Kontemplasi
BESOK Tahun Baru. Begitu kata orang-orang. Selain ganti almanak, apanya yang baru? Hari-hari ke depan toh sepertinya sama saja. Berita seputar banjir, polusi, korupsi, dan sistem penerimaan peserta siswa baru yang selalu saja bermasalah, sepertinya masih tetap akan mewarnai lembar hari-hari kita ke depan. Begitu juga barangkali dengan hoaks dan ujaran kebencian.
Ini bukan ramalan ala dukun-dukun dari suku pedalaman atau wujud dari sikap pesimistis dan fatalis. Ini cuma prediksi berdasarkan pembacaan 'algoritma' alias kebiasaan dari para pejabat terkait yang selama ini memang tidak pernah sungguh-sungguh memberikan solusi yang mumpuni pada persoalan-persoalan tersebut. Jadi, apa yang mau diharapkan?
Di zaman yang kian tergesa, siapa pula peduli soal resolusi, harapan yang dilantunkan manusia saban jelang pergantian tahun. Apalagi cuma janji-janji yang dilontarkan tiap lima tahun sekali. Peristiwa yang datang berkelebat silih berganti, mulai kasus bullying hingga bunuh diri yang menjerat para remaja, misalnya, bahkan tidak lagi menyisakan apa pun dalam memori sebagian masyarakat negeri ini. Boro-boro mau merenung dan menggali pelajaran dari apa yang sesungguhnya telah terjadi.
Wabah korona yang telah merenggut jutaan nyawa dan merusak segala sendi kehidupan saja, seolah dianggap peristiwa biasa. Begitu aktivitas tidak lagi dibatasi, semuanya (baik pemerintah maupun masyarakat) kembali ke 'kehidupan normal', seolah tidak pernah terjadi apa-apa, business as usual. Macet lagi, polusi lagi. Siapa pula kini yang masih peduli dengan nasib para sopir ambulans, petugas medis, dan pegawai kesehatan, apalagi mereka yang sudah meninggal?
Siapa pula yang mau tahu mengapa seorang siswa kelas 4 SD di Banyuwangi yang belum lama ini nekat bunuh diri. Yang ingat peristiwanya pun rasa-rasanya sedikit sekali. Begitu pula kasus obat batuk yang merusak ginjal sejumlah anak, berlalu begitu saja tanpa terlalu mengusik rasa keadilan publik, kecuali para orangtua korban yang hingga kini terus menuntut keadilan.
Hidup dalam tekanan rezim penindas selama puluhan tahun pun, bahkan mungkin seolah tidak lagi berbekas bagi sebagian orang di negeri ini. Selain postur tubuh, bangsa ini sepertinya memang menyimpan persoalan kolektif pada masalah memori. Entah karena volume otak yang menyusut lantaran terdistraksi teknologi, kurang nutrisi, atau mungkin dari 'sononya' yang memang terlampau naif dan pragmatis. Lantas, apa yang mau kita rayakan saat menyongsong tahun yang baru ini? Kebodohan?
Jadi orang yang pemaaf ya boleh-boleh saja, bahkan dianjurkan agama, tapi mbok ya jangan juga mudah melupakan, apalagi ikut mengulang kesalahan. Masa lalu adalah guru yang seharusnya dapat menuntun kita ke arah yang lebih baik di masa depan. Itu harus jadi panduan dan pedoman, baik untuk mereka yang akan jadi pemimpin maupun yang dipimpin. Selain sejumlah masalah di atas, masih banyak persoalan yang dihadapi bangsa ini ke depan.
Membicarakan masalah suksesi kini bukanlah persoalan tabu seperti di masa lalu. Secara kelembagaan, kita sebenarnya juga sudah memiliki hampir semua instrumen yang diperlukan sebagai sebuah negara yang demokratis, termasuk pelaksanaan pemilu yang langsung, umum, bebas, dan rahasia. Intinya, kita kini mengalami praktik kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana lazimnya negara-negara demokratis lainnya.
Kini, semua tergantung pada kita, mau dibawa ke mana negeri ini selanjutnya? Pertanyaan itu tentu harus jadi bahan renungan dan kontemplasi kita bersama sekarang. Selamat Tahun Baru. Wassalam.
Terkini Lainnya
Politik Beras
Dunia yang tidak Baik-Baik Saja
Kedaulatan Pangan
Orkestrasi Moral
Katakan dengan Masker
El Nino
Wamenag Harap Tahun Baru Islam 1446 H Dapat Meningkatkan Optimisme Umat di Indonesia
Bulan Muharam: Pengertian, Keutamaan, dan Ibadah yang Disyariatkan
Ketum PITI : Tahun Baru 1446 Hijriah Momentum Menuju Indonesia Lebih Baik
Doa Akhir dan Awal Tahun dalam Bahasa Arab, Latin, Terjemahan
Ketupat Jadi Berkah untuk Warga Asli Papua
Putin Ucapkan Pesan Tahun Baru untuk Negara-Negara Sahabatnya
Prabowo dan Diplomasi Good Neighbors Policy di ASEAN
Biodiesel Sawit dan Ancaman Deforestasi
Sensasi Indonengslish Vs Pemajuan Kebudayaan
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
Fokus Perundungan PPDS, Apa yang Terlewat?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap