visitaaponce.com

Shell Jaga Produksi Minyak Stabil hingga 2030 Diprotes

Shell Jaga Produksi Minyak Stabil hingga 2030 Diprotes
Pom bensin perusahaan minyak dan gas multinasional Shell, di London.(AFP/Justin Tallis.)

PERUSAHAAN energi utama Inggris, Shell, Rabu (14/6), mengumumkan pembayaran besar kepada pemegang saham dan berencana menjaga produksi minyak tetap stabil hingga 2030. Ini memicu protes dari para juru kampanye hijau.

Shell sebelumnya menandai pengurangan produksi minyak mentah antara 1%-2% per tahun sebagai bagian dari rencana netralitas karbonnya yang diluncurkan pada 2021 dan berdasarkan pada keluaran 2019. Kelompok tersebut mengatakan pada Rabu bahwa mereka memangkas produksi cairan harian rata-rata menjadi 1,5 juta barel per hari pada akhir tahun 2022 karena divestasi.

Baca juga: Permintaan Minyak Global Capai Puncak sebelum Akhir Dekade Ini

Itu menandai pengurangan 21% dari 2019 atau setara dengan pemotongan produksi sebesar 2% per tahun hingga 2030.
"Target kami untuk mengurangi produksi minyak pada 2030 tidak berubah. Kami baru saja mencapainya delapan tahun lebih awal," tambah seorang juru bicara.

Shell juga mengungkapkan akan membayar setidaknya US$5 miliar dalam bentuk pembelian kembali saham pada paruh kedua tahun ini. Grup ini juga akan memangkas belanja modal menjadi antara US$22 miliar-US$25 miliar untuk 2024 dan 2025 dan memangkas biaya operasional tahunan sebesar US$2 miliar-US$3 miliar pada pertengahan dekade. "Kinerja, disiplin, dan penyederhanaan akan menjadi prinsip panduan saat kami mengalokasikan modal untuk meningkatkan distribusi pemegang saham, sekaligus memungkinkan transisi energi," kata CEO Wael Sawan.

Baca juga: Tekan Pemanasan Global, Investasi Efisiensi Energi Harus Naik Tiga Kali Lipat

Kelompok kampanye Global Witness menyebut pengumuman pada Rabu sebagai putar balik yang merusak iklim. Mereka mendesaknya untuk berinvestasi jauh lebih banyak dalam energi yang lebih bersih.

Laba bersih Shell mencapai rekor US$42,3 miliar tahun lalu karena invasi ke Ukraina oleh produsen energi utama Rusia membuat harga minyak dan gas melonjak. Shell menegaskan bahwa tujuan keseluruhannya untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050 tetap utuh.

Baca juga: Inflasi Amerika Serikat Turun selama 11 Bulan Terakhir

"Rekor keuntungan di balik krisis energi seharusnya mendorong investasi hijau," kata Jonathan Noronha-Gant, juru kampanye senior di Global Witness. "Sebaliknya, ini malah membayar pemegang saham dan menggandakan bahan bakar fosil yang merusak iklim. Itu akan selalu menjadi keuntungan bagi manusia dan planet bagi para pencemar." (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat