Bencana Kekeringan Parah Mengancam Wilayah Tanduk Afrika
![Bencana Kekeringan Parah Mengancam Wilayah Tanduk Afrika](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/dad112c8d385342bc751de113f609fe0.jpg)
Bencana kekeringan di Tanduk Afrika tampaknya akan berlanjut lantaran pola musim hujan berubah untuk keenam kalinya berturut-turut. Sebuah badan pemantau iklim yang berbasis di Nairobi memperingatkan, kondisi ini kemungkinan lebih buruk daripada satu dekade lalu, ketika sekitar 260 ribu orang meninggal di Somalia.
Untuk diketahui, wilayah Tanduk Afrika adalah sebuah semenanjung di Afrika Timur yang menjorok ke Laut Arabia dan terletak di sepanjang bagian selatan Teluk Aden. Istilah ini juga merujuk pada daerah lebih luas, yang meliputi Somalia, Ethiopia, dan sekitarnya.
“Prakiraan untuk musim hujan Maret-Mei 2023 menunjukkan curah hujan yang sedikit dan suhu tinggi,” kata Otoritas Antarpemerintah untuk Pusat Prediksi dan Aplikasi Iklim Pembangunan (ICPAC).
Kondisi tersebut memicu kekhawatiran para ahli meteorologi dan lembaga bantuan internasional. Mereka telah memperingatkan tentang bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena kekeringan terpanjang dan parah kemungkinan akan melanda wilayah tersebut.
Maret hingga Mei biasanya menyumbang hingga 60% dari total curah hujan tahunan di bagian ekuator Tanduk Afrika.
"Di beberapa bagian Ethiopia, Kenya, Somalia, dan Uganda yang paling terkena dampak kekeringan baru-baru ini, ini bisa menjadi musim hujan ke-6 yang gagal berturut-turut," kata ICPAC dalam sebuah pernyataan, Rabu (22/2). ICPAC yang berbasis di Nairobi adalah pusat iklim regional yang ditunjuk oleh Organisasi Meteorologi Dunia.
Perubahan iklim
Tanduk Afrika adalah salah satu kawasan yang paling rentan terhadap perubahan iklim, dan peristiwa cuaca ekstrem terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang meningkat.
Lima musim hujan yang gagal berturut-turut telah membunuh jutaan ternak, merusak tanaman, dan memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari makanan dan air.
ICPAC mengatakan kondisi itu kemungkinan lebih buruk disbanding kekeringan yang terjadi pada 2011. Menurut FAO (badan pangan PBB) sebanyak 23 juta orang di Kenya, Ethiopia dan Somalia kini dalam kondisi rawan pangan yang parah.
Menurut PBB pada 2011 kelaparan melanda Somalia dan menewaskan sekitar 260 ribu orang, setengah dari mereka adalah anak-anak di bawah usia enam tahun, meninggal karena kelaparan. “Sebagian karena komunitas internasional tidak bertindak cukup cepat,” kata PBB. Saat itu, wilayah tersebut mengalami dua musim hujan yang gagal secara bertutut-turut. (AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Petani Milenial Perempuan Tingkatkan Jejaring Dorong Produktivitas
Penanaman Pohon Komitmen Dukungan Pencapaian Zero Net Emission 2050
Kementan Latih Petani dan Penyuluh untuk Antisipasi Darurat Pangan
Sumber Pangan Alternatif, Singkong Jadi Solusi Krisis Pangan
Pemerintah Didorong Lakukan Transformasi untuk Atasi Krisis Pangan
Freddy Pecahkan Rekor Siklon Tropis Berdurasi Terlama sepanjang Sejarah
Terinspirasi dari Perjalanan Keliling Afrika, PJ Morton Rilis Album Cape Town to Cairo
Komunitas Internasional Dianggap Gagal Cegah Genosida di Rwanda
Turki, Iran, dan Maroko berebut pengaruh di Sahel Afrika
Ironi Libia, Negara Kaya Minyak yang Terus Dilanda Krisis
19 Orang Tewas Diserang Buaya di Tanzania dalam Kurun 5 Tahun Terakhir
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap