Dampak Pandemi bagi Penyair Joko Pinurbo dan Inggit Putria Marga
![Dampak Pandemi bagi Penyair Joko Pinurbo dan Inggit Putria Marga](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/10/f5a45ac27de6fe64cc96a583deb8ab07.png)
PUISI di Indonesia saat ini semakin bervariasi dan semakin banyak ragamnya. Isi puisi sendiri bergantung dari kondisi dari sang penyair yang membuatnya. Ketika pandemi Covid-19 hadir dan merubah segala aktivitas manusia, puisi turut mengalami perkembangan serta dapat pula menjadi medium untuk merekam momen tersebut.
“Pandemi memberi saya waktu untuk lebih banyak melakukan kontemplasi terhadap berbagai persoalan hidup. Saat situasi normal perkara tersebut tidak terlihat karena kita dijerat oleh rutinitas yang ada,” ujar penyair senior Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin dalam acara Nunggu Sunset Media Indonesia, Senin (25/10).
Di masa pandemi, Jokpin bercerita bahwa ia mendapat banyak ide baru yang bisa ia angkat menjadi puisi. Salah satu ide yang ia temukan adalah hubungan antara negara dan kematian melalui ambulans.
Baca juga : Remy Sylado Ciptakan Puisi Khusus untuk Galang Donasi
Pasalnya, ambulans pada masa normal merupakan hal yang biasa saja ketika lalu lalang di jalan. Namun, berbeda ketika saat pandemi seperti sekarang, ambulans menjadi simbol dari kegagalan sistem kesehatan yang ada di Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19.
“Di masa pandemi, ambulans menjadi ikon yang sangat mengusik karena melalui ambulans itu saya bisa melihat banyak kematian terjadi bukan akibat takdir, tetapi dampak dari sistem yang tidak berjalan dengan baik. Orang meninggal karena tidak mendapat kamar di rumah sakit, kehabisan oksigen, dan lainnya,” terangnya.
Jokpin turut berkata jikalau sebuah puisi ingin dapat terus relevan, maka ia harus selaras dengan realitas yang terjadi di masyarakat. Puisi harus bisa membuka ruang bagi para pembacanya untuk merenungkan keadaan sekitar.
Baca juga : Siti Nurbaya Hingga Nadiem Berpuisi Merayakan Sumpah Pemuda
Pandemi dialami berbeda oleh penyair perempuan Inggit Putria Marga. Dalam acara yang sama, ia mengakui kondisi pandemi justru menyulitkannya dalam berkarya karena banyaknya distraksi di dalam rumahnya.
“Dengan berlakunya work from home, school from home, dan lain-lain from home itu membuat aku yang biasa menulis dengan tenang di rumah, memiliki waktu yang panjang di rumah, menjadi berubah semua. Menulis menjadi terburu-buru seperti dikejar-kejar sesuatu karena bising di mana-mana,” curhat Inggit ketika ditanya perihal perubahan yang ia hadapi saat pandemi.
Lebih lanjut, Inggit menjelaskan, bahwa sejatinya puisi itu berfungsi untuk melawan dunia yang penuh ujaran tapi minim tindakan. Puisi dapat mengatakan sesuatu tanpa harus mengatakannya, membuat orang-orang berimajinasi atas dunia rekaan yang dibuat di dalamnya.
Baca juga : 5 Contoh Puisi tentang Lingkungan, Langkah-langkah Menulis Puisi yang Baik
Hal itu berbeda dengan yang terjadi di kenyataan. Ia mencontohkan dengan slogan yang pemerintah buat seperti “Mari kita berempati dengan korban Covid-19”, namun kenyataannya bentuk konkret yang muncul malah bantuan sosial untuk masyarakat dikorupsi.
“Penyair yang dalam puisinya sudah terlalu banyak jargon, sudah terlalu banyak kata sifat, terlalu verbal menyampaikan pikirannya, menurutku dia sudah mengingkari sifat puisi itu sendiri. Dan pada saat itu juga dia sudah tidak relevan lagi,” jelas Inggit
Karya dua penyair tersebut nantinya akan dilelang dalam acara Indonesia Sejati: Festival Bahasa dan Sastra. Acara ini digelar Media Indonesia pada 29 Oktober 2021 mendatang sebagai momentum untuk memperingati bulan Bahasa serta Sumpah Pemuda. (OL-6)
Terkini Lainnya
Aplikasi Gemini Kini Sediakan Opsi Bahasa Indonesia
Buronan Thailand Pakai Google Translate Selama Sembunyi di Indonesia
Rumah Akademik Masa Depan Profesional dan Kreatif di Prodi PBSI Unika Santu Paulus Ruteng
Megawati Heran Banyak Orang Bilang “Saranghaeyo” daripada “Aku Cinta Kamu”
Prosa: Penjelasan, Jenis, Ciri-Ciri, dan Contoh
Mengenal Penokohan yang Umum Digunakan dalam Cerita Fiksi, Novel, ataupun Cerpen
TPA Terancam Penuh, Masyarakat Diminta Bijak Kelola Sampah
Daripada Jadi Sampah, Coba Pikir Ulang Sebelum Membeli
Bereksperimen Zombie di Film Hitam
Pelaku Usaha Online Diharapkan Ikut Tekan Penggunaan Plastik
Larangan Kantong Plastik Perlu Diiringi dengan Edukasi
Pertanian di Tengah Pandemi di Mata Petani Milenial
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap