visitaaponce.com

Investasi Jangan Buat Indonesia Hanya Menjadi Pasar

Investasi Jangan Buat Indonesia Hanya Menjadi Pasar
Ilustrasi: Suasana pembangunan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Nusantara (IKN)(ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga)

INDONESIA memang seharusnya menyambut rencana investasi yang masuk ke dalam negeri. Asalkan, rencana penanaman modal itu benar dalam hal komitmen maupun nilai, mengikuti aturan yang ada, dan membuka lapangan kerja serta alih teknologi.

"Jangan sampai sekali lagi kita hanya pasar, dan seolah investasi tapi hanya memindahkan lokasi data center dimana nanti kemudian tenaga kerjanya diambil dari luar Indonesia. Kita harap investasi yang masuk membawa value dan berdampak bagi perkembangan dunia digital Indonesia dan ekonominya," kata Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi saat dihubungi, Rabu (1/5).

Pernyataan Heru itu menyusul rencana komitmen investasi yang disampaikan Microsoft senilai US$1,7 miliar, setara Rp28 triliun. Nilai tersebut merupakan total investasi dalam jangka waktu empat tahun.

Baca juga : Rencana Investasi Microsoft Bantu Persiapan Indonesia Menyongsong Masa Depan

Dia menyoroti, Microsoft sebelumnya memiliki komitmen pembangunan data center di Indonesia. Perkembangan itu kata Heru tak diketahui seperti apa.

Kedua, terkait dengan UU PDP yang berlaku efektif pada 17 Oktober mendatang. Menurutnya, perlu ditekankan kewajiban Microsoft untuk patuh terhadap aturan dalam UU PDP, termasuk menjaga data orang Indonesia dari Indonesia untuk tetap diproses di Indonesia dan pelindungan data dari proses mendapatkan data, memproses, mengolah hingga menghapus data.

"Karena Microsoft merupakan raksana teknologi, presiden bisa mengajak Microsoft membantu pengembangan Smart City di IKN termasuk bagaimana memanfaatkan AI untuk memajukan Indonesia," jelasnya.

Baca juga : Microsoft Corporation Umumkan Investasi Sebesar US$ 1,7 Miliar ke Indonesia

"Harus benar-benar investasi, ada investasi masuk ditanamkan di Indonesia, termasuk nilainya juga harus benar. Sering kali kan dilebih-lebihkan nilainya, selain banyak yang janji investasi nggak tahunya zonk," sambung Heru.

Dia menambahkan, banyak raksasa teknologi menyatakan akan atau bahkan sudah berinvestasi di Indonesia. Namun itu harus diikuti dengan pembuktian yang jelas. Sebab, kemarin Menteri Investasi menyatakan tidak mengetahui apa pun tentang investasi Apple di Indonesia.

Heru menilai, sebagai bangsa Indonesia harus cerdas. Sebab, banyak klaim investasi di Indonesia khususnya sektor digital, ternyata hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar, itu bukan investasi tetapi jualan.

Baca juga : Microsoft Targetkan Cetak 840 Ribu Talenta Digital di Indonesia dalam 4 Tahun

"Seperti dalam masuknya Starlink, kan mereka jualan layanan, bukan investasi. Atau misal, hanya memberikan kursus kemudian seolah nilainya triliunan," imbuh Heru.

"Membangun data center, ya ini bisa dikatakan investasi tapi di sisi lain jualan. Mereka bangun data center di Indonesia karena pasar Indonesia besar. Pengguna ponsel di atas 350 juta, pengguna internet 220 juta, belum media sosial, perbankan, e-commerce dan sebagainya," tambahnya.

Heru melanjutkan, saat ini pembangunan data center sulit dilakukan di Singapura karena ada kendala listrik, sehingga Indonesia jadi pilihan. Apalagi, jalur serat optik asia pasifik berubah akibat geopolitik, dari yang tadinya ke arah Singapura-Hong Kong-AS pindah ke perairan Indonesia menuju Guam dan AS. (Mir/Z-7)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat