visitaaponce.com

Pemerintah Didorong Jaga Daya Beli Masyarakat Menengah

Pemerintah Didorong Jaga Daya Beli Masyarakat Menengah
Petugas Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang, Jatim, melayani warga yang membeli paket bahan pokok saat pasar murah.(MI/Bagus Suryo.)

PEMERINTAH didorong bisa mencari titik seimbang guna menjaga daya beli masyarakat. Itu diperlukan agar komponen pengeluaran penyumbang terbesar pada produk domestik bruto (PDB) tersebut tak mengalami penurunan signifikan.

"Kelas menengah biasanya kelompok yang paling berat. Mereka kaya tidak, miskin juga tidak. Mereka yang kaya menganggap wajar soal inflasi. Kelas miskin ada dukungan pemerintah. Kelas menengah yang ngos-ngosan," ujar peneliti Departemen Ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan saat dihubungi, Minggu (3/12).

Titik seimbang itu dapat dicapai melalui perluasan jaring pengaman sosial. Tujuannya mengangkat daya beli masyarakat kelas menengah yang menurun di tengah kenaikan harga-harga. Cara lain yang bisa ditempuh ialah memastikan ketersediaan barang-barang kebutuhan agar harga tak mengalami peningkatan.

Baca juga: IHSG Cenderung SOS pada Pekan Depan

Deni mengatakan, kelas menengah kerap luput dari uluran tangan pemerintah. Padahal risiko kelompok ini untuk turun kelas cukup besar bila terjadi gejolak, terutama yang berkaitan dengan biaya hidup. Belum lagi kontribusi kelas menengah terhadap tingkat konsumsi rumah tangga juga cukup signifikan.

Dikhawatirkan, melemahnya kemampuan belanja masyarakat menengah akan berdampak pada penurunan tingkat konsumsi rumah tangga secara umum. Kemampuan konsumsi masyarakat yang melemah sedianya ditunjukkan oleh pergerakan tingkat inflasi inti dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Rupiah Diprediksi Melemah pada Awal Pekan Depan

Penurunan tingkat inflasi inti terlihat sejak April 2023 yang saat itu berada di angka 2,83% secara tahunan (year on year/yoy) atau turun dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,94% (yoy). Lalu pada Mei 2023 inflasi inti kembali turun menjadi 2,66% (yoy).

Penurunan berlanjut pada Juni 2023 ke angka 2,58% (yoy) kemudian menjadi 2,43% (yoy) pada Juli 2023. Ini kembali turun di Agustus 2023 menjadi 2,18% (yoy) dan 2,00% di September 2023. Inflasi inti terus turun menjadi 1,97% (yoy) di Oktober dan kian melemah manjadi 1,89% (yoy) di November 2023.

Deni mengatakan penurunan daya beli memang terjadi, tetapi tak sepenuhnya tercermin dari angka inflasi inti. Penyebab lain inflasi inti terus merosot ialah dampak dari kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang saat ini relatif tinggi.

"Ini memang benar ada kaitan dengan daya beli yang semakin menurun. Memang ada daya beli turun, jelas karena BBM kemarin (tahun lalu) naik dan sekarang ketika inflasi naik, daya beli turun tetapi juga ada kontribusi dari BI di sana," kata Deni. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat