Daya Juang
DI salah satu grup perpesanan yang saya ikuti, salah satu topik yang sedang ramai diperbincangkan ialah lolosnya timnas Indonesia ke babak 16 besar Piala Asia. Sebagian anggota grup yang antara lain terdiri atas mantan pemain, pelatih, wasit, dan wartawan olahraga itu ada saja yang nyinyir. Mereka menyebut itu cuma faktor ‘keberuntungan’ lantaran pasukan Shin Tae-yong lolos sebagai salah satu tim peringkat tiga terbaik di ajang tersebut.
Keberuntungan yang dimaksud ialah hasil imbang 1-1 yang diraih Oman kala melawan Kirgistan. Dengan hasil itu, Indonesia yang mengoleksi tiga poin dari tiga pertandingan berada di posisi keempat atau batas terakhir pada klasemen peringkat tiga terbaik di ajang tersebut.
Saya pribadi tidak peduli bagaimana Indonesia lolos. Selama tidak mencederai sportivitas dan mengakali aturan, menurut saya itu sah-sah saja. Apalagi, di turnamen ini memang ada slot untuk empat tim peringkat tiga terbaik untuk lolos ke 16 besar dan Indonesia beruntung bisa memperolehnya, meski dipengaruhi hasil pertandingan di grup lain.
Kini, tinggal bagaimana Elkan Baggott dkk memanfaatkan kesempatan itu dengan baik untuk melaju ke jenjang yang lebih tinggi. Itu tentunya bergantung pada semangat juang mereka kala menghadapi Australia nanti malam. Di atas kertas, tim ‘Negeri Kanguru’ yang menempati peringkat ke-25 pada ranking FIFA, memang jauh di atas kita yang berada di posisi 146.
Namun, seperti halnya hidup, dalam sepak bola segalanya bisa terjadi. Bergantung pada daya juang di lapangan. Kalau belum apa-apa sudah kecut sebelum bertanding, bagaimana mau menang. Kira-kira sama seperti pendukung pilpres, gimana jagoannya mau menang jika mereka sebagai calon pemilih dan pemegang hak suara tidak mau all-out.
Kembali ke soal timnas, saya pribadi menaruh harapan mereka bisa menang melawan Australia. Dari segi skill dan postur tubuh, kedua tim enggak beda jauh kok. Para pemain Indonesia yang rata-rata hasil naturalisasi, tidak kalah dengan bule-bule dari negeri tetangga itu dalam kemampuan mengolah si kulit bundar. Sebagian dari mereka juga punya pengalaman merumput di Liga Eropa.
Sekali lagi, ini soal daya juang. Kita mungkin bisa belajar dari timnas Jepang yang di Piala Dunia 2022 mampu menyingkirkan Jerman. Begitu juga penampilan ngotot Korea Selatan hingga berhasil menempati peringkat keempat pada Piala Dunia 2002. Mereka tampil pantang menyerah sebelum peluit akhir dibunyikan. Saya pribadi berharap Shin yang notabene pernah memperkuat dan melatih timnas Korea dapat menularkan dan membangkitkan spirit itu kepada pasukannya.
Kita tentu berharap semangat itu diperlihatkan Egy Maulana dkk nanti malam. Peluang tampil di babak 16 besar Piala Asia tentunya merupakan momentum berharga yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sikap minder dari lawan harus dibuang jauh-jauh. Jangankan cuma Australia, Argentina yang bertabur bintang pun bisa kalah dari Arab Saudi di Piala Dunia lalu. Impossible is nothing, begitu jargon merek sebuah sepatu olahraga. Selamat berjuang!
Terkini Lainnya
Politik Beras
Dunia yang tidak Baik-Baik Saja
Kedaulatan Pangan
Orkestrasi Moral
Katakan dengan Masker
El Nino
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap