd5fc12dddc172fd65d.jpg)
MARIA Goretty Sumiyati berteriak lepas. Berulang kali dia memekikkan nama Indonesia saat melakukan victory lap sebagai selebrasi setelah menjadi yang tercepat di balap kursi roda klasifikasi T54 nomor 400 meter.
Perempuan asal Cilacap ini mengaku dirinya sangat emosional dalam kemenangan ini. Sebelumnya di nomor 100 meter ia harus puas dengan medali perak. Di nomor berikutnya, 200 meter, Maria tak terbendung dan meraih emas. Kemenangan di nomor 400 meter menjadi pertarungan terakhirnya di ASEAN Paragames Solo 2022 ini.
"Ini terakhir, makanya saya teriak-teriak 'Indonesia, Indonesia'. Ini penghabisan," kata Maria usai final 400 meter balap kursi roda putri, di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Kamis (4/8).
Dalam laga final itu, Maria langsung melesat melampaui rival-rivalnya setelah sekitar 100 meter dari titik start. Ia semakin tak terkejar setelah melahap setengah jarak lomba, dan finis dengan mencatatkan waktu 1 menit 2,77 detik.
Atlet Thailand Techinee yang meraih posisi kedua, terpaut 1,750 detik dari Maria. Sementara atlet Indonesia lainnya, Nina Gusmita, meraih perunggu dengan catatan waktu 1 menit 6 detik.
Tiga pesaing lain yakni Hyatfa Chuiaui, dan Atitaya Chookerd (Thailand), serta Prudencia Panaligan (Filipina), berturut-turut tercecer di urutan paling belakang.
Maria belum lama mengenal dunia keatletan. Perkenalannya dengan dunia olahraga paralimpiade justru berawal dari kisah duka ketika kehilangan anaknya yang baru dia lahirkan.
Baca juga: Indonesia Jadi Juara Umum Cabor Blind Judo
Di tengah nestapa itu, ia diajak untuk berolahraga agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Maria pun menuruti ajakan itu meski sedang trauma.
"Pada 2014 akhir masuk National Paralympic Commitee (NPC) DKI Jakarta. Ceritanya saya dikasih anak dan meninggal. Saya trauma, sedih, tapi saat itu ada yang ngajak saya olahraga. Ya di situ saya ikut dari pada mikirin ini, yuk kita bangkit, olahraga saja. Saya latihan sambil sedih-sedih," kisah perempuan kelahiran 20 Juni 1988 ini.
Awalnya, dia mencoba sejumlah cabang olahraga paralimpiade seperti badminton dan lain-lain, tetapi dia merasa tidak cocok. Ia lebih suka olahraga yang mengandalkan tenaga. Ia pun memilih balap kursi roda.
Tetapi ternyata untuk adaptasi dengan alat pun tidak mudah. Ia perlu satu tahun untuk bisa mengenakan sarung tangan.
"Karena jadi meleset pegangannya kalau belum terbiasa," ujar Maria.
Olahraga balap kursi roda mengandalkan tangan untuk memutar roda. Sementara klasifikasi T54 adalah untuk atlet lintasan kursi roda yang memiliki fungsi penuh di tubuh mereka dengan gerakan kaki yang terpengaruh sedang atau tinggi atau tidak adanya anggota badan.
Atlet menghasilkan tenaga melalui berbagai gerakan tubuh dan lengan. Kaki tidak berperan dalam balapan.
Kesulitan lainnya dalam olahraga balap kursi roda, menurut Maria, adalah saat memulai start. Untuk nomor jarak 100 meter, ayunan permulaan sangat menentukan.
"Itu masih kelemahan saya. Saya ingin mempertajam lagi teknik saat start. Kalau jarak 400 meter, setelah jalan 10 meter saya bisa ngejar. Awalan memang kagok," ujarnya. (RO/OL-16)
Terkini Lainnya
Saptoyogo Kembali Raih Emas Untuk Indonesia
Saptoyogo Raih Medali Emas Asian Para Games Meski Bertanding dengan Rasa Sakit
Meski Raih Perak, Suparni Mengaku Pertajam Rekor Pribadi
Saptoyogo Rebut Tiket Paralimpiade 2024 dan Pertajam Rekor Asia
Saptoyogo Raih Tiket ke Paralimpiade 2024 Paris
Indonesia Tembus 60 Emas
Ketua DPR RI Apresiasi Prestasi Gemilang Kontingen APG Indonesia
Pameran Foto ASEAN Para Games 2022 Memikat Warga Solo
Presiden Serahkan Bonus Rp309 Miliar kepada Atlet ASEAN Para Games
Sumbang 15 Medali Emas, Atlet APG asal Bandung Diarak Keliling Kota
Gibran Janji Bayar Honor Relawan ASEAN Para Games XI Akhir Agustus
Indonesia Siap Hadapi Thailand di Final Sepak Bola CP
Mendampingi Generasi Stroberi
Berpendidikan secara Utuh
Perlukah Moderasi Beragama Dikembangkan sebagai Budaya Keilmuan?
Memahami Perlinsos, Bansos, dan Jamsos
Menyempitnya Ruang Fiskal APBN Periode Transisi Pemerintahan
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap