visitaaponce.com

Penutupan Silicon Valley Bank Jadi Pelajaran bagi Indonesia

Penutupan Silicon Valley Bank Jadi Pelajaran bagi Indonesia
Logo Silicon Valley Bank(AFP)

GEJOLAK pasar keuangan di Amerika Serikat akibat bangkrutnya Sillicon Valley Bank (SVB) dapat menjadi pelajaran bagi Indonesia. Sebab, persepsi dan psikologi pasar amat menentukan volatilitas yang dapat mengganggu perekonomian.

"Ini tentu adalah suatu pelajaran yang perlu untuk kita lihat bahwa bank yang kecil di dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistemik," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN, Selasa (14/3).

SVB dengan aset senilai US$200 miliar, kata Sri Mulyani, merupakan bank kecil di AS lantaran aset perbankan di Negeri Paman Sam mencapai US$1,3 kuadriliun. Namun apa yang terjadi di SVB mampu menggoyang kepercayaan di sektor keuangan AS.

Baca juga : IHSG Terseok, Pelaku Pasar Panik karena SVB, Saham Bank Digital Berdarah

Bahkan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk melakukan bail out guna menjamin deposan dari SVB. Apa yang menimpa SVB juga disebut sebagai salah satu faktor The Fed akan tetap hawkish dalam menetapkan kebijakan suku bunganya.

Beberapa pandangan, kata Sri Mulyani, menyebutkan gulung tikarnya SVB didorong oleh kinerja perusahaan rintisan (startup) yang melemah sejak akhir tahun lalu. 

Baca juga : Waduh, Kepanikan Pasar Keuangan Amerika Gerus Harga Minyak Dunia

"Ini adalah bank yang khusus mendanai startup dan startup ini banyak yang mengalami penurunan kinerja sangat dalam tahun lalu," kata dia.

Turunnya geliat startup di AS melemahkan kinerja penyaluran kredit SVB. Padahal dana deposito yang ada cukup tinggi, bahkan naik tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir. Sedangkan dana deposito itu digunakan untuk membeli US Treassury yang memiliki jatuh tempo lama dengan imbal hasil yang turun karena suku bunga The Fed tinggi.

Kondisi itu menyebabkan neraca keuangan SVB mengalami tekanan. 

"Ini semuanya yang menyebabkan Kemudian SVB dari sisi balance sheet yang tiba-tiba mengalami penurunan dan timbul rumor sehingga terjadi bank run. Situasi ini bisa berkembang dalam 1x24 jam," kata Sri Mulyani.

"Makanya kita juga perlu untuk terus waspada karena yang disebut transmisi dari persepsi dan psikologi itu bisa menimbulkan situasi yang cukup signifikan bagi sektor keuangan seperti yang kita lihat di Amerika Serikat," pungkas dia. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat