Harapan
DI saat kembang api menerangi langit malam dengan orang banyak di berbagai penjuru dunia berkumpul untuk menyambut pergantian tahun, ledakan bom dan bau mesiu mengoyak kehadiran hari baru di Gaza dan Ukraina, sementara gempa bumi dahsyat yang memicu tsunami menewaskan ratusan orang di Jepang.
Di saat banyak orang di seluruh dunia berharap untuk bisa bertahan dari melonjaknya biaya hidup, kekacauan global, dan cuaca yang diprediksi kian ekstrem di tahun mendatang, sejumlah peristiwa yang terjadi di awal tahun tersebut kian menambah muram harapan di masa depan.
Tahun ini, lebih dari 2 miliar orang di 50 negara diperkirakan akan mengikuti pemilu, termasuk di Amerika serikat dan Indonesia. Itu tentu menjadi tantangan bagi para pemimpin dan calon pemimpin di seluruh dunia untuk mengatasi sejumlah persoalan tersebut dan bagaimana memulihkan optimisme di masyarakat.
Di dunia yang semakin terhubung, persoalan geopolitik, dan ekonomi, tentunya akan saling memengaruhi satu sama lain. Para pemimpin dan calon pemimpin itu tidak hanya dituntut menyelesaikan persoalan di dalam negeri, tapi juga diharapkan mampu menempatkan diri sejajar di tengah pergaulan internasional.
Kita semestinya iri dengan negara-negara yang mampu mengelola diri dengan baik, kesejahteraan dirasakan sebagian besar warga, bukan cuma dinikmati segelintir orang. Minim korupsi dan manipulasi. Itu harusnya jadi resolusi kita bersama yang terus diikhtiarkan sebagai sebuah bangsa, bukan sekadar retorika yang dijadikan konsumsi politik tiap lima tahun sekali.
Indonesia kini memang bukan seperti dua atau tiga dekade lalu. Pertumbuhan ekonomi terus melesat, tapi persoalan yang dihadapi secara umum masih tetap sama seperti zaman baheula, yakni tetap maraknya praktik korupsi. Bahkan, ironisnya, pemimpin lembaga yang semestinya menjadi garda terdepan memberantas praktik lancung itu, ikutan korup.
Entah sudah berapa ratus atau bahkan ribu kali seminar ataupun simposium yang membahas persoalan itu, tetapi faktanya korupsi masih terus terjadi. Padahal, jika kita semua mau jujur, itulah sebenarnya akar persoalan mengapa negara ini tertinggal dari bangsa-bangsa lainnya. Jika saja praktik lancung itu tidak terus dipelihara, masyarakat di negara ini tentunya akan sejahtera.
Harapan itu mungkin terdengar utopis. Namun, sekecil apa pun, ia harus tetap menyala karena itulah yang akan menuntun kita menghadapi masa depan, betapa pun gelapnya. Harapan itu, salah satunya, bisa kita salurkan lewat bilik suara. Jangan apatis, gunakan hak pilih Anda, karena itulah yang akan menentukan masa depan kita semua. Wassalam.
Terkini Lainnya
Politik Beras
Dunia yang tidak Baik-Baik Saja
Kedaulatan Pangan
Orkestrasi Moral
Katakan dengan Masker
El Nino
Balada Generasi Sandwich di Indonesia
Perdagangan Internasional: Menavigasi Tantangan dan Peluang Baru
Air, Sanitasi, dan Higienis (WASH)
Pemerintahan Baru dan Reformasi Pemilu
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap