visitaaponce.com

Potensi Pasar Bioavtur Capai Rp1,1 TriliunTahun

Potensi Pasar Bioavtur Capai Rp1,1 Triliun/Tahun
Uji terbang pesawat menggunakan bioavtur(Dok Pertamina)

MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, keberhasilan uji terbang Bioavtur J2.4 atau avtur dengan kandungan sawit akan memacu pangsa pasar yang besar bagi pengembangan industri sawit nasional

Hari ini, Rabu (6/10), pesawat CN235-220 FTB (Flying Test Bed) milik PT Dirgantara Indonesia berhasil terbang dengan menggunakan campuran bahan bakar bioavtur, di Hanggar 2 PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF), Tangerang.

"Dengan perkiraan konsumsi avtur harian sekitar 14 ribu kilo liter atau KL, maka potensi pasar bioavtur J2.4 akan mencapai sekitar Rp1,1 triliun pertahunnya," tuturnya dalam keterangan resmi.

Menurutnya, keekonomian Bioavtur J2.4 harus terpenuhi dengan memanfaatkan segala fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah, baik terkait perpajakan seperti super tax deduction untuk riset maupun insentif non fiskal. Keberhasilan uji terbang dengan bioavtur ini dimulai melalui sinergi penelitian antara Pertamina Research & Technology Innovation (Pertamina RTI) dan Pusat

Rekayasa Katalisis Institut Teknologi Bandung (PRK-ITB) dalam pengembangan katalis Merah-Putih untuk mengkonversi minyak inti sawit menjadi bahan baku bioavtur pada 2012. Airlangga mengatakan, konsep triple helix yang merupakan kolaborasi antara perguruan tinggi, industri dan pemerintah dianggap berjalan lancar dalam kegiatan uji terbang menggunakan bioavtur dari Jakarta ke Bandung. “Keberhasilan uji terbang bioavtur ini telah memberikan kepercayaan tinggi terhadap kemampuan kita dalam memanfaatkan sumber daya domestik, khususnya minyak sawit, untuk dimanfaatkan sebagai upaya membangun kemandirian energi nasional," kata dia.

"Oleh karenanya, hal ini akan berdampak pada pengurangan ketergantungan energi dari impor, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," tambahnya.

Adapun Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, Bioavtur J2.4 yang diproduksi PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) unit Cilacap, menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil. Sejak 2014, PT Pertamina telah merintis penelitian dan pengembangan bioavtur melalui Unit Kilang Dumai dan Cilacap. Nicke menjelaskan bahwa performa bioavtur sudah optimal, dimana perbedaan kinerjanya hanya 0.2 – 0.6% dari kinerja avtur fosil.

“Bioavtur J2.4 mengandung nabati 2,4%, ini merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis yang ada”, ujar Nicke.

Dalam pengembangan bioavtur J2.4 terdapat dua tahapan penting dalam proses produksi oleh PT Pertamina, yaitu tahap awal pengembangan, yang dikelola oleh PT KPI Unit Dumai melalui Distillate Hydrotreating Unit (DHDT). Tahap pertama ditandai dengan proses ‘Hydrodecarboxylation’, yaitu target awalnya adalah produksi diesel biohidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium.

Lalu tahap kedua, ditandai dengan proses Hydrodeoxygenation, denganmemproduksi diesel biohidrokarbon yang lebih efisien. Puncaknya, di 2020, PT KPI Unit Dumai menyatakan berhasil memproduksi Diesel Biohidrokarbon D-100 yang 100% berasal dari bahan baku nabati yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

RBDPO adalah minyak kelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau. Tahap awal tersebut menjadi langkah penting pengembangan green product termasuk green diesel dan bioavtur. (OL-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat