visitaaponce.com

Perdamaian di Papua masih Bisa Terwujud, meski tidak Mudah

Perdamaian di Papua masih Bisa Terwujud, meski tidak Mudah
Sejumlah mahasiwa melakukan aksi unjuk rasa di depan Gapura Uncen Abepura, Kota Jayapura(ANTARA FOTO/Gusti Tanatia)

DEKAN Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia Semiarto Aji Purwanto mengatakan sebetulnya cita-cita untuk mewujudkan perdamaian di daerah konflik, seperti di Papua masih sangat mungkin untuk diwujudkan.

Meski Semiarto menyadari bahwa perjalanan untuk mencapai perdamaian itu sangat sulit untuk dilakukan. Diperlukan tokoh atau sosok juru damai yang bisa diandalkan untuk menangani permasalahan konflik. Cara melakukan pendekatan dengan benar serta melakukan rekonsiliasi, kata Semiarto hanya bisa dilakukan kerja sama dari semua pihak serta juru damai.

“Perdamaian itu sesuatu yang nyata dan masih bisa terwujud. Kalau tadi pertanyaannya masih bisa nggak kita menyepakati perdamaian-perdamaian, misalnya di daerah konflik seperti di Papua? Bukan masih bisa dan tidak bisa. Tetapi niscaya,” ujarnya dalam sambutan di kuliah umum di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (25/4).

Baca juga : JK: Konflik di Papua Bisa Diselesaikan, Tergantung Pemerintah Ingin Selesaikan atau Tidak

“Itu suatu hal yang nyata dan masih bisa terwujud. Jadi itu adalah suatu keniscayaan untuk mencapai perdamaian. Tetapi perdamaian bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Walaupun kita tahu tugasnya berat. Bukan tidak mungkin, tapi bukan mudah juga ya. Itu yang harus dipelajari,” tambahnya.

Semiarto menambahkan barangkali teori perdamaian itu ada. Namun, tetap saja untuk menangani dan menjadi seseorang yang terlibat dalam penyelesaian konflik harus memperbanyak mengkaji berbagai studi kasus tentang konflik pula.

“Apalagi, tentu tidak mudah menjadi seorang mediator dan juru damai dalam sebuah konflik, terlebih eskalasinya bisa demikian tinggi dan melibatkan banyak pihak. Tantangan menjadi juru damai memiliki dinamika yang sulit. Untuk mencapai kata kesepakatan damai, termasuk strategi. Itu semua harus dipelajari dari banyak studi kasus,” pungkasnya. (Dis/Z-7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat