visitaaponce.com

Janji Emisi Perusahaan Minyak dan Gas Dituding Terhenti

Janji Emisi Perusahaan Minyak dan Gas Dituding Terhenti
Logo raksasa minyak dan gas AS ExxonMobil saat pameran Konferensi Gas Dunia di Paris.(AFP/Eric Piermont.)

SATU laporan menyebutkan pada Kamis (7/9/2023) bahwa janji pengurangan emisi sektor minyak dan gas telah terhenti dan dalam beberapa kasus mengalami kemunduran. Ini memperingatkan bahwa banyak rencana iklim perusahaan yang tidak kredibel.

Penggunaan bahan bakar fosil akan menjadi isu utama dalam perundingan penting PBB yang bertujuan mengendalikan perubahan iklim yang dimulai pada 30 November di Uni Emirat Arab yang kaya minyak. Laporan yang dibuat oleh lembaga pemikir keuangan Carbon Tracker menilai dan memberi peringkat pada komitmen pengurangan emisi oleh 25 perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia yang diukur berdasarkan volume produksi pada 2022.

Berdasarkan kriterianya, semua--kecuali satu sasaran emisi perusahaan--tidak selaras dengan target aspirasi Perjanjian Paris tahun 2015 yang bertujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celsius di atas tingkat praindustri. Komitmen terlemah datang dari perusahaan minyak besar AS, ExxonMobil, dan lima perusahaan minyak milik negara yakni Saudi Aramco, Petrobras dari Brasil, dan perusahaan Tiongkok Sinopec, PetroChina, dan CNOOC.

Baca juga: Dana Investasi Norwegia akan Tutup Kantornya di Shanghai

Aramco berada di peringkat terbawah karena merupakan satu-satunya perusahaan yang membatasi target pengurangan emisi pada aset yang sepenuhnya dimiliki dan dioperasikannya. "Mereka hanya berjanji mengurangi emisi terhadap jumlah yang diperkirakan berdasarkan skenario bisnis seperti biasanya dan tidak menetapkan batas dasar," kata Carbon Tracker.

Sekitar 16 perusahaan hanya mencakup emisi operasional dan tidak memperhitungkan emisi tidak langsung yang terkait dengan seluruh siklus hidup dan penggunaan produk mereka. Perusahaan lain seperti perusahaan raksasa Inggris-Belanda Shell dan perusahaan Norwegia Equinor memiliki sasaran net zero pada 2050 yang mencakup seluruh siklus hidup emisi, tetapi belum menetapkan target sementara.

Baca juga: Sederet Perusahaan Minyak Bayar Influencer di Media Sosial

Beberapa janji perusahaan mengalami kemunduran sejak analisis Carbon Tracker pada 2022. BP mengurangi target pengurangan produksi pada 2030 sebelumnya dan Shell mengumumkan produksi likuid mereka akan tetap stabil hingga akhir dekade ini, kata laporan itu, mengacu pada gas alam cair dan minyak bumi cair.

Perubahan tidak bisa dihindari

Eni dari Italia berpotensi menjadi pengecualian. Namun target emisinya pun patut dipertanyakan karena mereka sangat bergantung pada penjualan aset, solusi berbasis alam, penyeimbangan karbon, serta teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon yang belum terbukti.

Baca juga: Produsen Rokok Inggris BAT Jual Bisnisnya di Rusia

Divestasi dan penjualan aset tidak serta merta mengurangi emisi. "Ketergantungan pada kompensasi pihak ketiga serta teknologi yang belum terbukti melemahkan kredibilitas rencana iklim," kata salah satu penulis laporan, Saidrasul Ashrafkhanov.

Laju pengurangan emisi harus cukup cepat untuk memenuhi target 1,5 derajat celsius dan menghasilkan, "Pengurangan emisi global yang nyata," tambahnya. Para raksasa industri ini terus menempatkan investor pada risiko karena gagal merencanakan pengurangan produksi," sejalan dengan tujuan Paris, tulis rekan penulis Mike Coffin.

"Perusahaan jasa keuangan harus memantau perusahaan yang mereka danai atau tanggung cukup siap menghadapi perubahan yang tak terhindarkan dalam sistem energi global."

Pada perundingan iklim tingkat tinggi sebelumnya, produsen dan konsumen utama minyak--termasuk Arab Saudi dan Tiongkok--berfokus pada perlunya mengurangi emisi dibandingkan penggunaan bahan bakar fosil. Hal ini bertentangan dengan tuntutan negara-negara lain untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil secara terus-menerus. Laporan tersebut mengecualikan perusahaan-perusahaan minyak nasional yang sepenuhnya dimiliki oleh negara atau perusahaan-perusahaan yang berbasis di Rusia karena investor punya pengaruh yang kecil. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat