visitaaponce.com

Fitch Koreksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,8

Fitch Koreksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,8%
Sejumlah toko di kawasan Setiabudi, Jakarta(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

KINERJA ekspor Indonesia di kuartal III-2022 22 membantu menopang kenaikan pertumbuhan 5,7% yoy yang disesuaikan secara musiman, sesuai dengan prakiraan Global Economic Outlook (GEO) Fitch Ratings bulan September.

Pengeluaran rumah tangga yang solid dan peningkatan investasi nonbangunan juga mendukung pertumbuhan di triwulan ini.

Indikator frekuensi tinggi menunjukkan kekuatan jangka pendek dalam ekonomi domestik seperti yang disoroti oleh sentimen konsumen yang naik dan angka di atas 50 (yaitu meluas) dalam PMI manufaktur.

"Kami mempertahankan ekspektasi pertumbuhan Indonesia untuk tahun 2022 sebesar 5,2%. Sedangkan untuk 2023 sebesar 4,8%, direvisi turun dari 5,2%. Alasannya karena dorongan pertumbuhan oleh pembukaan kembali ekonomi memudar dan dampak kumulatif dari pengetatan moneter yang lalu membebani pada ekonomi," kata analis Fitch Brian Coulton, Kamis (15/12).

Komitmen pemerintah untuk menurunkan defisit anggaran juga akan mempengaruhi dinamika pertumbuhan di tahun 2023, begitu pula dengan perlambatan harga komoditas global.

Sementara India dan Tiongkok tetap menjadi pasar ekspor utama Indonesia untuk batu bara, Indonesia juga semakin mampu untuk memasok baru bara ke pasar Uni Eropa, untuk menutupi kekurangan pasokan yang disebabkan oleh larangan Uni Eropa atas batu bara Rusia.

Kemudian, inflasi utama tahunan Indonesia turun menjadi 5,4% di bulan November, sementara inflasi inti tidak berubah di 3,3% dan kemungkinan akan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang.

Baca juga: Neraca Dagang Surplus 31 Bulan Beruntun

Kenaikan harga bahan bakar dalam negeri karena pengurangan subsidi, berkontribusi pada kenaikan inflasi inti karena biaya energi yang lebih tinggi menyebar ke seluruh perekonomian.

Keengganan awal Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga kebijakan telah mengakibatkan rupiah melemah relatif terhadap dolar AS karena The Fed menaikkan suku bunga lebih tegas dari pertengahan tahun.

BI mulai menaikkan suku bunga pada bulan Agustus, mengikuti rekan-rekan pasar berkembang, tetapi sejak itu telah naik secara “front-loaded”, meningkatkan suku bunga kebijakan sebesar 175bp kumulatif sejauh ini.

"Kami perkirakan BI akan mempertahankan bias hawkish mengingat pelemahan rupiah dan melihat suku bunga kebijakan naik menjadi 5,75% pada awal 2023, di mana seharusnya suku bunga akan tetap atau ditahan sepanjang sisa tahun ini," kata Brian.

Dampak kenaikan suku bunga kebijakan dan angka inflasi bulan-ke-bulan tahun lalu yang keluar dari ukuran IHK tahunan akan membantu inflasi turun menuju target inflasi BI (3% plus minus 1%) pada akhir tahun 2023.

Sementara itu pada tingkat global, Fitch Ratings kembali menurunkan perkiraan PDB dunia untuk tahun 2023 karena bank sentral dipaksa untuk memperkuat perjuangan mereka melawan inflasi dan prospek pasar properti Tiongkok memburuk.

Fitch sekarang mengharapkan PDB dunia tumbuh sebesar 1,4% pada tahun 2023, direvisi turun dari 1,7% pada Global Economic Outlook (GEO) September.

Fitch telah menurunkan perkiraan pertumbuhan 2023 baik untuk AS menjadi 0,2%, dari 0,5% – karena kebijakan moneter diperketat lebih cepat – dan juga Tiongkok, menjadi 4,1% dari 4,5%.

"Kami telah menaikkan pertumbuhan zona Eropa menjadi 0,2% dari -0,1%. Krisis gas UE telah sedikit mereda, tetapi kenaikan suku bunga ECB yang lebih tajam akan membebani permintaan," kata Brian.(OL-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat