visitaaponce.com

Teknologi Beton Densitas Tinggi tidak Perlu Impor Lagi

Teknologi Beton Densitas Tinggi tidak Perlu Impor Lagi
Dari kiri ke kanan: Beton berdensitas tinggi lokal lebih murah dari impor. Beton density 4.859 T/M3 dan beton density 5.102 T/M3.(Dokumentasi pribadi.)

TAK dapat dipungkiri kemajuan teknologi memiliki banyak manfaat walaupun tak sedikit juga yang memberikan dampak negatif dari turunannya. Salah satu yang memanfaatkan kemajuan teknologi ialah rumah sakit (RS). Seiring semakin canggihnya peralatan RS yang menggunakan sinar gamma, proton, dan neutron, diperlukan konstruksi beton dengan densitas tinggi, sehingga dapat menyerap radiasi

High density concrete (HDC) ialah beton yang memiliki densitas tinggi lebih besar dari 4,8 T/m3 dan memiliki komposisi khusus sehingga dapat meningkatkan sifat etenuasinya. Beton konvensional densitasnya berkisar 2,4 T/m3. Beton densitas tinggi (HDC) digunakan untuk perisai radiasi karena menjamin bahwa orang dapat bekerja dengan aman di gedung-gedung tempat radiasi pengion terjadi. 

Bangunan khas yang membutuhkan bahan pelindung radiasi seperti rumah sakit atau laboratorium. Beton dengan densitas tinggi terutama digunakan untuk perisai radiasi atau penyeimbang dan penggunaan lain. Beton densitas  tinggi memiliki sifat perisai yang lebih baik, sehingga dapat melindungi radiasi berbahaya seperti sinar-X, sinar gamma, dan neutron. 

Baca juga: SAP Kembangkan Kosep AI Ramah Perusahaan Kecil

Agregat yang digunakan untuk pembuatan HDC antara lain barite, magnetite, ilmenite, limonite, dan hematite. Namun sayangnya, selama ini bahan utama pembuatan HDC berasal dari material impor yang menyebabkan harganya menjadi sangat mahal. 

Kini mahalnya material HDC tersebut bisa diantisipasi dengan hasil pengembangan dari seorang Guru Besar Bidang Teknik Sipil Universitas Pancasila, Jakarta, dan pakar CV John Hi-Tech Contrindo, Prof. Dr. Ir.Jonbi, MT., MM., MSi yang biasa dipanggil Prof. Jonbi. Ia mengembangkan beton HDC dengan material lokal, memperlihatkan contoh HDC, dan membuktikan.  

Baca juga: Google dan Youtube Beri 'Give Away' Rp2 Miliar untuk Pelaku UMKM

Ketika ditemui di Jakarta, Prof Jonbi mengatakan HDC bisa digunakan untuk penahan radiasi. Beton dikembangkan menjadi beton densitas tinggi dengan densitas beton harus lebih besar dari densitas beton normal. "Material yang memiliki specific gravity dan nomor atom tinggi memiliki kemampuan menyerap berkas radiasi lebih baik. Salah satu material yang memenuhi persyaratan ini ialah beton densitas tinggi yang dapat diperoleh dengan menggunakan agregat yang punya specific gravity tinggi. HDC juga banyak digunakan untuk pelindung radiasi di fasilitas radioterapi dan reaktor nuklir serta pencegahan kebocoran radiasi dari sumber radioaktif," jelas Prof Jonbi yang juga praktisi dalam bidang teknologi beton dalam keterangan tertulis, Rabu (16/8/2023).

HDC yang dihasilkan relatif jauh lebih murah daripada menggunakan impor. Material HDC yang kegunaannya sama dengan material impor ini dinamakan J. high density concrete (JHDC) ialah beton dengan densitas sangat tinggi lebih besar dari 4,8T/M3. JHDC dapat menghasilkan kuat tekan lebih besar dari 30 MPa dan kemampuan kerja yang baik. Kegunaan utamanya ialah blok pelindung radiasi, bridge counterweight, offshore platform noise and vibration dampak, gravity seawall, crystal protection, break water, ballas for ocean viessel. 

JHDC ramah lingkungan dan tak beracun, meredam radiasi gamma, sinar X, proton, dan memiliki sifat mekanis yang baik, menggunakan material lokal (TKDN tinggi), harga relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan material luar negeri dan mudah dikerjakan. "Komposisinya disesuaikan dengan density yang disyaratkan. Cara pemakaiannya perlu koordinasi dengan pihak JHDC. Material ini dikemas khusus agar diperoleh hasil campuran  yang maksimal. Sedangkan untuk  pengecoran dalam jumlah besar harus konsultasi dengan expert JHDC," ungkap Prof. Jonbi yang juga sebagai Sekjen Asosiasi Inventor Indonesia sebagai organisasi para anggotanya yang memiliki paten. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat