visitaaponce.com

Menjanjikan, Produksi Sarang Burung Walet di NTB Harus Ditingkatkan

Menjanjikan, Produksi Sarang Burung Walet di NTB Harus Ditingkatkan
Ilustrasi: Pekerja penangkaran burung walet menyortir sarang walet selepas panen.(Antara/Budi Candra Setya )

Sarang burung walet telah menjadi produk unggulan di Kampung Walet, Desa Kateng Praya Barat, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB). Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menilai bahwa perlunya penguatan peranan koperasi sebagai offtaker.

Menurutnya peran dari peternak hanya memperbanyak produksinya saja lalu koperasi bisa melakukan pemasaran dan mencari pembeli. Ini lah perhatian dari Kementerian Koperasi UKM terhadap koperasi seperti itu.

Selain itu dalam mewujudkan bantuan untuk peternak sarang walet dirinya meminta peternak sarang walet agar masuk inkubator Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM)

"Ini harus masuk inkubator LPDB-KUMKM supaya bisa menyalurkan pembiayaan dan juga mengembangkan potensi yang ada," kata Teten saat meninjau Koperasi Ammar Sasambo di Kampung Walet, Desa Kateng Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (20/11).

Selain itu untuk menunjang pemasaran menurutnya harus pengelolaan secara digital agar tidak hanya menarik pembeli tapi sudah tertera jelas informasi yang ada terkait sarang burung walet ini.

"Potensi masih besar sehingga sama-sama kita besarkan sarang walet ini namun ekosistem juga harus dijaga dengan cara merawat perkembangan walet dan gedungnya termasuk sumber makanannya," ujarnya.

Teten juga menceritakan salah satu produk sarang burung walet asal Bojonegoro yakni PT Realfood Winta Asia masuk top brand di Indonesia yang sudah menjual sarang walet dan pengolahannya modern. Penjualan di e-commerce Tokopedia selama pandemi menjadi salah satu yang banyak dicari. "Diharapkan nanti diajak untuk berkunjung ke sana karena memang permintaan besar dan besar juga pasokan diharapkan bisa menjadi mitra," ungkapnya.

Di kesempatan yang sama Ketua PT Koperasi Ammar Sasambo Lalu Saswadi mengatakan peternak walet di NTB khususnya di Lombok Tengah memiliki potensi yang luar biasa karena mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal. Selain itu produksi yang melimpah bisa ikut membantu menyejahterakan masyarakat sekitar.

Sehingga dirinya berharap perlunya dorongan dari pemerintah untuk membantu meningkatkan produksi dari sarang walet tersebut serta membuka pelatihan bagu masyarakat sekitar untuk bisa menghasilkan sarang walet yang berkualitas.

PT Ammar Sasambo bisa mengumpulkan sarang burung walet sekitar 1 kwintal per bulan dari anggota koperasi yang berjumlah sekitar 360 orang. Keterbatasan produksi tersebut diakibatkan beberapa faktor di antaranya yakni biaya produksi yang cukup mahal yakni sekitar Rp10 juta per kg.

Selain itu produksi 1 orang hanya bisa menghasilkan 1 ons sarang walet dengan dana yang dibutuhkan sekitar Rp1-2 juta. Harga jual dari sarang walet sendiri rata-rata sebesar Rp20 juta. Pada 2019 koperasi berhasil mengumpulkan dan menjual sarang walet sebanyak 1.119 kg dengan nilai jual Rp2 miliar dikurangi ongkos cuci, biaya operasional, dan sebagainya. "Selain itu adanya sumberdaya manusia yang bisa dilatih untuk meningkatkan produktivitas dari ketersediaan burung walet ini," kata Saswadi.

Pemerintah provinsi NTB sendiri mendukung penuh produksi dari peternak burung walet. Pemprov meminta para peternak untuk menyediakan produk yang berkualitas dan dijual dalam bentuk olahan.

"Dari pemerintah provinsi sendiri meminta pada peternak walet dengan menyediakan produk yang berkualitas dan olahan sehingga jangan dijual dalam bentuk mentah. Oleh karena itu tercipta minumannya, dan sarang burung walet yang dibungkus rapih dan dimakan dengan madu," ujarnya. (OL-12)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat