visitaaponce.com

Puisi sebagai Terapi saat Pandemi

Puisi sebagai Terapi saat Pandemi
Puisi-puisi dilelang dalam Festival Bahasa dan Sastra 2021 yang digelar Harian Media Indonesia di Grand Studio Metro TV, Jakarta.(MI/Susanto)

‘HARI-hariku terbuat dari inna lillahi’, begitu tulis penyair Joko Pinurbo dalam salah satu puisinya. Sajak yang ditulis pada Juni 2021 itu, menurut Saras Dewi, dosen filsafat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, mampu menerjemahkan bagaimana situasi genting pandemi ketika pesan yang mampir di saluran perpesanan saat itu selalu diawali dengan kalimat turut berdukacita.

Saras melihat karya sastra yang muncul di tengah pandemi, seperti puisi Joko Pinurbo, itu mampu menyampaikan secara kreatif tentang situasi yang tengah berlangsung. Puisi, kata Saras, bisa membahasakan suatu keadaan absurd sehingga bisa dipahami. 

“Saya berusaha mencermati operasi bahasa pada masa pandemi ini. Di masa pandemi ini, khususnya peran bahasa atau puisi, paling tidak berusaha menyampaikan yang tidak kita pahami. Tujuan dari penggunaan bahasa puisi selain membahasakan yang faktual, tetapi faktualitasnya itu menggunakan sisi kreatif. Bagaimana menyampaikan dengan cara-cara tertentu sehingga menampilkan yang menunjukkan baik itu dirinya atau apa yang ia rasakan,” kata Saras dalam acara Gelar Wicara Cerpen dan Puisi Media Indonesia dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa secara virtual, Jumat (29/10).

Baca Juga: Agenda Makan Malam dengan Dua Cicak Juara Lomba Cerpen MI

Saras menambahkan tujuan puisi di masa katastrofe saat ini ialah ada upaya kreatif yang mengubah duka dan serbakesimpangsiuran. Saras menangkap ada pesan tentang empati, belas kasih, dan banyak puisi yang muncul di masa pandemi berbicara tentang daya. Baik itu kehilangan daya, urun daya, maupun mengembalikan daya. 

Meski cuma kata-kata, kata Saras, puisi juga punya nature yang ekspresif dan performatif. Peran pengalaman tubuh di masa pandemi ini, bagaimana sastrawan menuangkannya dalam puisi, dengan pengalaman tubuh mereka menghadapi trauma atau tetap bertahan dalam kondisi yang paling buruk.

Metafora digunakan untuk melihat keterbukaan dan makna yang tidak bisa terlalu muncul dalam jargon-jargon. “Puisi punya kemampuannya untuk meringankan, paling tidak memulihkan kondisi mental dan berfungsi sebagai terapi,” ujarnya.

Sastra yang dibaca Sastrawan Seno Gumira, yang pada masa awal-awal pandemi menuliskan sebuah cerpen yang berkisah tentang distopia akibat wabah covid-19, mengungkapkan yang ia tuliskan itu ditujukan untuk memberikan gambaran yang buruk dan sebagai ramalan agar tidak mengalami distopia tersebut.

“Ketika nanti sudah hilang, situasi dari pandemi berubah jadi endemi, ini menjadi suatu catatan dan artefak. Tentang apa saja yang terjadi waktu pandemi. Harapan saya, itu bisa menjadi refleksi yang cukup berguna untuk kita periksa supaya pada masa mendatang bisa tahu apa yang terjadi pada awal abad ini,” kata Seno.

Selain Saras dan Seno, dalam Gelar Wicara Cerpen dan Puisi Media Indonesia 2021 juga hadir Prof Victor Pogadaev, pemerhati sastra Indonesia di Rusia, dan peneliti utama dari Persatuan Nusantara Moskwa. Prof Pogadaev, antara lain menyampaikan tentang pentingnya penerjemahan karya sastra sebagai dialog peradaban antarbangsa.

Ia juga mengatakan perlunya karya sastra Indonesia untuk diterjemahkan sebagai upaya pengenalan karya-karya dari generasi baru setelah pada medio 50-an menjadi tonggak pertama pintu puisi karya penyair Indonesia dikenal oleh publik Rusia. 

Seno pun menyebutkan apresiasi tertinggi dari karya sastra ialah karyanya dibaca publik. Karena itu, kehadiran publik menjadi sangat penting dalam lahirnya suatu karya sastra. Adanya sastra, menurut Seno, bukan karena semata lahir dari si pengarang, melainkan karena ada publik yang membacanya.

“Sastra itu paling penting, ya, dibaca. Makin banyak dibaca, itu jadi penghargaan terbaik. Kuantitas juga jangan jadi ukuran. Mau banyak, mau dikit. Tapi, terpenting adalah kualitas pembacaannya. Yang penting lagi adalah  semangat berkarya untuk menanggapi. Terus bergerak dan antusiasme dengan hidup. (M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat