visitaaponce.com

Sukses Ekspansi Karena Digitalisasi, Dari Kos-kosan Sederhana Berkembang Jadi Komplek Penginapan

Sukses Ekspansi Karena Digitalisasi, Dari Kos-kosan Sederhana Berkembang Jadi Komplek Penginapan
Kadek Widya di Kubu Garden Suites and Villas Nusa Dua yang dikelolanya(MI/Andhika Prasetyo)

KADEK Widya mulai membuka usahanya pada April 2014. Bermodal uang Rp75 juta, ia membangun kos-kosan dengan lima kamar di Benoa, Kuta Selatan, Badung, Bali.

"Awal mula cuma ada lima kamar dan semua itu kos-kosan, lengkap dengan furnitur dan fasilitas air panas. Mindset kami itu dulu bukan untuk harian, tapi bulanan," tutur Kadek mengawali kisahnya kepada Media Indonesia, Minggu (27/2).

Saat itu, kos-kosan menjadi pilihan karena Benoa, di luar kawasan Nusa Dua yang dikelola Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), belum seramai sekarang.

Belum banyak hotel berbintang. Taman Bhagawan yang menjadi salah satu pusat event pun belum ada. Saat itu, sebagian besar turis yang berkunjung ke Benoa bisa dikategorikan dari kelas menengah. Oleh karena itu, menurutnya, saat itu penginapan harian bukan pilihan tepat.

Namun, setelah beroperasi, permintaan untuk sewa harian mulai menumpuk. Kadek pun memberanikan diri mengubah konsep kos-kosannya menjadi homestay dengan nama Kubu Garden Suites and Villas Nusa Dua.

Saat itu, dengan fasilitas yang sederhana, penginapan tersebut dipatok tarif mulai dari Rp250 ribu per hari.

"Saat itu masih sangat sederhana. Belum ada kolam renang. Kolam renang baru kami buat setahun setelah berjalan. Semua step by step," tuturnya.

Setelah hampir 10 tahun beroperasi, kini Kadek sudah memiliki 19 kamar dengan jenis yang bervariasi dengan harga di kisaran Rp450 ribu hingga Rp700 ribu per hari. Semua, lanjut Kadek, hampir terisi penuh setiap hari.

Kesuksesannya dalam melakukan ekspansi tidak terlepas dari upaya transformasi digital yang ia lakukan  Sejak tahun awal, Kadek langsung mempromosikan penginapannya secara daring, seperti Booking.com dan Traveloka.

"Sekarang hampir penuh, rata-rata full booked setiap hari karena kami termasuk murah. Bahkan kami sekarang kebanjiran turis Rusia," ucap perempuan asli Bali itu.

"Semua yang mau menginap harus reservasi dulu via online. Kadang-kadang kalau ada yang datang pay on arrival, tidak dapat tempat."

Baca juga : OJK Berkomitmen Akselerasi Akses Keuangan Masyarakat Indonesia

Kadek mengaku senang dengan pencapaiannya saat ini. Dengan uang tabungan dari hasil bekerja, ia berhasil membangun sebuah komplek penginapan yang memang ia cita-citakan sejak lama.

"Kami menyadari Nusa Dua punya banyak spot bagus dan kami tidak mau hanya jadi penonton," tandasnya.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi para pelaku UMKM di sektor pariwisata yang telah masuk ke ekosistem digital.

Pemerintah pun memastikan akan terus memberikan pelatihan kepada para pebisnis mikro, kecil dan menengah sehingga mampu beradaptasi dan memanfaatkan peluang besar dari kecanggihan teknologi. Ia optimistis langkah tersebut dapat menunjang sistem pemasaran produk pelaku UMKM di Bali.

"Pelatihan akan terus kita lakukan dalam bingkai kolaborasi dengan para penggerak UMKM ekonomi kreatif di Bali. Kita ingin membuka peluang usaha dan lapangan kerja 4,4 juta di 2024. Saya sangat yakin bisa kita lakukan," ucap Sandiaga.

Terkait pengembangan UMKM pariwisata dan ekonomi kreatif, Presiden Joko Widodo juga sempat memberi arahan khusus. Ia menginstruksikan Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki memperkuat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui skema klaster.

Cara tersebut dianggap lebih efektif karena para penerima sudah terkonsentrasi dan pengawasan pun lebih mudah.

Saat ini, salah satu yang menjadi percontohan adalah KUR klaster untuk kelompok usaha kerajinan di Bali. Kelompok tersebut menyuplai hasil produksi kepada Krisna, pusat oleh-oleh terbesar di provinsi tersebut.

"Kalau sudah ngumpul itu enak, yang minjamkan juga tidak mengurusi satu per satu, tidak mengurusi 10 juta-10 juta. Bank juga pusing. Jadi lebih bagus sekaligus di klaster kemudian di klaster itu dibagi-bagi," jelas mantan wali kota Surakarta itu.

Jika dana sudah tersalur dan bisnis berjalan lancar, Kepala Negara meyakini skala usaha yang dilakukan kelompok penerima KUR akan semakin membesar. Dari yang semula hanya menjual bahan mentah, berkembang menjadi usaha pengolahan dan memasok barang setengah jadi atau jadi.

"Sudah banyak sekali yang saya lihat di daerah-daerah kemasannya sudah bagus. Jualannya juga lebih gampang. Seperti klaster handycraft, saya lihat Krisna, itu sangat baik. Pengrajin berproduksi dan off taker-nya ada. Kemudian ada show room untuk menjual barang-barang itu. Artinya dari produksi sampai ke konsumen itu menjadi jelas. Dengan begitu, yang meminjamkan uang, bank maupun lembaga nonbank yakin bahwa uang yang kita pinjamkan itu bisa kembali," paparnya. (

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat