visitaaponce.com

111 Tahun Muhammadiyah dan Etos Kiai Dahlan

111 Tahun Muhammadiyah dan Etos Kiai Dahlan
(Dok. Pribadi)

SUATU hari, KH Ahmad Dahlan (Kiai Dahlan) menderita sakit keras. Meski sakit raganya, pikirannya tetap sehat dan senantiasa memikirkan Muhammadiyah. Pada hari-hari menjelang wafatnya, ia masih berdakwah membesarkan Muhammadiyah. Ia meresmikan cabang Muhammadiyah baru, berdakwah dan terus bergerak demi kemajuan Muhammadiyah. Kiai Dahlan memang memikirkan Muhammadiyah hingga menjelang wafatnya.

Sebelum wafat, ia memberikan wasiat kepada umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah. Ia berpesan, “Kalian jangan berteriak akan menyerahkan nyawa kalian untuk membela agama karena sesungguhnya nyawamu itu menjadi wewenang Allah kapan akan mengambilnya. Berkorbanlah kamu dengan hartamu karena harta itulah yang kelak akan menyelamatkanmu di akhirat.”

Kiai Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 telah mewariskan spirit juang yang kokoh. Muhammadiyah hingga saat ini tetap bertahan dan berdiri kokoh karena memegang spirit ini. Spirit itu adalah spirit memberi, spirit tangan di atas (al-yad al-‘ulya). Dakwah Muhammadiyah dibangun dengan spirit juang dan semangat memberi. Karena itu, di Muhammadiyah tidak ada pengultusan individu, tidak ada tokoh yang diagungkan.

Semangat derma, berjihad dengan harta ini menjadi etos yang dimiliki Muhammadiyah sampai sekarang. Melalui gerakan amal inilah, Muhammadiyah menjelma menjadi lembaga sosial yang modern yang memobilisasi ribuan aset dalam berbagai wujud, seperti tanah, lembaga pendidikan, sekolah dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, lembaga sosial, panti asuhan, panti jompo, pondok pesantren, rumah sakit, hingga perhotelan.

Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan keagamaan sekaligus gerakan sosial. William Shepard (2004:74) mengategorisasikan Muhammadiyah sebagai kelompok Islamic-modernism, yang lebih terfokus bergerak membangun Islamic society (masyarakat Islam) daripada Islamic state (negara Islam), dengan fokus gerakan pada pendidikan, kesejahteraan sosial, serta tidak menjadi organisasi politik kendati anggotanya tersebar di berbagai partai politik (Nashir, Haedar: 2009)

MI/Seno

 

Teologi Al-Ma’un

Selama hampir satu abad lebih, Muhammadiyah telah menjadi organisasi sosial keagamaan yang telah berkontribusi bagi negara dan bangsa ini. Gerakan dakwahnya yang dikenal dengan spirit Al-Ma’un telah membawa organisasi ini menjadi organisasi yang berkontribusi besar bagi dunia pendidikan, sosial, dan aneka sektor lainnya.

Dakwah Muhammadiyah tidak bisa dilepaskan dari spirit Al-Ma’un, spirit yang memberi, berkontribusi terhadap kaum mustad’afin. Muhammadiyah dengan gerakan pendidikan dan sosial memberantas dua musuh besar, yaitu kebodohan dan kemiskinan. Dua musuh besar itu diperangi dengan lembaga pendidikan dan lembaga sosial.

Semangat dakwah yang diilhami Al-Ma’un ini dikenal dengan istilah tauhid sosial--meminjam istilah Amien Rais. Kiai Dahlan tidak mau dicap sebagai manusia celaka, yakni orang yang mengabaikan, membiarkan, dan tidak peduli terhadap golongan mustad’afin dan kaum miskin. Semangat dan etos Al-Ma’un inilah yang menggerakkan warga Muhammadiyah untuk berkontribusi menjadi solusi dari setiap persoalan keumatan, baik soal pendidikan, persoalan kemiskinan, maupun masalah sosial lainnya.

Hafidz Arfandi (2016) menyebut, Kiai Dahlan membentuk organisasi ini sebagai gerakan yang bersifat ortodoksi dan otopraksi. Muhammadiyah berusaha melakukan pemurnian agama, sekaligus juga melakukan aksi pembaruan. Muhammadiyah membentuk berbagai majelis untuk menangani berbagai permasalahan umat. Muhammadiyah muncul tidak sekadar sebagai gerakan dakwah, tetapi juga berusaha untuk membangun fondasi gerakan pembaruannya secara komprehensif melalui berbagai program sosial.

Apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah tidak terlepas dari karakter dan pribadi Kiai Dahlan yang lebih banyak menonjol sebagai manusia-amal ketimbang manusia-intelek, meskipun tidak bisa dilupakan bahwa Kiai Dahlan adalah kiai cerdas yang berguru kepada pemikir modernis pada waktu itu, seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Jamaluddin Al Afghani.

 

Pelopor

Sejak kelahirannya, Muhammadiyah memang sejak awal tidak menjadi organisasi yang membusungkan dada apalagi unjuk gigi. Muhammadiyah lebih dikenal dalam peribahasa Jawa ‘Sepi ing pamrih, rame ing gawe’ (saling membantu dengan tulus ikhlas tanpa imbalan). Gerakan Muhammadiyah memang dikenal sebagai gerakan kepeloporan. Muhammadiyah memelopori rumah sakit/PKO (penolong kesengsaraan oemat).

Muhammadiyah memelopori pendidikan berbasis modern dengan mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Dalam bidang pers, Muhammadiyah memelopori dan mendirikan Suara Muhammadiyah sebagai media dakwah dan informasi warganya. Majalah ini adalah majalah tertua di Indonesia yang masih terbit sampai sekarang. Dalam bidang penanganan bencana, Muhammadiyah mendirikan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sebagai lembaga kredibel dan terdepan dalam menangani bencana kemanusiaan.

Dalam bidang sosial, Muhammadiyah memiliki banyak panti asuhan dan rumah saki, hingga lembaga LazisMu yang berfokus pada kegiatan filantropi dan kemanusiaan. Dengan memegang kepercayaan dari masyarakat itulah, Muhammadiyah mampu menggerakkan dana yang dipercayakan kepadanya melalui lembaga filantropi yang dimiliki.

Melalui lembaga yang ada di organisasinya, Muhammadiyah turut serta berkontribusi bagi masalah kebangsaan dan kemanusiaan. Sebagai organisasi keagamaan, Muhammadiyah telah berkontribusi terhadap perkembangan pemikiran dan juga gerakan tajdidnya dalam memberantas pikiran takhayul, bid’ah dan khurafat. Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah yang konsisten serta berkomitmen terhadap pemurnian atau purifikasi dan tajdid (pembaruan). Sementara itu, dalam bidang kebangsaan dan kemanusiaan, Muhammadiyah hadir sebagai organisasi terdepan dengan semangat kerelawanan sosial yang berkontribusi terhadap umat, bangsa, bahkan dunia.

Kepeloporan Muhammadiyah juga ditunjukkan dalam mengatasi masalah kebangsaan dan kemanusiaan. Pada masa pandemi, Muhammadiyah merelakan ratusan rumah sakitnya menjadi tempat terdepan dalam penanganan, penanggulangan, dan turut serta merawat pasien yang terkena covid-19. Muhammadiyah juga turut berkontribusi terhadap konflik yang ada di Rohingya, Filipina, hingga Palestina. Kontribusi Muhammadiyah tidak hanya pada resolusi konflik, tetapi juga kontribusi bantuan kemanusiaan.

Muhammadiyah telah mengirimkan bantuan kepada Palestina sebanyak Rp40 miliar. Selain membangun rumah sakit darurat di Palestina serta mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan, Muhammadiyah juga terus menyerukan penghentian perang serta mengutuk serangan militer dan genosida yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina.

 

Menyelamatkan semesta

Saat ini, Muhammadiyah telah mencapai usia 111 tahun (18 November 1912-18 November 2023). Dalam milad kali ini, Muhammadiyah mengusung tema Ikhtiar menyelamatkan semesta. Sebagai gerakan keagamaan dan sosial kemanusiaan, Muhammadiyah selalu giat dan gencar merespons masalah sosial kemanusiaan.

Muhammadiyah telah menyelenggarakan Global Forum for Climate Movement (16 November 2023) di Yogyakarta. Forum itu diadakan untuk merespons isu perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan juga alam. Kegiatan ini melibatkan 13 negara untuk konsentrasi, membincangkan dan serius mengatasi persoalan bersama mengenai krisis alam.

Forum global ini adalah wujud dari kepedulian Muhammadiyah terhadap pemanasan global, perubahan iklim, hingga masalah krisis lingkungan yang rusak parah akibat polah tingkah manusia. Muhammadiyah telah memiliki dan merumuskan Fikih Air dan Fikih Kebencanaan. Kedua fikih ini adalah respons Muhammadiyah terhadap persoalan, serta hubungan manusia dengan alam dan penanganan bencana.

Perhatian Muhammadiyah terhadap isu lingkungan didasarkan pada prinsip-prinsip etik serta pijakan pada Islam sebagai agama hijau. Faras Khan (2010), seorang ahli Islam dan lingkungan, menulis enam prinsip agama hijau, yaitu memahami kesatuan Tuhan dan ciptaan-Nya (tawhid), melihat tanda-tanda ayat Tuhan di mana saja, menjadi penjaga (khalifah) di bumi, menjaga kepercayaan Tuhan (amanah), berjuang menegakkan keadilan (‘adl), menjalani kehidupan yang seimbang dengan alam (mizan).

Perjuangan Muhammadiyah dalam menegakkan agama hijau tidak hanya dalam kampanye dan gerakan, tetapi juga terealisasi dalam jihad konstitusi. Muhammadiyah meyakini bahwa konstitusi yang adil dan amanah dapat membantu mewujudkan keselarasan, keserasian hubungan manusia dan alam. Muhammadiyah telah mengajukan gugatan terhadap undang-undang yang dinilai tidak sejalan dengan spirit UUD ‘45 dan amanah konstitusi.

Term dan konsepsi ‘menyelamatkan semesta’ yang dilakukan Muhammadiyah tidak hanya terwujud dalam merespons isu dan persoalan dunia, tetapi juga persoalan kebangsaan yang sampai saat ini masih ada dalam kehidupan kebangsaan kita.

Muhammadiyah terus dan menjadi garda depan dan payung bagi warga masyarakat kita yang terzalimi dan tertindas akibat konflik horizontal maupun vertikal. Muhammadiyah hadir melakukan pembelaan dan advokasi kelompok rentan, seperti perempuan dan anak, yang selama ini menjadi korban kebijakan yang tidak adil. Pembaruan dan ijtihad zakat untuk perempuan korban kekerasan adalah bagian dari ikhtiar Muhammadiyah menyelamatkan kelompok yang terpinggirkan.

Dalam politik kebangsaan, Muhammadiyah selalu mengkritik dan bersuara keras terhadap kompas bangsa kita yang melenceng. Sikap kaku para pemimpin kita yang lebih condong pada kepentingan pemodal dan kapitalis ketimbang nasib rakyatnya, dominasi oligarki yang kian kentara, sampai pada diterabasnya moral etik yang membiarkan rakyatnya sengsara, membuat Muhammadiyah terus menjadi muazin bagi bangsa ini. Perilaku korupsi, sikap adigang, adigung, adiguna para wakil rakyat kita membuat Muhammadiyah bersuara dan bersikap lantang demi kebenaran dan tegaknya keadilan di negeri tercinta ini.

Di tengah konflik dan gesekan masyarakat yang kerap terjadi, Muhammadiyah juga tidak berhenti memberi teladan kearifan, persatuan dan kebersamaan di tengah bangsa yang plural dan multikultural. Muhammadiyah memiliki banyak penggemar dari kaum Kristiani dan Nasrani di wilayah timur Indonesia, yang belajar dan menempuh pendidikan di kampus Muhammadiyah dengan senang dan riang gembira. Bahkan, Muhammadiyah sedang menyiapkan AIK multikultural untuk kampus yang mayoritas mahasiswanya nonmuslim (Media Indonesia, 20 September 2023).

Komitmen Muhammadiyah dalam gerakan pencerahan terbukti telah turut serta mewarnai dan menjadi bagian dari gerak langkah perjalanan bangsa ini. Melalui lembaga pendidikan, sekolah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, Muhammadiyah terus berikhtiar menjadi lembaga pendidikan terbaik di dunia, yang mengedepankan nilai akhlak dan moral serta mumpuni di bidang sosial, humaniora, dan teknologi. Keberhasilan Universitas Ahmad Dahlan dalam membuat rudal adalah salah satu capaian yang patut dicatat dalam perkembangan kampus Muhammadiyah.

Kiai Dahlan telah memberikan teladan etos dakwah dengan kerja dan derma. Sejak berdiri, Muhammadiyah memang lekat dengan spirit jihad memberi dan memberi solusi. Gerakan dakwahnya selalu berorientasi pada kerja-kerja kreatif di samping kritik yang solutif. Hadirnya Muhammadiyah akan selalu menjadi harapan bagi masa depan bumi dan masa depan kemanusiaan. Semoga terus mencerahkan dan menyelamatkan semesta.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat