visitaaponce.com

OJK Berharap Kenaikan Fed Rate tidak Mengganggu Target Kredit Pertumbuhan Perbankan Indonesia

OJK Berharap Kenaikan Fed Rate tidak Mengganggu Target Kredit Pertumbuhan Perbankan Indonesia
Logo OJK(MI/Ramdani )

KEPALA Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed sebesar 25 bps menjadi kisaran 5%-5,25%, tidak akan terlalu berpengaruh signifikan kepada suku bunga kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Indonesia.

Sebab dengan beberapa kali Bank Indonesia telah menahan suku bunga bank sentral, perbankan domestik masih dalam proses menyesuaikan tingkat suku bunga setelah sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023 Bank Indonesia telah menaikkan total sebanyak 225 bps.

"Suku bunga kredit dan DPK memang ada sedikit kenaikan pada bulan Maret merujuk catatan kami. Tetapi tidak terlalu signifikan dan sama sekali tidak berpengaruh kepada profitabilitas dari perbankan yang masih terjaga tinggi dan bahkan meningkat. Harapan OJK, kenaikan suku bunga The Fed tidak akan berpengaruh kepada target-target pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia yang ditargetkan di kisaran 10-12%," kata Dian, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK bulanan, Jumat (5/5).

Baca juga: 45 Orang Lolos Seleksi Tahap I Calon Pimpinan OJK

Dian juga mengatakan fungsi intermediasi perbankan pada saat ini masih berjalan sangat baik, pada jalur yang benar, masih sesuai dengan pertumbuhan 10-12% di tahun 2023.

Kredit perbankan pada bulan Maret 2023 tumbuh 9,93% (yoy) menjadi Rp 6.445,5 triliun. Pertumbuhan ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 11,4% (yoy). Kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh 9,52% dan 9,20%. Secara bulanan (mtm) kredit perbankan naik 1,10% atau menjadi Rp 70,14 triliun.

Baca juga: The Fed Pengaruhi Kebijakan Banyak Bank Sentral, Termasuk Suku Bunga Bank Indonesia

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada bulan Maret 2023 tercatat melandai dengan tumbuh 7% (yoy) menjadi Rp8.005,6 triliun, utamanya didorong oleh penurunan pada giro. Likuiditas industri perbankan pada Maret 2023 berada dalam level yang memadai, dengan rasio likuiditas yang terjaga. Rasio alat likuid non core deposit (ALNCD) dan alat likuid dana pihak ketiga (ALDPK) tercatat masing-masing sebesar 128,87% dan 28,91%, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50% dan 10%.

"Sehingga ruang penyaluran kredit ke depan masih cukup besar dengan optimisme investasi dan konsumsi yang saat ini di Indonesia masih terjaga dengan baik," kata Dian.

Risiko kredit melanjutkan penurunan, dengan rasio kredit bermasalah (NPL) net perbankan sebesar 0,72% dan NPL gross sebesar 2,49%. Kredit restrukturisasi Covid-19 kembali mencatatkan penurunan sebesar Rp 22,28 triliun menjadi sebesar Rp 405,42 triliun. Dian juga menyebut risiko pasar menurun ditinjau dari posisi devisa netto tercatat sebesar 1,44%, jauh di bawah threshold 20%. Profitabilitas perbankan secara umum menunjukkan peningkatan laba bank triwulan I-2023 masih sejalan dengan proyeksi rencana bisnis bank (RBB) 2023, terutama didorong oleh pertumbuhan kredit, dan fee based income, serta perbaikan kinerja surat berharga.

Selain itu pertumbuhan kinerja sektor perbankan terjadi seiring dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai sekitar 5%. Di sisi lain permodalan perbankan masih di level yang solid, dengan rasio kecukupan modal/ capital adequacy ratio (CAR) perbankan sebesar 24,69%.

"OJK akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan. Sehingga perbankan akan tumbuh berkelanjutan namun tetap pruden dan memperhatikan aspek manajemen risiko," kata Dian. (Try/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat