visitaaponce.com

Jaga Marwah Iptek, Menristek Serukan Perangi Predatory Journals

Jaga Marwah Iptek, Menristek Serukan Perangi Predatory Journals
iLustrasi pendidikan tinggi(ilustrasi)

MENTERI Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa dunia ilmu pengetahuan yang melibatkan peneliti dan pengajar perlu ditinjau lagi. Dibutuhkan langkah serius untuk memerangi peridatory journals yang menciderai lembaga penelitian dan pendidikan Indonesia.

"Mengenai jurnal predator kita harus berani melakukan review mengenai staff peneliti atau staff pengajar kita," ungkapnya dalam webinar Knowledge Sector Initiative (KSI), Selasa (16/3).

Predatory journals adalah model bisnis penerbitan akademis yang mengenakan biaya penerbitan tulisan kepada penulis dan tidak memeriksa mutu dan keabsahan dari tulisan yang terkandung di dalamnya. Hal itu akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari seperti isi journal yang tidak sesuai hingga pada potensi terjadinya plagiat.

Bagi penerbit, hal itu akan mendatangkan keuntungan melalui penerbitan jurnal yang dibayar penulis. Sementara bagi penulis, jurnal yang diterbitkan dapat digunakan untuk kepetingan naik jabatan dan lainnya.

"Kalau ada usulan kenaikan pangkat harus diganti dengan jurnal yang kredibel," tegas Menristek.

Fenomena tersebut marak terjadi di era teknologi saat ini. Biasanya penerbit abal-abal memiliki teknologi yang lebih maju untuk menarik perhatian para penulis yang rata-rata adalah peneliti atau dosen di perguruan tinggi.

Baca juga : Jenis Plastik PET Punya Nilai Ekonomi Tinggi

Ilmuwan Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dewi Fortuna Anwar mengatakan, peranan ilmiah dalam mewujudkan ekosistem inovasi sangatlah penting. Akan tetapi, sektor ilmu pengetahuan Indonesia saat ini masih jauh tertinggal berdasarkan global indeks yang hanya menempati urutan 40-an.

"Itu sangat mengkhawatirkan kita, tertinggal dari negara ASEAN. Ekosistem inovasi terkait langsung dengan upaya sistematik," jelasnya.

Menurutnya, masalah ilmu pengetahuan dipengaruhi berbagai hal dan salah satunya unsur ilmiah dalam penerbitan jurnal. Masalah plagiarisme yang dilakukan beberapa peneliti atau dosen belakangan ini merupakan puncak gunung es.

Sejumlah alasan menjadi penyebab palgiarisme jurnal ilmiah itu terjadi. Mulai dari kurangnya perhatian pemerintah hingga pada kurangnya kemampuan melakukan riset.

"Kurang kemampuann melakukan riset dengan baik yang hanya justru mementingkan hasil tanpa mempedulikan proses. Dalam proses membentuk sang ilmuan tidak ada shortcut," ucapnya

Untuk itu, perlu ada perbaikan dalam dunia ilmu pengetahuan. Untuk menciptakan ekosistem inovasi yang bisa berkontribusi pada pembangunan Indonesia, maka peran ilmu pengetahuan harus diperkuat dan berbagai kebijakan yang diambil pun perlu berbasis ilmiah.(OL-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat