visitaaponce.com

SVB Bank dan Signature Bank Bangkrut, Triv Exchange Malah Tumbuh 10

SVB Bank dan Signature Bank Bangkrut, Triv Exchange Malah Tumbuh 10%
CMO Triv.co.id Jordan Simanjuntak(Ist)

SILICON Valley Bank (SVB) akhirnya resmi ditutup otoritas berwenang Amerika Serikat (AS) pada 10 Maret lalu, disusul Signature Bank pada 12 Maret.

Kegagalan SVB dan Signature Bank itu dipicu karena pemberi pinjaman mengumumkan bahwa mereka menjual banyak sekuritas dengan harga rendah sehingga menimbulkan kepanikan nasabah.

Kemudian, berakhir pada penarikan dana serentak dalam jumlah sangat besar dan tidak terkendali sehingga mengakibatkan kebangkrutan.

Baca juga : Bitcoin Diperkirakan Berpeluang Kembali Tembus ATH

Kejadian ini yang terbesar kedua dalam sejarah AS setelah keruntuhan Washington Mutual pada krisis keuangan 2008.

Merespon kebangkrutan SVB Bank dan Signature Bank, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyatakan kondisi industri perbankan Indonesia saat ini masih kuat dan stabil.

Diperkirakan kondisi yang terjadi di AS tidak akan berdampak langsung pada perbankan Indonesia yang tidak memiliki hubungan bisnis, facility line, serta investasi pada produk sekuritisasi SVB & Signature Bank.

Baca juga : Bappebti Optimistis Tren Positif Pasar Kripto Terus Berlanjut

Begitu juga sektor perdagangan digital aset kripto. Sejumlah pengamat meyakini itu tidak terlalu berdampak signifikan pada pasar kripto.

Meski kedua bank itu merupakan bank yang amat ramah pada perkembangan kripto, bahkan selalu mendukung perusahaan startup yang bergerak pada perdagangan digital aset kripto dan digital aset lainnya.

Jordan Simanjuntak selaku Chief Marketing Officer (CMO) Triv.co.id, platform jual beli kripto dan saham AS, mengungkapkan berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), tercatat total investor kripto di Indonesia tumbuh mencapai 16,9 juta investor pada Februari 2023.

Baca juga : Reku: Siklus Halving Bitcoin Tahun Ini Berbeda dari Sebelumnya

Pertumbuhan tersebut melebihi pertumbuhan jumlah investor pasar modal, yang tercatat mencapai 10,3 juta investor per Desember 2022.

Data itu membuktikan kinerja positif penambahan investor pasar kripto dalam dua tahun terakhir yang bahkan melebihi ekspektasi pengamat. Tercatat pada akhir 2021, investor kripto masih di angka 11,2 juta. Namun, di awal 2023 mencapai 16,9 juta investor.

“Artinya ada ledakan jumlah investor kripto hingga 66% dalam dua tahun terakhir,” jelas Jordan melalui keterangan resminya, Sabtu (8/4).

Baca juga : UE Tanyai TikTok, X, Aplikasi Lain terkait Risiko AI terhadap Pemilu

Nilai transaksi kripto sendiri mencapai Rp12,14 triliun pada Januari 2023 atau naik 20% dari Desember 2022 sebesar Rp9,74 triliun.

“Dari jumlah transaksi yang sudah tercatat itu membuktikan tidak hanya jumlah investor yang bergerak positif, tapi juga volume transaksi yang meningkat,” urai Jordan.

Melihat penambahan investor dan volume transaksi yang juga meningkat, artinya pasar kripto di Indonesia bisa dibilang sehat.

Baca juga : Transaksi Aset Kripto 2024 Diprediksi Lampaui Torehan Tahun Lalu

“Ini tidak lepas dari tingkat kepercayaan investor kepada aset digital kripto dan tingkat kepercayaan pada platform resmi yang memperdagangkan aset digital di Indonesia,” ungkap Jordan.

Jordan juga mengaku senang atas pertumbuhan positif pasar kripto itu. Ia mengaku puas dengan upaya yang selama ini dilakukan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya investasi di platform yang legal dan aman.

“Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan transaksi Triv Exchange sebesar 10% selama Maret ini walau belakangan banyak sentimen negatif di pasar kripto,” urainya.

Baca juga : Lima Aturan Undang-Undang Pasar Digital Uni Eropa

Ia memaparkan sudah saatnya pemerataan edukasi dan penambahan literasi terkait investasi lebih digalakkan, khususnya terkait kripto. Sebab, amat minim informasi yang memberikan edukasi pada instrumen investasi ini.

“Ditambah kini pasar kripto sedang kondisi pemulihan dan diprediksi segera mengakhiri crypto winter, yang artinya cepat atau lambat akan mengejar ATH (all time high)-nya lagi."

"Sehingga saat pasar kembali normal, harapannya investor benar-benar memahami instrumen investasi ini dengan baik dan tidak ikut-ikutan atau FOMO (fear of missing out),” tutup Jordan. (RO/S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat