Larangan Mengharamkan yang Halal
SURAH At-Tahrim dinamai demikian karena karena pada awal surat ini terdapat kata tuharrim yang kata asalnya ialah at-tahriim yang berarti mengharamkan.
Tujuan pokoknya ialah tuntunan bagaimana seharusnya suami istri dan keluarga melakukan kegiatan untuk menciptakan hubungan yang harmonis. Kehidupan Nabi Muhammad SAW dengan istri-istrinya menjadi latar belakang turunnya surat ini.
Disebutkan bahwa Allah menegur Nabi karena bersumpah tidak akan meminum madu lagi hanyalah karena menghendaki kesenangan hati istri-istrinya. Padahal, madu itu ialah minuman halal.
"Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang," demikian Allah berfirman di ayat ke-1.
Allah mengampuni kesalahan Nabi yang telah bersumpah tidak mau lagi minum madu itu dengan mewajibkan Nabi membayar kafarat. Nabi telah memenuhi ketentuan Allah dengan membayar kafarat, yaitu memerdekakan seorang budak.
Sumpah wajib dilanggar ialah jika bersifat menghalalkan sesuatu yang hukumnya haram atau sebaliknya, sumpah itu mengharamkan sesuatu yang halal. Apa pun kasusnya, jelas Nabi mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah. Oleh karena itulah, Allah menegur dan meminta Nabi untuk membatalkan sumpahnya dengan membayar kafarat.
Pada kisah lain, salah satu istri Nabi (Hafsah) memberitahukan rahasia sumpah Nabi tersebut kepada istrinya yang lain (Aisyah). Allah-lah yang memberitahukannya kepada Rasulullah. Sang istri yang menyebarkan rahasia itu (Hafsah) pun terkejut. Nabi mengatakan yang memberitahunya ialah Sang Mahatahu segala sesuatu yang tak sesuatu pun tersembunyi dari pengetahuan-Nya.
Allah berfirman, apabila Hafsah dan Aisyah mau bertobat dan mengatakan dirinya telah menyalahi kehendak Nabi, keduanya cinta kepada apa yang beliau cintai, dan membenci apa yang dibencinya, berarti keduanya telah cenderung untuk menerima kebaikan.
Namun, jika keduanya enggan bertobat kepada Allah dengan penuh penyesalan, mereka telah melakukan yang salah karena telah berpaling dari sesuatu yang dicintai Rasulullah, yaitu menjaga rahasianya. Apabila kalian bersekongkol untuk menyusahkan Nabi, sesungguhnya Allah ialah penolongnya.
Kesimpulannya, manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, bahkan dalam konteks Nabi Muhammad dan para istri yang terhormat, tetapi juga mendapatkan teguran serta peringatan. (Fer/H-2)
Terkini Lainnya
Libatkan UMKM, Penjualan Hampers Ramadan Rumah BUMN SIG di Rembang Melonjak
Aryaduta Menteng Berbagi Kebahagiaan Bersama Panti Asuhan Nurul Iman Jafariyah
Hangatnya Keberagaman dalam Idul Fitri
Pluralisme Adalah Sunnatullah
Puasa dari Pencitraan Diri
Merawat Toleransi
Makna Kemenangan Idul Fitri
Kekuatan Doa
Kekuatan Berjemaah
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap