visitaaponce.com

Tawasul

Tawasul
(Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar -- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

SEORANG sahabat Nabi dari pegunungan berjalan kaki tiga hari tiga malam untuk menjumpai Rasulullah lantaran ia baru saja melakukan dosa besar.

Ia tidak percaya diri dosa nya diampuni tanpa dibantu doa Rasulullah. Ia terinspirasi ayat, "Dan sungguh sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya sendiri datang kepadamu (Muhammad), lalu memohonkan ampun untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS an-Nisa/4:64)

Pada Senin ia meninggalkan kampungnya dan Sabtu sore baru sampai di rumah Rasulullah. Alangkah kagetnya dia ketika mendapatkan kabar bahwa Rasulullah sudah wafat pada Senin dan baru saja (Rabu) dimakamkan.

Ia menangis meraung-raung karena belum sempat dibantu doa, tetapi Rasulullah sudah wafat. Apa yang dilakukan pemuda itu sesungguhnya itulah yang disebut tawasul.

Tawasul dari akar kata shala-yushla, kemudian membentuk kata shalla-shalah(t) berarti doa, zikir, dan ketaatan, wushlah (sambung-an), shilah (hubungan), washl (tersambung), wishal (ketersambungan), shaulah (sambungan), dan shalaa (ketersambungan), dan tawashshul (tawasul) berarti perantara atau media.

Tawasul lebih populer dengan arti media untuk mempertautkan atau menghubungkan antara seseorang dan seseorang lain atau media untuk menghubungkan seseorang dengan Tuhannya.

Tawasul amat populer di dalam dunia tarekat karena peran syekh atau mursyid akan besar artinya sebagai objek tawasul, di samping Rasulullah SAW.

Menjelang subuh, salah seorang penjaga makam Rasulullah didatangi Rasulullah dan berpesan, "Suruh si pemuda itu berhenti menangis karena Allah sudah memaafkan seluruh dosanya."

Begitu hal itu disampaikan, pemuda tersebut langsung berhenti menangis karena ia pernah mendengar hadis, "Barang siapa yang melihatku dalam mimpi maka akulah sesungguhnya yang dilihat karena satu-satunya wajah yang tidak bisa dipalsukan Iblis ialah wajahku."

Itu artinya bertawasul melalui Nabi, sungguhpun telah wafat, masih memberi efek kepada orang hidup. Bagaimana dengan ulama sebagai waratsatul anbiya?

Pelajaran berharga yang dapat diambil dari riwayat di atas ialah hubungan antara orang hidup dan orang mati serta orang hidup tetap aktif.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat