visitaaponce.com

Pembentukan Budaya Siaga Bencana Harus Digencarkan

Pembentukan Budaya Siaga Bencana Harus Digencarkan
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas(ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sepanjang tahun 2018 terjadi 2.572 bencana, mulai dari banjir, longsor, gempa, hingga likuifaksi dan tsunami.

Kenyataan negeri ini sebagai 'toserba bencana' wajib menjadi perhatian semua pihak. Minimalisasi risiko bencana melalui pembangunan budaya siaga bencana mutlak, agar masyarakat tidak gagap saat bencana melanda.

Hal itu ditegaskan Kepala BNPB Letjen Doni Monardo saat acara peringatan hari jadi ke-11 BNPB yang digelar di Sentul, Bogor, Jumat (25/1).

Baca juga : BNPB: 2024 Baru 16 Hari, Indonesia sudah Dilanda 94 Bencana

"Dinamikanya bencana alam makin banyak dan makin bervariasi. Kita harus terus belajar lakukan upaya dan membangun budaya siaga bencana agar tidak tergagap-gagap menghadapinya. Itu penting untuk meminimalisasi korban," ungkap Doni.

Upaya pengurangan risiko, menurutnya, perlu melibatkan semua pihak mulai dari masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha. Elemen masyarakat di antaranya meliputi kaum akademia (peneliti) dan media massa. Pers, lanjut Doni, memegang peranan penting dalam membentuk cara pandang masyarakat dalam meningkatkan awareness publik terhadap bencana.

Kalangan peneliti juga memegang peranan krusial dalam isu bencana. Melalui kepakaran dan hasil risetnya bisa memetakan potensi bencana. Namun sayangnya, ungkap Doni, hasil riset peneliti kerap dipandang sebelah mata. Pemetaan dan prediksi bencana dari peneliti masih sering diabaikan dan dianggap menakut-nakuti. Karena itu, BNPB membentuk tim 'intelijen bencana' sebagai wadah untuk menguatkan sinergi.

Baca juga : BNPB: Indonesia Dilanda 15 Bencana Alam Setiap Hari di 2023

"Salah satu langkah yang kita lakukan ialah mengumpulkan para pakar berasal dari berbagai keahlian seperti vulkanologi, metereologi, kegempaan, tsunami, dan sebagainya. Mereka memprediksi potensi ancaman agar kita waspada dan siap. Selayaknya lah kita menghargai hasil jerih payah dari para peneliti kita. Informasi dari mereka ini harus kita sebarluaskan," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, BNPB juga meluncurkan modul pembelajaran digital E-Learning Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Modul digital tersebut dibuat bersama Kementerian Pendidikan Kebudayaan dengan dukungan Unicef dan Plan Indonesia. Modul berisi dasar-dasar keterampilan menghadapi bencana itu bisa digunakan sebagai bahan ajar pendidikan formal maupun informal.

Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Wisnu Widjaja mengatakan pendidikan bisa menjadi cara untuk membangun budaya siaga bencana.

Baca juga : Kabupaten Bogor dan Provinsi Jawa Barat Jadi Wilayah Paling Banyak Alami Bencana Alam di 2023

"Edukasi bisa menciptakan masyarakat tangguh bencana. Ini sesuai arahan Presiden untuk pendidikan bencana," ujarnya.(OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat