visitaaponce.com

Perusahaan Publik Pencetak Cuan Tertinggi bagi Investor

Perusahaan Publik Pencetak Cuan Tertinggi bagi Investor
Ilustrasi.(DOK MI.)

DALAM kondisi pandemi yang belum berakhir, sejumlah perusahaan publik (emiten) berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya. Tentu ini tidak mudah mengingat faktor eksternal dan internal memengaruhi performa saham-saham jempolan tersebut.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per April 2022, jumlah investor tercatat 8,62 juta orang. Angka ini melonjak 15,11% dibandingkan 2021 sekitar 7,48 juta orang. Pendekatan Wealth Added Index (WAI) dapat menjadi tools bagi investor untuk memilih saham perusahaan yang prospektif, terutama untuk investasi jangka panjang. Semakin tinggi (positif) nilai WAI, makin bagus kinerja saham itu. Demikian sebaliknya, jika skor WAI rendah atau negatif, prospek saham tersebut suram. Dengan kata lain, WAI menjadi indikator apakah mampu meningkatkan kekayaan (wealth generator) para pemegang sahamnya (investor) atau malah sebagai wealth destroyer.

Nilai WAI diperoleh dengan menghitung total nilai imbal hasil perusahaan (total shareholder return atau TSR) selama lima tahun, kemudian dibandingkan (tepatnya dikurangi) dengan biaya ekuitas (cost of equity atau CoE). Selisihnya dikalikan dengan nilai kapitalisasi pasar masing-masing di awal periode perhitungan. "Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada 2022 kami kembali mengadakan penilaian Swa 100 untuk perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di BEI. Total kapitalisasi pasar 100 perusahaan tersebut di akhir 2021 tercatat Rp5.742 triliun atau naik 7,5% dibandingkan di akhir 2020 (Rp5.340 triliun)," jelas Kemal E. Gani, Group Chief Editor Swa Media, dalam keterangan resmi pada Conference & Virtual Awarding Swa 100: Perusahaan Pencetak Cuan Tertinggi bagi Investor Publik, Kamis (8/9).

Menariknya, dari ratusan emiten, ternyata ada 27 perusahaan yang mampu mencetak WAI positif, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya 13 perusahaan. Mereka sebelumnya tidak masuk dalam Swa 100 karena kapitalisasi pasarnya di 2016 masih di bawah 100 besar. Adapun 10 besar perusahaan yang mencetak WAI postif pada 2022 ialah Merdeka Copper Gold, Bank Raya Indonesia, Barito Pacific Timber, Harum Energy, BFI Finance Indonesia, Fajar Surya Wisesa, Indo Tambangraya Megah, Bank Sinarmas, Japfa Comfeed Indonesia, dan PT Timah. Emiten lain yang WAI-nya positif di antaranya PT Solusi Tunas Pratama Tbk dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk.

Tujuan penerapan WAI sebagaimana diungkapkan oleh Lucky Bayu Purnomo, analis saham dari LBP Institute (Lembaga Pusat Penelitian Ekonomi & Investasi) yaitu menyempurnakan perhitungan return yang diperoleh dari pasar dan  pemegang saham perusahaan itu. Untuk itu, dalam tujuan mencapai kesempurnaan imbal hasil antara pemegang saham perusahaan dan pemegang saham eksternal atau publik, perusahaan harus mampu terus-menerus meningkatkan kapitalisasi pasarnya karena ini merupakan rumus dasar menghitung WAI. 

Kapitalisasi pasar yang besar bisa didapat bila ada kepercayaan publik atau pemegang saham terhadap kemampuan perusahaan mendistribusikan kekayaan. "Perusahaan-perusahaan yang mencetak WAI positif ciri-cirinya antara lain memiliki orientasi kegiatan bisnis konglomerasi, memiliki kegiatan bisnis yang terintegrasi (baik langsung maupun tidak), dan harus menjadi perusahaan yang berkelanjutan dengan konsep: jika tidak meningkatkan kapitalisasi pasarnya, paling tidak bisa menjaganya agar tidak turun,” ungkap Lucky.

Di mata Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, Analis Binaartha Sekuritas, sektor perbankan berkilau dalam mencetak WAI positif lantaran Indonesia sangat diuntungkan dengan kondisi fundamental yang solid. Kondisi fundamental mendorong terjadinya peningkatan kinerja pertumbuhan kredit. Terlebih, di masa pandemi, ada faktor mitigasi risiko, misalnya dari pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaksanakan program restrukturisasi kredit untuk menstabilkan perekonomian.

Ke depan,  agar perusahaan Indonesia terus meningkat kinerjanya, terutama pada pascapandemi, Martin Schwarz, Direktur Eksekutif-Keuangan dan Operasi SVM, menyarankan tiga hal yang perlu dilakukan. Pertama, menavigasi situasi geopolitik yang sensitif. Kedua, melindungi diri mereka sendiri/mencari keuntungan dari adanya potensi resesi di seluruh dunia. Ketiga, meningkatkan perencanaan permintaan internal dan proses pengadaan untuk mengatasi kemacetan rantai pasokan yang berkelanjutan. "Bahkan, perusahaan tertentu akan mendapatkan keuntungan lebih daripada yang lain. Potensi resesi dunia merupakan hambatan besar, terutama bagi perusahaan material dan sumber daya alam, meskipun ada beberapa peluang mengingat situasi geopolitik di Eropa dan Asia dengan AS dan Tiongkok," jelas Martin meyakinkan. (RO/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat