visitaaponce.com

Bencana Kekeringan Parah Mengancam Wilayah Tanduk Afrika

Bencana Kekeringan Parah Mengancam Wilayah Tanduk Afrika
Gambar yang diambil pada September tahun lalu memperlihatkan konsisi seekor sapi di Kenya yang kurus kering(asuyoshi CHIBA / AFP)

Bencana kekeringan di Tanduk Afrika tampaknya akan berlanjut lantaran pola musim hujan berubah untuk keenam kalinya berturut-turut. Sebuah badan pemantau iklim yang berbasis di Nairobi memperingatkan, kondisi ini kemungkinan lebih buruk daripada satu dekade lalu, ketika sekitar 260 ribu orang meninggal di Somalia.

Untuk diketahui,  wilayah Tanduk Afrika adalah sebuah semenanjung di Afrika Timur yang menjorok ke Laut Arabia dan terletak di sepanjang bagian selatan Teluk Aden. Istilah ini juga merujuk pada daerah lebih luas,  yang meliputi Somalia, Ethiopia, dan sekitarnya.

“Prakiraan untuk musim hujan Maret-Mei 2023 menunjukkan curah hujan yang sedikit dan suhu tinggi,” kata Otoritas Antarpemerintah untuk Pusat Prediksi dan Aplikasi Iklim Pembangunan (ICPAC).

Kondisi tersebut memicu kekhawatiran para ahli meteorologi dan lembaga bantuan internasional. Mereka telah memperingatkan tentang bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena kekeringan terpanjang dan parah kemungkinan akan melanda wilayah tersebut.

Maret hingga Mei biasanya menyumbang hingga 60% dari total curah hujan tahunan di bagian ekuator Tanduk Afrika.

"Di beberapa bagian Ethiopia, Kenya, Somalia, dan Uganda yang paling terkena dampak kekeringan baru-baru ini, ini bisa menjadi musim hujan ke-6 yang gagal berturut-turut," kata ICPAC dalam sebuah pernyataan, Rabu (22/2). ICPAC yang berbasis di Nairobi adalah pusat iklim regional yang ditunjuk oleh Organisasi Meteorologi Dunia.

Perubahan iklim

Tanduk Afrika adalah salah satu kawasan yang paling rentan terhadap perubahan iklim, dan peristiwa cuaca ekstrem terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang meningkat.

Lima musim hujan yang gagal berturut-turut telah membunuh jutaan ternak, merusak tanaman, dan memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari makanan dan air.

ICPAC mengatakan kondisi itu kemungkinan lebih buruk disbanding kekeringan yang terjadi pada 2011. Menurut FAO (badan pangan PBB) sebanyak 23 juta orang di Kenya, Ethiopia dan Somalia kini dalam kondisi rawan pangan yang parah.

Menurut PBB pada 2011 kelaparan melanda Somalia dan menewaskan sekitar 260 ribu orang, setengah dari mereka adalah anak-anak di bawah usia enam tahun, meninggal karena kelaparan. “Sebagian karena komunitas internasional tidak bertindak cukup cepat,” kata PBB. Saat itu, wilayah tersebut mengalami dua musim hujan yang gagal secara bertutut-turut. (AFP/M-3)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat