visitaaponce.com

Penjelasan BEI Soal Lesunya IHSG

Penjelasan BEI Soal Lesunya IHSG
Pekerja melintasi layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia(Antara)

DIREKTUR Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI) Irvan Susandy menjelaskan beberapa penyebab penurunan dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun saham LQ45.

IHSG mengalami koreksi sekitar 1% sepanjang dua minggu terakhir (18 Maret s.d. 2 April 2024). Sejalan dengan hal tersebut, terjadi arus keluar modal asing (net sell) dalam dua minggu terakhir, yakni sebesar Rp 5,26 triliun.

Meski demikian, secara umum, pasar saham RI masih mencatatkan net buy sebesar Rp22,99 triliun dari awal tahun. Bahkan, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham meningkat 10,88% pekan lalu menjadi Rp11,2 triliun.

Baca juga : IHSG Sepekan Menguat 2,28%, 4 Emiten Baru, 9 Penerbitan Obligasi

Pekan ini transaksi pun masih tinggi, yakni pada Senin sebesar Rp11,49 triliun dan selasa Rp12,9 triliun, dan pada Rabu Rp 13,38 triliun.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan IHSG dan net sell dalam beberapa waktu belakangan ini, pertama yaitu Sidang MK terkait hasil Pemilu semakin memanas.

Hasil pemilu 2024 telah diumumkan pada tanggal 20 Maret 2024 dan menetapkan pasangan Prabowo-Gibran sebagai pemenang.

Baca juga : IHSG Dibuka Menguat Jelang Akhir Pekan

"Akan tetapi, hingga saat ini kandidat calon presiden dan wakil presiden Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud masih menggugat kepada Mahkamah Konstitusi (MK) terkait tudingan politisasi bansos dan APBN yang dilakukan menjelang pemilu 2024," kata Irvan, Rabu (3/4).

MK pun setuju untuk memanggil empat menteri kabinet Jokowi, yaitu Menko Perekonomian RI, Menkeu RI, Menko PMK RI, dan Mensos RI.

Penyebab kedua, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi mengakhiri kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan terdampak Covid-19 pada 31 Maret 2024.

Baca juga : IHSG Pagi Ini Kembali Lesu

Berakhirnya kebijakan ini sejalan dengan pencabutan status pandemi Covid-19 oleh pemerintah pada Juni 2023. Hal ini juga didukung oleh aktivitas ekonomi masyarakat yang terus meningkat dengan terkendalinya inflasi dan tumbuhnya investasi.

Ketiga, masa pembagian dividen perusahaan tercatat yang disertai oleh repatriasi dividen. Cum date atau hari terakhir pembelian saham beberapa Perusahaan tercatat besar, terutama pada sektor perbankan, jatuh pada bulan Maret 2024, antara lain pada Bank Rakyat Indonesia/ BBRI (13 Maret), Bank Negara Indonesia/ BBNI (14 Maret), Bank Mandiri/ BMRI (19 Maret), dan Bank Central Asia/ BBCA (22 Maret).

Hingga 26 Maret 2024, keempat bank tersebut merupakan 4 perusahaan yang mengalami net buy asing tertinggi sepanjang 2024.

Baca juga : IHSG Ditutup Melemah Ikuti Pelemahan Bursa Kawasan Asia

Namun, keempat Perusahaan tersebut mengalami penurunan harga yang cukup signifikan pada hari Senin (1/4) ketika IHSG mengalami tekanan lebih dari 2% (dtd), yakni BBRI (-2,07%), BBNI (-4,24%), BMRI (-4,83%), dan BBCA (-2,23%).

"Pembagian dividen juga diiringi dengan masa repatriasi dividen dari dalam negeri kepada investor asing yang memegang saham dalam negeri. Hal ini turut menjadi faktor pelemahan rupiah," kata Irvan.

Aktivitas transaksi juga cenderung menurun menjelang periode libur panjang. Tren aktivitas transaksi cenderung menurun khususnya mendekati Libur Lebaran.

Baca juga : IHSG 2 April Ditutup di Zona Hijau

"Hal ini karena adanya peniadaan aktivitas transaksi sejak 8 April – 15 April 2024," kata Irvan.

Penyebab kelima, yaitu technical correction. Aksi koreksi yang terjadi setelah akumulasi kenaikan berturut-turut (reli) yang sempat mendorong IHSG sebelumnya hingga mencetak all time high pada 14 Maret 2024 (7.433,32).

Kemudian, alasan ke enam, yaitu data inflasi yang naik. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Maret mencapai 3,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,75% (yoy). Kenaikan inflasi bulan Maret 2024 salah satunya didorong oleh inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Baca juga : Variasi Data Perdagangan Saham BEI, IHSG Terkoreksi 0.83%

Terkahir, mata uang Rupiah mengalami tekanan yang cukup signifikan sepanjang 2024. Rupiah berdasarkan kurs JISDOR mengalami depresiasi sebesar 3,11% dari akhir 2023 hingga 2 April 2024.

Adapun tekanan Rupiah terhadap USD juga dialami oleh mata uang negara-negara lainnya. Dollar index (DXY) tercatat mengalami kenaikan sebesar 3,44% per 2 April 2024 (YTD).

Pelemahan Rupiah terhadap USD dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tren penguatan dolar AS yang dipengaruhi oleh data-data ekonomi AS yang tetap solid di tengah inflasi yang masih tinggi, sehingga kebijakan suku bunga AS diprediksi masih akan ditahan tinggi untuk sementara waktu.

"Lainnya yaitu eskalasi ketegangan geopolitik dan volatilitas yang mendorong penguatan dolar AS sebagai salah satu safe haven, serta masa repatriasi dividen dari dalam negeri," jelas Irvan. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat