Ingin Makan Lebih Sehat dan Lebih Sedikit Coba Simak Musik ini
Musik yang didengarkan pada waktu makan dapat memengaruhi jenis makanan yang dipilih. Para peneliti menemukan orang yang mendengarkan musik yang berirama lebih lambat, lebih cenderung memilih makanan yang lebih sehat.
Itulah temuan studi baru dari Aarhus University di Denmark, yang membandingkan pilihan makanan ketika orang mendengarkan berbagai jenis musik.
Dilansir dari dailymail.co.uk, Selasa (8/6), pada riset itu, satu kelompok mendengar musik lambat, yang lain mendengarkan musik cepat dan kurang harmonis dimainkan dalam kunci minor, yang diketahui memicu emosi seperti kesedihan atau ketegangan. Penelitian yang tayang di jurnal Appetite tersebut, menemukan bahwa kelompok pendengar musik lambat lebih cenderung memilih makanan yang lebih sehat.
Mungkin karena kelompok musik lambat tidak terganggu atau mengalami emosi negatif dari musik, mereka lebih mempertimbangkan pilihan makanan yang lebih baik. Ini bukan pertama kalinya kebisingan terbukti memengaruhi apa yang dimakan.
Pada 2013, para peneliti di University of Birmingham menganalisis 24 studi tentang efek gangguan oleh kebisingan dan rangsangan visual seperti televisi. Penelitian tersebut menemukan bahwa kebisingan saat makan bukan hanya menyebabkan makan menjadi lebih banyak dalam satu waktu, melainkan juga makan lebih banyak di waktu berikutnya.
Diperkirakan ketika tidak adanya kebisingan saat makan, orang lebih bisa memutuskan apa yang akan dikonsumsi saat makan dengan secara tidak sadar memperhitungkan konsumsi dengan menyeimbangkan asupan.
Tetapi jika seseorang terganggu, ingatan orang tersebut tentang makanan tidak begitu kuat dan sistem keseimbangan internal tubuh tidak bekerja dengan baik.
Beberapa ahli merekomendasikan musik apa pun atau suara mengganggu lainnya seperti TV atau percakapan harus dihindari pada waktu makan untuk mengendalikan konsumsi makanan.
Di New York, gerakan untuk memulai hari dengan sarapan diam di rumah mendapat momentum sebagai cara untuk mengatasi stres akibat pandemi.
Sementara itu, "makan penuh perhatian" (fokus pada makan perlahan, tanpa gangguan/mindful eating) tertera dalam pedoman diet nasional Jerman sebagai cara untuk memilah semua makanan dan camilan.
"Cukup sederhana, ini mengurangi gangguan yang dapat mendorong konsumsi berlebihan dan berpotensi meningkatkan kenikmatan makan," kata Profesor Jason Halford, spesialis psikologi dan obesitas, di University of Leeds.
Ini juga memicu fenomena yang dinamakan "efek crunch" oleh para peneliti, yang percaya bahwa mendengarkan diri ketika sedang mengunyah makanan mendorong kita untuk memperlambat makan.
Istilah ini diciptakan pada 2016 oleh para ilmuwan di Colorado State University di AS, yang menemukan bahwa orang makan pretzel 31% lebih sedikit ketika mereka bisa mendengar diri mereka saat makan.
"Kami pikir suara mengunyah menciptakan 'titik jeda' alami, momen selama makan ketika konsumen menjadi lebih sadar akan perilaku mereka dan mungkin mempertimbangkan jumlah makanan yang mereka konsumsi," kata rekan penulis studi, Profesor Gina Slejko.
Pendapat ini juga didukung oleh psikolog Christine Wade-Ramsey, dari Pusat Penelitian Penampilan di University of West England, Bristol, dengan melihat perilaku orang-orang di sebuah bengkel yang sudah makan jenis sandwich yang sama untuk makan siang selama 20 tahun kemudian menyadari bahwa mereka sebenarnya tidak menyukainya setelah memakannya dengan lebih sadar, yaitu lebih lambat dan memikirkan bagaimana rasa makanan dan baunya.
"Memusatkan perhatian pada rasa dan kenikmatan juga membantu Anda menyadari perasaan kenyang dan perasaan puas bukanlah hal yang sama. Ini dapat mengubah apa yang Anda konsumsi," lanjutnya.
Christine Wade-Ramsey mengungkapkan mungkin duduk diam tanpa gangguan juga sulit untuk beberapa orang. Dia menyarankan untuk mencoba memainkan musik latar yang tenang saat makan, dan pastikan musik itu memiliki irama yang lambat.
Ini karena tubuh cenderung menyesuaikan irama musik dan mengunyah perlahan dapat memberi waktu bagi tubuh untuk merasakan rasa kenyang.
"Jika Anda tidak ingin menghabiskan seluruh makanan Anda dalam keheningan, fokuslah pada hanya makan lima gigitan pertama dari makanan Anda tanpa berbicara, tetapi perhatikan segala sesuatu tentang makanan sebagai gantinya," saran Christine Wade-Ramsey.
Kemudian dapat melanjutkan ke makan dalam hening dalam sehari atau bahkan seminggu. "Awalnya akan terasa aneh, tetapi ini adalah keterampilan yang bisa Anda pelajari kembali," tambahnya. Ini mungkin membantu untuk mendapatkan kembali kontrol nafsu makan. (M-2)
Terkini Lainnya
BTOB Batal Gelar Jumpa Penggemar di Jakarta
Kotak Rilis Lagu-Lagu Lama dalam Versi Akustik
Gunakan Alterego Mamang Rapael, Rafael Tan Rilis Single Seblak Rapael
Nuranica Rilis Single Debut Salahku
Lagu Ade Govinda, Masing Masing, Jadi OST Sinetron Luka Cinta
Tereza Fahlevi Bersinar di Youtube Music Night
Ramalan Zodiak Gemini Hari ini 3 Juli 2024: Jangan Bosan untuk Belajar
Avrist Assurance Gelar health Talk Hadirkan Komika Ridwan Remin dan Pukovisa Prawiroharjo
Presiden Minta Peningkatan Investasi di Sektor Kesehatan Dipercepat
9 Manfaat Buah Pala bagi Kesehatan Tubuh, ini Kandungannya
Belanja Asuransi Kesehatan Sosial Naik, Mayoritas ke Rumah Sakit
Raih Akreditasi Paripurna, PT. Nayaka Era Husada Berhasil Kelola 6 Klinik PT.HM Sampoerna
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap