visitaaponce.com

Dibayangi Lonjakan Stok, Harga Minyak Diprediksi Meredup

Dibayangi Lonjakan Stok, Harga Minyak Diprediksi Meredup
Potret anjungan lepas pantai milik perusahan migas asal Norwegia.(AFP)

HARGA minyak pagi ini terpantau bergerak bearish, yang dibebani oleh sentimen proyeksi harga minyak yang bernada pesimis dari Energy Information Administration (EIA) dan Barclays. Selain itu, lonjakan drastik stok minyak Amerika Serikat (AS) turut membebani pergerakan harga lebih lanjut.

Dalam laporan Prospek Energi Jangka Pendek untuk Januari 2023, EIA memperkirakan rata-rata harga minyak mentah Brent pada 2023 akan mencapai US$83 per barel, atau turun 18% dari US$100,94 per barel pada 2022. Lalu, akan terus turun ke level US$78 per barel pada 2024.

EIA sempat merilis proyeksi harga Brent untuk 2023 yang diperkirakan akan mencapai level US$92,30 per barel. Adapun alasan untuk merevisi turun proyeksi harga tersebut dipicu oleh pasokan minyak global yang diperkirakan mencapai rata-rata 102,8 juta bph pada 2023. Sehingga, memberikan tekanan ke bawah pada harga minyak mentah.

Baca juga: Harga Minyak Naik setelah OPEC+ Tahan Target Produksi Minyak

Turut membebani pergerakan harga minyak, Barclays memperingatkan risiko penurunan harga minyak mentah global sebesar US$15-$25 per barel dari perkiraan harga saat ini mencapai US$98 per barel.

Barclays mengaitkan risiko penurunan tersebut dengan kemungkinan berlanjutnya perlambatan dalam aktivitas manufaktur global, yang akan memburuk serupa dengan kondisi pada 2008-2009, yang berpotensi mengurangi permintaan minyak hingga sekitar 1-2 juta bph.

Meski menyoroti soal potensi risiko penurunan, Barclays juga tidak menghapus potensi peningkatan permintaan dari pembukaan kembali Tiongkok, yang diperkirakan mendorong permintaan minyak Tiongkok meningkat sebesar 1,1 juta bph pada tahun ini.

Dari sisi pasokan, grup industri American Petroleum Institute (API) melaporkan persediaan minyak mentah AS dalam sepekan melonjak drastis sebesar 14,87 juta barel, atau melonjak empat kali lipat dari pekan sebelumnya.

Baca juga: Lawan Pembatasan Harga, Rusia Enggan Ekspor Minyak

Selain itu, dalam laporan untuk pekan yang berakhir 6 Januari, stok bensin juga dilaporkan naik sebesar 1,83 juta barel. Laporan API mengindikasikan permintaan yang sedang lesu di pasar energi AS. Meski demikian, pasar masih menantikan laporan resmi versi pemerintah yang akan dirilis EIA.

Negara anggota G7 berencana menetapkan dua batasan harga untuk produk turunan minyak Rusia yang akan mulai diberlakukan pada 5 Februari. Itu batas pertama akan diberlakukan untuk solar dan minyak tanah, serta batas kedua untuk jenis produk yang lebih murah, seperti bahan bakar minyak.

Meski tarif spesifik masih dinegosiasikan, namun beberapa pejabat Eropa mewaspadai pembatasan itu akan memicu kelangkaan solar. "Harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $77 per barel. Namun, jika menemui katalis negatif, harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$72 per barel," ujar Girta Yoga dari Research & Development ICDX.(OL-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat